Metro TV 29/04/2013

image

Rangkaian World Sleep Day 2013

Majalah Grazia

20130328-121614.jpg

Majalah Men’s Health Indonesia

20130328-121654.jpg

Majalah Intisari

20130328-121706.jpg

20130328-121724.jpg

Majalah More

20130328-121732.jpg

Majalah Ayah bunda

20130328-121739.jpg

Liputan Net TV

20130328-121811.jpg

20130328-121822.jpg

20130328-121832.jpg

Radio Sonora

20130328-121843.jpg

Trans 7 Bukan Empat Mata

20130328-121849.jpg

Metro TV

20130328-121904.jpg

20130328-121912.jpg

20130328-121939.jpg

20130328-121958.jpg

 

Coffee Break TVOne

20130328-122004.jpg

Referensiana SindoTV

image

image

Untuk Berita Satu

image

image

image

image

image

image

JakTV 29 September 2012

image

image

image

Orang Ngorok Jangan Ditertawakan!

Bramirus Mikail | Asep Candra | Jumat, 30 Maret 2012 | 10:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Jangan sekali-sekali Anda menganggap lucu atau menertawakan orang yang mendengkur atau “ngorok”. Mengapa? Karena orang dengan kondisi tidur seperti ini, setiap kali tidur sesungguhnya ia sedang meregang nyawa.

Demikian disampaikan oleh praktisi kesehatan tidur dari Rumah Sakit Mitra Kemayoran, Dr. Andreas Prasadja, RPSGT saat acara diskusi Oboralan Langsat, di Rumah Langsat, Kamis, (30/3/2012), di Jakarta.

Mendengkur sendiri merupakan gejala utama obstructive sleep apnea (OSA). OSA adalah penyempitan saluran nafas atas saat tidur. Penyempitan ini menyebabkan getaran pada bagian-bagian lunak saluran napas sehingga menghasilkan suara ngorok atau dengkuran.

“Kita selalu menganggap bahwa tidur adalah saat-saat yang aman dan tidak ada sesuatu pun yang bisa terjadi, ternyata itu salah,” katanya.

Andreas menerangkan, penyempitan saluran napas mengakibatkan tidak efektifnya pertukaran oksigen dan karbondioksida sewaktu tidur. Lebih jauh lagi, dengan semakin melemasnya otot-otot lidah, menyebabkan lidah terjatuh dan menyumbat sama sekali saluran nafas sehingga terjadi henti nafas (apnea).

“Ini kondisi yang berbahaya. Sehingga walaupun gerakan napas ada, tidak ada udara yang lewat, akibatnya asupan oksigen drop, dan si penderita seperti tercekik dalam tidurnya,” jelasnya.

Berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara sleep apnea dengan sejumlah penyakit kardiovaskular seperti jantung, stroke, hipertensi dan diabetes. Bahkan menurut Andreas, sleep apnea kini bukan lagi sebagai faktor risiko dari penyakit hipertensi, melainkan sudah menjadi penyebab.

“Orang dengan hipertensi yang menjalani perawatan sleep apnea, tekanan darahnya cenderung mengalami penurunan. Sedangkan pada pasien diabetes, kadar gula darah juga lebih terkontrol,” ungkapnya.

Kendati begitu, tidak semua orang yang mendengkur sudah pasti menderita sleep apnea. Untuk mendiagnosanya, seorang pendengkur harus menjalani overnight sleep study. Di sini, pasien akan direkam dan diamati semalam penuh selama tidur, untuk melihat gelombang otak, tegangan otot, gerakan bola mata, suara dengkuran, posisi tidur, aliran panas, pergerakan nafas, denyut jantung, kadar oksigen dalam darah, hingga gerakan kaki.

“Sleep study biasanya dilakukan di sleep laboratory atau laboratorium tidur dengan menggunakan alat yang bernama polisomnografi (PSG),” cetusnya.

Untuk mengatasi sleep apnea, perubahan perilaku dan gaya hidup tetap perlu dilakukan. Andreas menyarankan, orang dengan OSA sebaiknya menghentikan kebiasaan merokok dan konsumsi minuman yang dapat menganggu waktu tidur seperti kopi dan alkohol. Karena kafein baru hilang dari peredaran darah setelah 9-12 jam. Sedangkan alkohol akan merangsang seseorang untuk kencing.

Ia menambahkan, khusus bagi penderita OSA ringan dan pendengkur yang tidak mengalami periode henti nafas, dianjurkan juga tidur dalam posisi miring.

http://health.kompas.com/read/2012/03/30/10113697/Orang.Ngorok.Jangan.Ditertawakan

Sleep-tweeting Parasomnia Baru yang Diidap Tweeps

20120401-064135.jpg

LAPORAN Riwis Sadati

Tidur merupakan salah satu aktifitas menyenangkan, disaat tidur keadaan fisik seseorang menjadi rileks dan fresh. Dengan tidur yang berkualitas kita dapat menjadi lebih fokus melakukan kegiatan dan dapat mengontrol emosi. Namun tak sedikit dari kita yang menyepelekan pentingnya tidur sehat.

Kamis (29/03/2012) malam, obsat bersama @IDTidurSehat mengadakan bincang-bincang hangat bersama dr. Andreas Prasadja, RPSGT (@prasadja) – Sleep Physician dan Ahmad Vesuvio (@avesuvio) sebagai moderator dari @ayosehat. Bertempat di Rumah Langsat, dr. Andreas memulai berbagi informasi tentang gejala awal gangguan tidur seperti mengantuk di siang hari dan insomnia.

