Sepuluh Persen Anak Mendengkur & Derita Sleep Apnea

Penilitian bertajuk PANIC, Physical Activity and Nutrition in Children di Finlandia, mengungkapkan fakta mengejutkan, sepuluh persen dari anak usia 6 sampai 8 tahun ternyata mendengkur dan menderita sleep apnea.

Ngorok dan mendengkur menyimpan gangguan yang tak bisa diremehkan, apalagi bagi anak-anak. Dengkuran anak bisa saja pelan, tetapi gangguan nafas tetap terjadi. Henti nafas saat tidur atau dikenal dengan sebutan sleep apnea, pada orang dewasa telah dikenal menyebabkan hipertensi, diabetes, penyakit jantung hingga stroke. Namun pada anak-anak akibatnya bisa lebih memprihatinkan, langsung pada perilaku dan tumbuh kembangnya.

Ngorok pada anak disebabkan oleh saluran nafas atas yang menyempit saat tidur. Akibatnya secara periodik nafas tersumbat. Saat sesak, anak akan terbangun sejenak untuk kembali membuka jalan nafas. Lalu ia tertidur kembali tanpa sadar ia terbangun. Episode ini terjadi berulang kali sepanjang malam hingga proses tidur jadi terpotong-potong. Anak pun bangun tak segar dan terus mengantuk sepanjang hari.

Hanya saja, manifestasi kantuk berlebihan pada anak akan berbeda dibanding dewasa. Untuk melawan rasa kantuk, anak malah menjadi hiperaktif. Ia pun mengalami kesulitan untuk mempertahankan konsentrasi. Gangguan kemampuan menyerap pelajaran juga turut mengikuti. Terakhir, tahukah Anda bahwa proses tumbuh kembang anak terjadi pada saat tidur?

Dalam penelitian yang diterbitkan pada the European Journal of Pediatrics ini ditemukan bahwa penyebab utama sempitnya saluran nafas pada anak-anak ini adalah pembengkakkan amandel dan adenoid serta struktur wajah-rahang yang kecil. Bukan kegemukan seperti yang selama ini dipercaya, walau diakui kegemukan menjadi faktor yang memberatkan.

Ketika anak mendengkur setiap malam, ia harus diperiksakan tidurnya untuk mengetahui apakah terjadi gangguan nafas atau tidak. Pemeriksaan tidur di laboratorium tidur adalah pemeriksaan rutin untuk mendiagnosa sleep apnea pada anak. Dengan menggunakan polisomnografi, anak dilekatkan dengan sensor-sensor untuk merekam proses tidurnya. Prosedur ini sama sekali tidak menyakitkan. Malah menjadi pengalaman unik yang menyenangkan bagi anak. Jauh hari anak sudah diperkenalkan dan dipersiapkan dengan prosedur yang akan dilakukan.

Para ahli menekankan pentingnya mengatasi mendengkur sejak usia sedini mungkin. Ini untuk menghentikan laju kerusakan yang bisa diakibatkan sleep apnea. Perlu diingat, potensi anak tumbuh saat tidur. Jika terlambat, kita tak dapat mengulang proses itu lagi.

Akhir kata, para ahli mengingatkan bahwa angka satu dari sepuluh anak ini bukan main-main. Anak dengan sleep apnea bisa alami gangguan pada tumbuh kembang dan perilakunya. Kualitas anak ditentukan oleh kualitas tidurnya.

Sekolah Kepagian Turunkan Kecerdasan Anak

Jurnal Nasional, Rabu 3 Desember 2008
by : Siagian Priska Cesillia

Sekolah terlalu pagi berpotensi menurunkan kecerdasan anak.

WAKIL Gubernur DKI Jakarta Prijanto mengumumkan per Januari 2009, jam masuk sekolah anak-anak sekolah akan dimajukan menjadi pukul 06.30 WIB, dari sebelumnya pukul 07.00 WIB. Dasarnya adalah untuk mereduksi kemacetan sebesar 6-14 persen. Bagaimanakah sisi kesehatan menangkap niatan Pemerintah Provinsi Ibu Kota ini?

“Hal ini dapat mengganggu metabolisme tubuh anak dan memengaruhi kesehatan emosional dan daya tangkapnya menerima pelajaran,” kata Dr Andreas A Prasadja kepada Jurnal Nasional.

Dokter spesialis kesehatan tidur atau Sleep Technologist ini kemudian menjelaskan bahwa jam biologis atau circadian rhythm adalah ritme yang mengatur semua aktivitas fisik secara periodik. Di mana pada pengaturan tidur dan bangun, jam biologis akan memberikan rangsangan. “Ketika harus terjaga, tubuh akan memberikan rangsangan terjaga. Sementara ketika utang tidur, tubuh akan memberikan rasa kantuk,” katanya seraya menyebutkan bahwa sepanjang hari keduanya berebut pengaruh.

