Waktu menunjukkan pukul 00.05. Anda terbaring di tempat tidur, menatap langit-langit, berusaha untuk terlelap. Trik-trik meditasi yang pernah Anda baca di buku yoga, seperti melemaskan otot dan mengosongkan pikiran, tidak ada yang berhasil membuat Anda tertidur. Tapi jangan khawatir jika Anda seprti burung hantu, selalu terjaga ketika yang lain sedang tenggelam dalam mimpi. Anda tidak sendirian, kok. Menurut dr. Andreas Prasadja, sleep scientist, waktu produktif orang dewasa muda memang justru di malam hari. Banyak yang menyalahartikan kesulitan tidur di malam hari sebagai insomnia. Padahal, indikasi insomnia atau gangguan tidur justru terlihat saat seseorang terjaga. Jika seseorang tidak nyaman saat bangun tidur, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, atau mengantuk berlebihan, berarti dia mengalami insomnia. Kalau seseorang terjaga sepanjang malam, tapi bisa tidur nyenyak di waktu lain, dia tidak menderita insomnia. Perbedaan waktu tidur dikarenakan jam biologis manusia yang berbeda-beda. Makin bertambahnya usia, kebutuhan jam tidur akan makin menurun. Usia 30 tahun ke atas butuh maksimal 8 jam tidur. Sedangkan orang dewasa muda membutuhkan waktu tidur 8-9,5 jam, dan waktu produktif mereka adalah malam hari. Sayangnya, hal ini terbentur ritme kehidupan yang mengharuskan kebanyakan orang untuk mulai beraktivitas di pagi hari sampai malam. Yang bekerja di pusat Kota Jakarta dan tinggal di luar kota, terpaksa mengorbankan waktu tidur karena harus berangkat subuh dari rumah dan pulang ke rumah larut malam. Akibatnya, banyak orang usia produktif yang mengalami kekurangan tidur atau sleep deprivation. Masalahnya, tidak ada satu pun obat yang dapat menggantikan manfaat tidur! Penting juga untuk diingat, bahwa ekurangan tidur berdampak pada tiga hal:
Primarita S Smita link: http://www.femina.co.id/issue/issue_detail.asp?id=812&cid=2&views=9 |
Filed under: Gangguan Tidur, Insomnia, Liputan Media | Tagged: dewasa muda, gangguan tidur, insomnia |
Tinggalkan Balasan