Menurut @prasadja, dengan menggunakan Polysomnographic (alat yg digunakan untuk meng-asses tidur pasien) gangguan tidur yang sering dianggap remeh oleh orang Indonesia adalah Sleep-apnea. Ini merupakan sumbatan pada saluran nafas yang mengakibatkan asupan oksigen pada tubuh menurun, yang lebih dikenal dengan sebutan mendengkur. Mendengkur bisa jadi sangat berbahaya, karena penelitian membuktikan hasil MRI orang yang mendengkur memiliki bagian otak yang rusak.

20120401-064141.jpg

<a

Ada beberapa akibat yang ditimbulkan oleh Sleep-apnea seperti Silent-stroke, hipertensi dan naiknya kadar gula darah. Maka tak heran jika dr. Andreas menyarankan untuk mengatasi Sleep-apnea terlebih dulu, karena ketika kita mengatasi gangguan tidur tersebut maka tekanan darah akan turun 10-15mhg dan gula darah pun akan lebih terkontrol.

Sebuah pengetahuan baru yang diungkapkan dr. Andreas, bahwa untuk ras kaukasia, obesitas menyebabkan Sleep-apnea, tetapi untuk ras Asia yang terjadi sebaliknya.

Menurut dokter yang bekerja di RS Mitra Kemayoran ini tidak ada yang namanya tidur berlebihan karena yang ada adalah kantuk berlebihan (Hypersomnia). Hypersomnia sendiri termasuk gangguan tidur dimana kondisi pasien mengalami kantuk lebih walau sudah tidur dan tidak merasa segar.

Gejala gangguan tidur lainnya seperti usai meminum kopi kita langsung bisa tidur, karena kafein dalam kopi normalnya bekerja dalam tubuh 9-15jam.

Kita juga sering menemui gejala gangguan tidur seperti mengigau, meski tidak berbahaya namun perlu diketahui jika kondisi ini sering terjadi pada 2 jam awal waktu tidur. Ternyata hanya 1 dari 15 remaja yang tidur berjauhan dengan handphone atau gadget, dan kondisi ini memicu parasomnia baru yang disebut Sleep-tweeting (membalas email/bbm/Twitter secara tidak sadar).

Dalam kultur orang Indonesia kita sering mendengar istilah 'tindihan' atau 'ketindihan', menurut dr. Andreas ini merupakan kondisi kerancuan antara gelombang otak dan mimpi yang memicu halusinasi sosok dalam ruangan.

Untuk remaja-dewasa (usia di bawah 30 tahun) memiliki jam biologis yang unik di mana pada jam 22.00-24.00 otak sedang berada dalam kondisi paling aktif, disarankan pada jam tersebut untuk melakukan aktifitas produktif seperti belajar.

Saran penutup dari dr. Andreas adalah untuk mencegah Sleep-apnea maka kita jangan kurang tidur, jaga berat badan, jangan mengkonsumsi obat yang menyebabkan kantuk sebelum tidur dan jangan mengkonsumsi alkohol sebelum tidur.

http://salingsilang.com/baca/sleep-tweeting-parasomnia-baru-yang-diidap-tweeps

20120401-064147.jpg

Tidur Lewat Tengah Malam Tak Selalu Insomnia

Bramirus Mikail | Asep Candra | Jumat, 30 Maret 2012 | 10:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Jam sudah menunjukkan pukul 00.00 tetapi mata masih saja sulit untuk dipejamkan. Situasi seperti ini cukup sering terjadi, khususnya pada orang dewasa muda. Sehingga timbul pertanyaan, apakah saya mengalami insomnia?

Jawabannya tidak. Menurut praktisi kesehatan tidur dari Rumah Sakit Mitra Kemayoran, dr. Andreas Prasadja, RPSGT, banyak orang yang telah menyalahartikan kesulitan tidur pada malam hari sebagai insomnia. Padahal, hal ini adalah sebuah kondisi yang normal dan memang sesuai dengan jam biologis seseorang.

“Baru bisa tidur jam satu pagi pada orang dewasa muda (di bawah 30 tahun), itu normal,” katanya saat ditemui dalam acara Obrolan Langsat, di Rumah Langsat, Kamis, (29/3/2012).

Menurut Andreas, setiap orang memiliki jam biologis yang berbeda-beda. Makin tua usia seseeorang, maka kebutuhan tidur cenderung berkurang. Pada anak-anak, kebutuhan tidur bisa sampai 12 jam, orang dewasa muda sekitar 8,5-9 jam. sedangkan orang dewasa tua maksimal hanya 8 jam.

“Untuk orang diatas 30 tahun, jam 10 malam biasanya sudah ngantuk, karena itu jam biologis mereka,” katanya.

Tetapi untuk mereka yang berusia di awal 20-an, umumnya akan sulit untuk bisa tidur jam 10 malam. Karena pada usia remaja sampai dewasa muda, mempunyai jam biologis yang sangat khas. Remaja dan dewasa muda ketika jam 10 malam, otak justru lagi segar-segarnya dan penuh kreativitas. Inilah waktu yang tepat sebenarnya untuk mereka bekarya dan belajar.

“Karena normalnya, mereka baru mengantuk setelah lewat tengah malam,” paparnya.

Hanya sayangnya, pada usia ini mereka harus mengikuti jadwal orang dewasa kebanyakan, di mana aktivitas harus sudah dimulai jam 8 pagi sedangkan kalau yang sekolah harus masuk jam setengah 7 pagi. Jadi, tidak heran jika kelompok usia ini adalah kelompok yang kurang waktu tidur.

Kompas Health

World Sleep Day 16 Maret 2012

20120327-060635.jpg

20120327-060706.jpg

20120327-060724.jpg

20120327-060733.jpg

Kantuk yang Membunuh pada TEDx Jakarta 2012

20120327-021929.jpg