Dokter yang mendirikan laboratorium tidur bekerja sama dengan RS Mitra Kemayoran ini kemudian memberikan gambaran. Bahwa ketika bangun pagi, utang tidur tidak ada. Ini kemudian direspons jam biologis dengan memberikan rangsang terjaga. “Puncak aktifnya, sekitar jam 10 pagi. Sehingga, utang tidur kalah,” Inilah yang kemudian membuat jam biologis menurun. Akibatnya, setelah makan siang, tubuh bereaksi dengan rangsangan mengantuk. “Namanya after lunch circadian dipping dan tidak ada hubungannya dengan habis makan, kenyang, lalu mengantuk,” katanya.

Memasuki sore hari, Andreas menyebutkan bahwa aktivitas jam biologis akan kembali naik. Sehingga, membuat seseorang terjaga dan berlanjut sampai saat malam yang membuat utang tidur menumpuk. “Itulah mengapa pada jam bugar sebaiknya kita beraktivitas. Dan ketika jam mengantuk kita istirahat,” kata Andreas.

Menurutnya, jika pada orang dewasa waktu tidur 5-6 jam sudah cukup, tidak demikian halnya bagi anak-anak. Usia sekolah dasar, kecukupan tidurnya adalah 9-10 jam. Di mana umumnya mereka baru mulai tidur ketika pukul 8-9 malam. Artinya, mereka sebaiknya bangun pukul enam pagi. “Itulah mengapa idealnya pelajaran mulai jam delapan pagi,” kata Andreas menekankan. Sehingga, ketika jam biologis memberikan reaksi aktif, mereka akan menerima pelajaran dengan baik.

“Karena, yang terjadi jika mereka berangkat sekolah pada saat harusnya tidur, maka emosional dan daya tangkapnya terhadap pelajaran pun tidak optimal,” kata Andreas. Di Amerika Serikat, bahkan ada gerakan memundurkan jam masuk sekolah menjadi 8.30 untuk memberikan privilege kepada anak-anak mendapatkan waktu tidur yang cukup. “Alhasil, prestasi akademis dan olahraga mereka pun meningkat. Bahkan, kenakalan remaja serta absensi berkurang, hanya dengan menambah jam tidur satu jam,” katanya lagi.

Penelitian yang dilakukan pada 2004 itu, menurut Andreas, juga didasari bahwa pada anak-anak, waktu tidur adalah waktunya memproduksi hormon pertumbuhan. Di mana salah satu hal terpenting yang dimiliki hormon pertumbuhan adalah menciptakan perisai daya tahan tubuh. “Akibat dari hormon pertumbuhan yang tidak maksimal akan membuat status emosionalnya menjadi labil. Belum lagi dengan tingkat kemacetan yang parah, membuat anak-anak harus bangun lebih pagi,” katanya.

Bisakah anak-anak mengganti utang tidur mereka dengan tidur siang? Menurut Andreas, dengan masuk sekolah pukul 6.30, maka minimal anak-anak harus bangun pukul 5.30 (ada anak-anak yang harus bangun pukul 04.00 bila jarak sekolah-rumah sangat jauh). Ketika pukul dua siang sepulang sekolah, mereka belum mengantuk karena jam biologis baru memasuki waktu aktif. “Belum lagi, anak-anak zaman sekarang diminta mengikuti banyak kursus oleh orang tuanya. Jadi, sulit sekali (untuk tidur siang),” kata Andreas.

Untuk meminimalisasi utang tidur, Andreas menekankan pada kualitas tidur malam hari. Pada saat persiapan tidur, anak harus mengondisikan otaknya untuk melalui tahapan-tahapan tidur. Tidur dalam, dapat terjadi ketika gelombang otak memasuki slow wave sleep atau fase tidur dalam. Untuk sampai pada tahap ini, gelombang otak Anda harus melalui tahap rapid eye movement (REM), Non-REM. Di mana pada tahap Non-REM dibagi empat tahap. Tahap 1-2 adalah tidur dangkal dan tahap 3-4 adalah tidur dalam. Tahap tidur dalam, adalah tahap di mana orang paling sulit dibangunkan.

Ketika anak terpaksa bangun lebih pagi untuk berangkat ke sekolah, maka waktu tidur dalamnya tidak panjang. Padahal, di tahap inilah hormon pertumbuhan menunjukkan eksistensinya. “Tandanya, anak sulit dibangunkan dan ketika bangun pun masih bengong. Kalau anak berhasil dibangunkan, itu artinya orang tua baru saja memotong proses tumbuh kembangnya,” kata Andreas.

Liputan: Sisi Buruk Jam Masuk Sekolah Dimajukan

Tabloid NOVA
Trans7
Dr. Andreas Prasadja, RPSGT
Trans7

Memajukan Jam Sekolah Macet Tak Berkurang, Anak Malah Nakal

Deden Gunawan, detiknews

http://www.detiknews.com/read/2008/11/21/162859/1040927/159/macet-tak-berkurang-anak-malah-nakal

Jakarta – Anak-anak sekolah di Jakarta kini harus bangun lebih pagi. Soalnya, Pemprov DKI Jakarta mulai Januari 2009 memerintahkan  jam masuk sekolah menjadi pukul 06.30 WIB, dari sebelumnya pukul 07.00 WIB. Pemprov beralasan, dengan anak-anak sekolah masuk lebih awal bisa mengurangi kemacetan yang terjadi di Jakarta.

Setidaknya, tidak ada penumpukan kendaraan di waktu yang sama.” Kebijakan ini bertujuan agar pengguna kendaraan tidak menumpuk di waktu yang sama,” ujar Wagub DKI Jakarta Prijanto dalam jumpa pers di Balaikota, Jakarta, Jumat (21/11/2008).

Kata Prijanto, ada empat manfaat yang bisa didapat dari memajukan jam sekolah. Pertama, bisa mereduksi kemacetan sebesar 6-14 persen. Kedua, waktu tempuh ke sekolah menjadi lebih singkat. Ketiga, penggunaan bahan bakar menjadi ekonomis. Dan keempat, siswa akan lebih segar.

Namun alasan kalau siswa bisa lebih segar dengan masuk lebih pagi ditentang Dr. Andreas Prasadja, dokter teknologi tidur. Sebab dikhawatirkan justru berdampak pada menurunya kualitas pendidikan, prestasi akademis dan perilaku anak-anak kita.

“Di negara-negara maju saat ini justru sedang terjadi gerakan untuk memundurkan jam masuk sekolah demi meningkatkan kualitas anak didik. Ini semua berkaitan dengan kesehatan tidur anak,” jelas Andreas dalam tulisannya di surat pembaca detikcom.

Ahli penyakit tidur dari RS Mitra Kemayoran tersebut menjelaskan, anak-anak, khususnya remaja saat ini banyak mengalami kekurangan tidur kronis. Penyebabnya, berdasarkan jam biologi, anak-anak mulai mengantuk
umumnya lewat tengah malam. Masalahnya, mereka harus bangun pagi-pagi untuk mengejar jam 07.00 WIB untuk masuk sekolah. Padahal, kebutuhan tidur mereka lebih panjang, yaitu 8,5-9,25 jam.

Tak heran, kata Andres, setiap hari banyak anak-anak yang berada dalam kondisi kurang tidur. “Karena kurang tidur mereka kesulitan  mengarahkan konsentrasi secara penuh. Malah banyak siswa yang sering tertidur di dalam kelas,” papar Andreas.

Ditambahkan Andreas, kondisi kurang tidur ini akibatnya bisa semakin buruk. Misalnya, menimbulkan Kekerasan, kenakalan dan masalah emosional.

Andreas juga menjelaskan, sebuah penelitian yang dilakukan oleh National Sleep Foundation di Amerika Serikat (AS), menunjukkan bahwa anak-anak yang cukup tidur, sekitar  8 jam sehari,  mempunyai prestasi akademis yang lebih baik dibanding yang kurang tidur.

Sementara penelitian lainnya di Universitas Minnesota membuktikan manfaat menggeser jam masuk dari jam 7:15 menjadi 8:40. Para ahli bahkan terkejut dengan banyaknya kemajuan yang dialami para mahasiswa hanya dengan menambahkan kurang dari satu jam tidur setiap harinya.

Mary Carskadon, seorang ahli di bidang tidur remaja juga telah merumuskan beberapa manfaat kecukupan tidur bagi remaja, misalnya, tidak mudah mengalami depresi, mengurangi kenakalan remaja. Nilai akademik yang lebih baik, mengurangi angka ketidak adiran di kelas, mengurangi resiko mengalami kecelakaan lalu lintas akibat kantuk, prestasi olah raga yang lebih baik, daya tahan terhadap penyakit infeksi lebih kuat, serta mengurangi risiko berbagai gangguan metabolik, termasuk obesitas.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, Andreas berharap Pemprov DKI Jakarta mau berpikir ulang terhadap kebijakannya yang memajukan jam masuk anak sekolah. Ia khawatir risiko yang akan ditimbulkan bakal lebih parah, selain masalah kemacetan di jalanan.

Sementara pengamat kebijakan publik Andrinof Chaniago berpendapat, memajukan jam masuk sekolah merupakan pelanggaran hak asasi anak-anak. “Kebijakan itu memaksa anak-anak untuk mengurangi jam tidur. Padahal kecukupan tidur merupakan kebutuhan penting bagi anak-anak,” tegas Andrinov saat berbincang-bincang dengan
detikcom.

Andrinof juga tidak setuju dengan alasan Pemprov DKI Jakarta yang mengatakan, kebijakan tersebut merupakan upaya mengurangi kemacetan. Sebab kata Andrinof, kemacetan di Jakarta tidak mengenal jam. Karena hampir setiap jam pasti macet.

Untuk itu Andrinof tidak setuju dengan alasan Pemprov DKI Jakarta.”Sebaiknya Pemprov kalau membuat kebijakan harus benar-benar diteliti. Apakah kebijakan yang dikeluarkan bisa bermanfaat bagi masyarakat dan bisa berjalan efektif,” ujarnya.

Bagi Andrinof, cara yang harus diambil Pemprov DKI Jakarta adalah dengan mengoperasikan mobil-mobil sekolah dengan sistem antar- jemput. Sebab dengan cara ini penggunaan mobil orang tua siswa akan berkurang. Dan anak-anak tidak terganggu tidurnya.

“Jangan sampai kebijakan Pemprov yang bertujuan  mengatasi masalah justru malah menimbulkan masalah baru,” pungkas Andrinof.(ddg/iy)

Dr. Andreas Prasadja, RPSGT

Jam Masuk Sekolah Dimajukan, Kualitas Anak Terancam

Rencananya, Pemprov DKI tahun depan akan memajukan jam masuk sekolah menjadi pukul 6:30. Alasannya adalah untuk mendistribusikan volume kendaraan sehingga kemacetan dapat dikurangi. Tetapi tampaknya para pengambil keputusan ini belum mendapat masukan yang lengkap, terutama terhadap dampaknya bagi kualitas anak. Dari sisi kedokteran tidur, ada dua hal yang menjadi kekhawatiran kami, pertama kecukupan tidur anak, kedua kekacauan jam biologis anak.

Tidur

Sudah menjadi pendapat umum bahwa bangun pagi menunjukkan suatu sikap terpuji. Dengan semangat dan disiplin yang kuat seseorang dapat membiasakan bangun pagi mengalahkan rasa kantuk yang identik dengan kemalasan. Tapi sebenarnya tidaklah demikian.

Kecukupan tidur seseorang adalah mutlak. Rasa segar penuh vitalitas saat bangun tidur, selalu ingin ditiru dan dirasakan seseorang sepanjang waktu. Itu sebabnya di sepanjang sejarah manusia kita dapat melihat berbagai penemuan stimulan, mulai dari kafein, kokain hingga nikotin. Tetapi kata ‘stimulan’ yang sudah terlanjur populer ini sebenarnya kurang tepat karena zat-zat tersebut tidak memberi stimulasi, hanya menghambat kantuk. Hingga kata yang paling tepat sebenarnya adalah, hipnolitik. Kesimpulannya, tidak ada suatu zat pun yang dapat menggantikan tidur.

Tidur, jika dipandang sebagai suatu aktivitas yang pasif menimbulkan kesan malas. Sebenarnya tubuh dan otak amatlah aktif saat tidur. Kemampuan produktifitas kita di saat terjaga justru ditentukan oleh proses tidur seseorang. Bayangkan, kita menghabiskan sepertiga hidup kita untuk tidur. Jika tidur tidak bermanfaat berarti ada yang salah dengan proses penciptaan manusia.

Dalam tidur berlangsung proses perbaikan sel-sel yang rusak. Hal ini sudah diajarkan dalam mata pelajaran IPA saat saya SMP dulu. Pada usia anak khususnya, dalam tahapan tidur dalam dikeluarkan hormon pertumbuhan (growth hormone) yang berperan dalam proses tumbuh kembangnya. Daya tahan tubuh pun sebenarnya bekerja optimal pada saat tidur. Sementara tahap tidur mimpi diyakini oleh para ahli sebagai tahapan dimana kemampuan otak dijaga.

Jam Biologis

Di dalam tubuh manusia terdapat jam biologis yang berdetak menentukan saat-saat yang baik untuk beraktivitas ataupun beristirahat. Dengan menyesuaikan jadwal aktivitas dengan jam biologis, produktivitas kita akan menjadi maksimal.

Contoh yang paling mudah, adalah dengan melihat pola aktivitas remaja. Mereka bangun di pagi hari untuk mengejar masuk kelas jam 7:00. Di saat pelajaran dimulai, banyak diantara mereka yang seola masih mengawang-awang sulit berkonsentrasi. Untuk benar-benar menyerap pelajaran, mereka membutuhkan usaha keras. Tetapi ketika jam sudah mendekati pukul 10:00, seolah ada energi baru yang menyusup. Suasana hati lebih gembira, mengikuti pelajaran pun jadi terasa lebih mudah dan menyenangkan. Ini berlangsung hingga jam pulang sekolah. Sementara di malam hari, tak jarang kita temui remaja yang sedang asyik belajar atau berkarya pada jam 21:00-22:00 dimana orang tuanya sudah mulai mengantuk. Bahkan sering kita dengar keluhan remaja yang sulit tidur jika belum lewat tengah malam. Sebenarnya ini normal bagi jam biologis mereka.

Sayangnya, mereka harus mengikuti jadwal yang ditentukan oleh orang dewasa sehingga banyak di antara mereka yang mengalami kurang tidur kronis tanpa benar-benar menyadarinya. Salah satu tandanya adalah letupan emosi yang dapat berujung pada kenakalan remaja.

Gangguan ini jadi amat berbahaya jika mereka mulai berkendara. Kondisi kurang tidur kronis yang mereka derita mengurangi kemampuan mereka berkendara. Meski kebanyakan mengaku tidak pernah tertidur, tetapi kemampuan refleks mereka amat buruk, hingga kecelakaan pun sulit dihindari.

Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Kyla Wahlstrom menunjukkan bahwa dengan membuktikan bahwa dengan memundurkan jam masuk sekolah hingga 8:40 amat bermanfaat bagi para murid. Angka absensi mereka menurun, nilai-nilai mereka membaik, prestasi olah raga yang juga meningkat dan daftar siswa absen semakin menurun.

Tak heran jika kini beberapa sekolah di negara-negara maju justru mempertimbangkan untuk memundurkan jam masuk sekolah menjadi pukul 8:30 pagi.

********************

Bagi saya pribadi, ketika sedang melihat anak saya tidur. Lalu tampak bola matanya bergerak-gerak di balik kelopak matanya yang terpejam, saya tahu bahwa dalam lelap tidurnya otak sedang mengalami pertumbuhan. Sayang khan kalau prosesnya harus dihentikan atas nama ‘rajin.’

Anak Hiperaktif & Gangguan Tidur

Maya, usia 6 tahun dibawa ke dokter karena mendengkur dan tampak sesak nafas saat tidur. Anak tersebut tampak lincah dan tak bisa diam. Ia selalu bergerak dan menanyakan segala hal di sekitarnya. Walau demikian, si ibu dengan sedih menjelaskan bahwa Maya kemungkinan menderita ADHD ringan.

ADHD (attention-deficit/hyperactivity disorder) adalah gangguan perilaku yang berkaitan dengan proses tumbuh kembang anak yang ditandai dengan hiperaktifitas, impulsivitas dan kurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi. Meskipun Maya tidak dikategorikan sebagai ADHD, si Ibu tidak bisa mengabaikan keadaan anaknya yang amat aktif, tak bisa diam dan mudah rewel tersebut. Dan ia amat terkejut sewaktu dokter menjelaskan bahwa kondisi hiperaktifitas anaknya tersebut mungkin sekali berkaitan dengan tidur ngorok Maya.

Sleep Apnea Pada Anak

Sleep apnea adalah gangguan tidur yang ditandai dengan mendengkur dan rasa kantuk berlebih. Sleep apnea, yang artinya henti nafas saat tidur, pada orang dewasa menjadi penyebab hipertensi berbagai penyakit jantung, diabetes hingga stroke. Pada anak, sleep apnea, menjadi lebih serius karena ternyata berhubungan langsung dengan proses tumbuh kembangnya.

Coba perhatikan anak yang sedang tidur ngorok. Pada suatu saat suara ngorok tersebut akan hilang, dan anak tampak sesak seolah tercekik. Yang terjadi sebenarnya adalah penyempitan saluran nafas yang mengakibatkan udara tidak dapat masuk atau keluar. Gerakan nafas akan menghebat karena sesak. Akibat oksigen yang merosot dan kadar karbondioksida yang meroket, si anak akan terbangun disertai suara hentakan keras seolah nafas baru terbebas. Episode bangun ini disebut sebagai episode bangun mikro (micro arousal) karena walau gelombang otak terbangun, namun si anak tidak terjaga. Dan episode ini terus berulang sepanjang malam hingga mengganggu kualitas tidur. Akibatnya, ia akan terus berada dalam kondisi kurang tidur, walaupun sebenarnya sudah tidur cukup. Anak, untuk melawan rasa kantuknya justru jadi semakin aktif secara fisik.

Sekarang bayangkan jika anak Anda yang normal, dalam tidurnya setiap 20-30 detik sekali ditepuk hingga terbangun. Apa yang terjadi? Tentu di siang hari dia akan rewel, sulit berkonsentrasi dan cenderung hiperaktif. Bagaimana jika setiap tidur ini terjadi? Tak heran jika banyak anak penderita sleep apnea yang tampilannya jadi mirip dengan ADHD.

Belakangan, wacana sleep apnea banyak dibicarakan. Para dokter anak pun sudah amat peka terhadap masalah ini. Hanya sayang, kita masih terlalu terpaku pada artikel-artikel yang menyatakan bahwa anak gemuklah yang biasanya ngorok. Padahal ini tidak sepenuhnya benar. Seperti Maya halnya. Dia termasuk anak yang tidak gemuk. Malah cenderung langsing. Berdasarkan berbagai penelitian di Korea, ras Asia tidak perlu gemuk untuk menderita sleep apnea. Ini disebabkan oleh struktur rahang kita yang lebih sempit dan leher yang lebih pendek dibanding ras Eropa.

Tidur pada Anak

Proses tidur amatlah penting bagi seorang anak. Karena proses tumbuh kembang justru terjadi pada saat tidur. Pada tahap tidur dalam, dikeluarkan growth hormone yang berperan dalam proses pertumbuhan. Sedangkan pada tahap tidur mimpi, dipercaya sebagai tahap tidur dimana kemampuan kognitif, mental dan emosional dijaga.

Dengan adanya sleep apnea, proses tidur akan terpotong-potong. Akibatnya proses tumbuh kembang pun terganggu. Kecerdasan dan potensi-potensi mental lain yang seharusnya tumbuh dan berkembang saat tidur, tidak tumbuh. Kondisi emosionalnya pun buruk, anak jadi rewel dan mudah marah. Karena mengantuk, anak juga semakin aktif dan sulit memusatkan perhatian.

Hiperaktifitas dan Tidur

Anak yang memang terdiagnosa ADHD pun harus tetap diperhatikan tidurnya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak ADHD menunjukkan kemajuan yang berarti setelah dirawat gangguan tidurnya. Sebuah artikel di jurnal kedokteran SLEEP bahkan mengatakan bahwa anak ADHD merespon terapi stimulan dengan baik karena mereka mengalami kantuk berlebih (excessive daytime sleepiness.) Penelitian ini juga menyatakan bahwa 50% dari anak ADHD menderita sleep apnea, sedangkan pada anak normal hanya 22% yang menderita. Gangguan tidur lain yang juga sering ditemui pada anak ADHD adalah periodic limb movements in sleep (PLMS).

Penelitian lain yang dilakukan di Taiwan tahun 2004 menganjurkan agar seorang anak yang didiagnosa dengan ADHD juga diperhatikan tidurnya. Karena mereka menemukan bahwa penderita ADHD yang juga menderita sleep apnea memiliki kondisi yang lebih buruk dibanding anak ADHD tanpa gangguan tidur. Lebih jauh lagi, di tahun 2007 kelompok yang sama, menerbitkan penelitian mereka yang menunjukkan hubungan sleep apnea dengan terapi ADHD. Pada penelitian tersebut, mereka membuktikan bahwa anak ADHD penderita sleep apnea, bisa menghindari efek samping pengobatan ADHD jika sleep apnea-nya dirawat.

Untuk anak penderita ADHD pengobatan yang paling sering diberikan adalah golongan stimulan. Namun jadwal pengobatan yang kurang tepat malah dapat menyebabkan anak sulit tidur sehingga gejala ADHD semakin menjadi parah. Untuk itu, sesuaikanlah pemberian obat dengan jadwal tidur anak.

Perawatan

Seperti Maya, anak yang mendengkur harus menjalani pemeriksaan tidur di laboratorium tidur. Dalam pemeriksaan ini anak akan direkam fungsi-fungsi tubuhnya selama tidur sepanjang malam. Yang mengejutkan pada kasus Maya, ia mengalami henti nafas sebanyak 106 kali perjam.
Pemilihan terapi harus berdasarkan pemeriksaan tidur dan pemeriksaan THT yang seksama. Kebanyakan sleep apnea pada anak disebabkan oleh pembesaran adenoid dan tonsil sehingga terapi lebih diarahkan pada kedua organ tersebut. Namun ada juga kemungkinan harus menggunakan CPAP (continuous possitive airway pressure).

Setelah Maya menjalani perawatan, kini ia tidur nyaman, tidak mendengkur, kantuk berlebih hilang, dan tidak hiperaktif lagi. Dan keluarga pun dapat tidur tenang mengetahui bahwa segala potensi dapat tumbuh pesat di saat Maya tertidur.

Mengenal Pola Tidur Bayi

Tidur pulas akan membantu perkembangan kecerdasan anak

Selasa, 9/3/2010 | 12:37 WIB

KOMPAS.com – Tidur amat penting bagi anak. Tidur memungkinkan tubuh beristirahat untuk memulihkan stamina. Tidur berkualitas memiliki peran krusial pada kondisi perkembangan kesehatan jiwa anak, disamping dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya. Nah, bagaimana dengan bayi, seperti apa pola tidur yang baik untuknya?

Porsi tidur bayi baru lahir yang kurang lebih 18 jam sehari ini waktunya tidak menentu, mengingat jam biologisnya masih belum matang. Memasuki usia 2 bulan, pola tidur tersebut akan bergeser, namun waktunya pun belum menentu.

Masuk usia 3-6 bulan, jumlah tidur siang akan berkurang, kira-kira 3 kali dan akan terus berkurang. Pada masa ini, tidur bayi seringkali amat aktif, mereka bisa tersenyum, mengisap, dan tampak gelisah. Masuk usia 6-12 bulan, bayi hanya tidur siang 2 kali. Menjelang usia 1 tahun biasanya ia hanya perlu tidur siang sekali saja, sisanya akan dihabiskan pada malam hari. total jumlah waktu tidur berkisar antara 12-14 jam per hari.

Tidur bayi dibagi menjadi fase aktif dan non aktif. Pembagian ini berdasarkan gelombang otak. Fase non aktif bisa disamakan dengan fase non-REM pada orang dewasa dan fase aktif adalah fase REM. Pada bayi yang baru lahir, 50 persen dari tidurnya ada di fase aktif/REM. Ini menunjukkan pentingnya fase REM bagi perkembangan otak bayi. Dengan bertambahnya usia, tidur aktif akan semakin berkurang hingga pada dewasa yang hanya 20-25 persen saja. Pada tidur non aktif, bayi akan tampak tidur lelap, diam, dan amat tenang, hingga ada istilah sleep like a baby.

Untuk diketahui, kualitas tidur bayi tidak dapat dinilai secara kasat mata. Harus dilihat dengan alat pendukung. Tapi untuk mudahnya, saat bayi tidur dan kita melihat bola matanya bergerak-gerak di balik kelopak mata, berarti ia dalam fase tidur aktif.

Untuk diketahui, bai tidak mempunyai masalah tidur. Tetapi masa bayi adalah masa pematangan jam biologis, hingga penting bagi orangtua untuk mengenalkan kebiasaaan tidur yang baik padanya sejak sedini mungkin. Kenalkan padanya untuk beraktivitas di siang hari dan tidur di malam hari.

Narasumber: dr. Andreas A. Prasadja, RPSGT, Sleep Disorder Clinic RS Mitra Kemayoran, Jakarta Pusat.

(Tim Nakita)

link: http://female.kompas.com/read/xml/2010/03/09/12372210/mengenal.pola.tidur.bayi

Efek Buruk Ketika Anak Kurang Tidur

Senin, 20 Juli 2009 | 13:41 WIB
Waspadai anak rewel dan sering menangis. Bisa jadi ia kurang tidur.

KOMPAS.com – Kualitas tidur yang baik diperoleh dengan deep sleep atau tidur lelap. Tanpa itu, meskipun tidurnya lama, anak bisa saja mengalami kurang tidur. Kualitas tidur yang kurang akan menghambat aktivitas anak hingga pada akhirnya berpengaruh terhadap proses kreativitas, sosialisasi, dan kemampuan fisiknya. Kurang tidur dapat dideteksi melalui pengamatan cermat terhadap berbagai gejalanya, seperti emosi yang labil (cengeng, selalu merengek, mudah tersinggung, dan kesal), konsentrasi rendah, cepat lelah, tidak bugar, mudah lupa, atau pertumbuhan anak tidak memenuhi standar (failure to thrive). Selain itu, biasanya tidur anak pun ditandai dengan suara mendengkur, sikap gelisah, dan sering terjaga.
Untuk lebih jelasnya, inilah akibat-akibat jika anak mengalami masalah kurang tidur:

Tinggi badan kurang. Salah satu dampak kurang tidur pada anak adalah gangguan pertumbuhan badan karena pengeluaran hormon selama tidur menjadi “kacau”. Ya, kekurangan tidur pada anak akan menganggu sekresi hormon, salah satunya hormon pertumbuhan. Pasalnya, kadar tertinggi dalam hormon pertumbuhan dilepaskan dalam peredararan darah tatkala anak tidur. Lantaran itu, kekurangan tidur menyebabkan pelepasan hormon pertumbuhan terganggu, sehingga dikhawatirkan memengaruhi pertumbuhan tinggi badan anak.

Daya tahan tubuh menurun. Kurang tidur menyebabkan otak tak memiliki waktu cukup untuk memperbaiki sel-sel yang rusak. Ini berarti mengganggu regenerasi sel-sel tubuhnya. Tubuh tentu akan terganggu keseimbangannya, termasuk fungsi metabolisme dalam tubuh. Para peneliti menyimpulkan, kurang tidur menyebabkan kerentanan fungsi imun atau menurunkan daya tahan tubuh. Akibatnya anak mudah sakit. Daya tahan tubuh hanya bekerja optimalpada saat tidur. Jadi, agar anak sehat, kuat dan tak mudah sakit, menambah konsumsi vitamin saja belumlah cukup, perhatikan juga kecukupan tidurnya.

Kemampuan motorik tidak optimal. Bila anak kurang tidur, maka keesokan harinya ia akan merasa kurang energik atau tidak bersemangat. Ya, kurang tidur menyebabkan notak tidak memiliki waktu cukup untuk memulihkan tenaga. Dr. Carl Hunt MD, Direktur dari National Center on Sleep Disorders Research di Nationanl Institute of Health mengatakan, kurang tidur akan mengakibatkan terganggunya kemampuan motorik karena anak dalam keadaan lelah. Motorik kasarnya menjadi lamban atau justru berlebihan, sedangkan gerak halusnya kurang cermat. Alhasil, anak menjadi kurang cermat dan ceroboh.
Kurang tidur juga menyebabkan anak kurang waspada dan mudah cedera atau mengalami kecelakaan. Kecelakaan itu mungkin saja terjadi ketika anak bermain sepeda, terantuk, atau terjatuh ketika bermain. Manifestasi kantuk pada anak sedikit berbeda. Tidak seperti orang dewasa, anak yang menahan kantuk justru lebih aktif secara fisik sehingga terkesan tidak bisa diam.

Sulit berkonsentrasi. Lantaran kurang tidur, saat pagi ataupun siang hari, anak tidak mampu menahan kantuknya. Alhasil, anak mengalami kesulitan konsentrasi. Anak sulit mengerjakan sesuatu karena sulit berkonsentrasi. Selain mengalami penurunan konsentrasi, anak juga kurang perhatian, lambat, mengalami gangguan belajar, bahkan prestasi akademik menurun.
Tidur amat berperan pada proses tumbuh kembang seorang anak. Tahap tidur dengan mimpi yang ditandari dengan gerakan bola mata cepat (REM: Rapid Eye Movement), diyakini sebagai tahapan tidur ketika proses perkembangan otak dan saraf terjadi. Jika ini terganggu/kurang berarti akan ada potensi-potensi yang terlewatkan.

Muncul gangguan emosi. Kalau kurang tidur, maka anak mengalami gangguan emosi. Ia cepat marah, mudah tersinggung, agresif, bahkan stres. Intinya, anak jadi emosional. Bagi anak balita, biasanya jadi rewel, sensitif, dan cengeng. Pengendalian emosinya buruk.

Kegemukan atau obesitas. Penelitian Universitas Otago, Dunedin, Selandia Baru, yang dipublikasikan jurnal Pediatrics, menyebutkan, kurang tidur dapat menyebabkan obesitas. Awalnya, tubuh yang tak bugar membuat anak enggan melakukan aktivitas fisik. Akibatnya, kalori dalam tubuh tertimbun menjadi lemak. Selain itu, kurang tidur memicu tingginya hormon yang meningkatkan keinginan makan dan menekan produksi hormon yang membatasi keinginan makan.

Risiko diabetes meningkat. Menurut laporan sebuah penelitian di Jepang, kurang tidur juga meningkatkan risiko naiknya kadar guka darah tinggi sehingga berpotensi menyebabkan diabetes. Seperti diungkapkan Profesor Yoshitaka Kaneita dari Universitas Nihon, Jepang, kurangnya waktu istirahat pada malam hari dapat memicu produksi hormon yang merangsang nafsu makan. Hal itu dapat meningkatkan perasaan lapar seperti halnya selera mengonsumsi makanan berkalori tinggi. Kurang tidur juga memengaruhi kemampuan tubuh untuk melakukan metabolisme gula. Alhasil, kemampuan tubuh dalam memproses glukosa akan menurun dan meningkatkan risiko diabete. Kurang tidur jika terjadi terus menerus dapat mengakibatkan timbulnya penyakit lain, seperti darah tinggi dan jantung.

Narasumber: Dr. Andreas Prasadja, RPSGT, dari Sleep Disorder Clinic, RS Mitra Kemayoran, Jakarta; Sekretaris INA Sleep, Indonesian Society of Sleep Medicine. (Hilman)

Sumber : www.tabloid-nakita.com

link: http://perempuan.kompas.com/read/xml/2009/07/20/13411129/Efek.Buruk.Ketika.Anak.Kurang.Tidur.