Filed under: Mendengkur | Tagged: atasi mendengkur, atasi ngorok, CPAP, mendengkur, ngorok, selalu mengantuk, sleep apnea | Leave a comment »
Rawat Ngorok Jika Tak Mau Serangan Jantung Berulang
Mereka yang telah menjalani terapi angioplasti koroner untuk membuka penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah disarankan untuk menjalani perawatan mendengkur.
Demikian menurut sekelompok peneliti dari Rumah Sakit Pusat Kobe, Jepang. Ditemukan bahwa jika mendengkur dan gangguan nafas saat tidur diabaikan, pasien yang telah mengalami sumbatan arteri koroner beresiko mengalami serangan jantung atau stroke sampai dua kali lipat.
Mengapa? Mendengkur merupakan tanda terjadinya penyempitan saluran nafas saat tidur. Akibatnya saluran nafas tersumbat dan secara berkala mengakibatkan penurunan kadar oksigen.
Sleep apnea atau henti nafas saat tidur terjadi ketika seseorang pendengkur tidur. Di antara dengkuran suara berisik terhenti, dan nafas tampak berat. Saat ini saluran nafas tersumbat, dan penderita seolah tercekik dalam tidur.
Dalam kondisi tersebut oksigen turun drastis. Karena sesak, penderita akan tersedak untuk mengambil nafas tiba-tiba. Jika dilihat gelombang otak tidurnya, pendengkur terbangun singkat tanpa terjaga.
Bayangkan jika ini terjadi berulang kali sepanjang malam. Akibatnya oksigen turun naik, dan pendengkur terpotong-potong proses tidurnya. Pendengkur akan merasa tak segar dan terus mengantuk sepanjang hari walaupun durasi tidurnya cukup. Inilah yang disebut dengan hipersomnia, kantuk berlebihan.
Proses terbangun-bangun dan turun naiknya oksigen akan memicu respon inflamasi yang bersifat merusak bagi kesehatan jantung.
Henti nafas pada sleep apnea bisa berlangsung bervariasi sepanjang malam. Sepuluh detik hingga puluhan detik. Bayangkan betapa merusaknya kondisi henti nafas saat tidur ini.
Penelitian yang diterbitkan pada the Journal of the American Heart Association Juni 2016, melihat data dari 241 pasien yang telah jalani prosedur pembukaan sumbatan arteri jantung. Kesemuanya kemudian menjalan pemeriksaan tidur yang merekam aliran udara dan fungsi-fungsi nafas saat tidur. Didapati 52,3 persen pasien ternyata juga menderita sleep apnea.
Pasien-pasien tersebut diikuti selama 5 tahun. Sejumlah 21,4 persen dari yang mendengkur ternyata alami serangan pada pembuluh darahjantung atau otak, dibandingkan dengan 7,8 persen pada non pendengkur. Sementara, resiko kematian didapati meningkat hingga tiga kali lipat pada pendengkur.
Para ahli tersebut menutup publikasinya dengan seruan agar para dokter mulai mengevaluasi kebiasaan tidur pasien-pasien dengan masalah jantung dan stroke. Tak sulit, cukup tanyakan kebiasaan mendengkurnya saja. Biasanya pasangan pasienlah yang langsung mengamini.
Filed under: Gangguan Tidur, Mendengkur | Tagged: atasi mendengkur, CPAP, mendengkur, ngorok, OSA, sleep apnea | 2 Comments »
Ngorok dan Stroke
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia. Menurut data tahun 2013, di Indonesia 12,1 dari 1000 penduduk mengalami stroke, bandingkan di tahun 2007 yang hanya 2007.
Sementara, bukti tentang mendengkur dan henti nafas saat tidur (sleep apnea) sebagai faktor resiko terjadinya stroke semakin menggunung. Penelitian Sleep Heart Health Study di tahun 2010 menunjukkan, semakin parah dengkuran seseorang, semakin tinggi resikonya mengalami stroke iskemik. Derajat keparahan yang ditunjukkan oleh indeks henti nafas tidur (AHI) lebih dari 19 kali perjam akan tingkatkan resiko stroke hingga 3 kali lipat, pada kelompok usia paruh baya ke atas. Sementara penelitian lain di Australia yang diterbitkan pada the Journal of Clinical Sleep Medicine di tahun 2014 tunjukkan bahwa penderita sleep apnea sedang-parah (AHI>15/jam) memiliki resiko stroke 3,7 kali lipat.
Mendengkur
Sleep apnea atau henti nafas saat tidur, terutama ditandai dengan tidur yang mendengkur. Tampak sepele, tapi pasangan dari penderita sleep apnea tahu persis bagaimana mengerikannya pendengkur tidur. Bukan karena kerasnya suara dengkuran, tetapi episode henti nafas dan tersedak seperti tercekiklah yang menjadikan pengalaman tidur dengan pendengkur terasa mengkhawatirkan.
Aturan pertama bagi pendengkur adalah percaya apa yang dikatakan pasangan tentang dengkuran. Karena pendengkur tak tahu dirinya mendengkur saat tidur. Pasanganlah yang paling tahu tidur Anda.
Episode henti nafas inilah yang selanjutnya berakibat pada proses tidur yang terganggu. Karena sesak berulang, tanpa disadari, otak jadi terbangun berulang kali. Akibatnya pendengkur bangun kurang segar di pagi hari, dan jadi mudah mengantuk sepanjang hari hingga menurunkan kualitas hidup penderitanya.
Ngorok dan Stroke
Tidur ngorok berakibat luas pada kesehatan. Sleep apnea akibatkan hipertensi, gangguan jantung, stroke, diabetes dan impotensi.
Hubungan antara stroke dan sleep apnea belum bisa dipastikan. Semua perubahan pada hemodinamis, sistem saraf, pembuluh darah dan proses inflamasi akibat henti nafas saat tidur diduga berakibat langsung pada terjadinya stroke.
Penelitian Terbaru
Dalam jurnal kedokteran tidur SLEEP terbitan 2016 menjelaskan bahwa pada kelompok usia lanjut, penurunan kadar oksigen jauh lebih penting dinilai dibanding derajat keparahan ngorok (AHI) untuk memprediksikan resiko stroke.
Penelitian ini menyertakan 2.872 orang berusia sekitar 70an tahun yang diikuti selama 5-7 tahun. Pada pemeriksaan lanjutan, sebanyak 156 orang (5,4%) mengalami stroke. Kemudian data penderita stroke ini dicocokkan dengan data pemeriksaan tidur (polisomnografi) untuk melihat riwayat sleep apneanya. Data yang dinilai adalah derajat keparahan henti nafas serta penurunan kadar oksigen yang dialami selama tidur.
Ternyata, pada penurunan kadar oksigen dibawah 90% pada lebih dari sepersepuluh waktu tidur, didapati resiko stroke yang meningkat hingga 1,8 kali lipat dibanding yang tidak mengalami penurunan oksigen.
Perawatan
Diagnosis sleep apnea hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan tidur di laboratorium tidur. Derajat keparahan henti nafas dan penurunan kadar oksigen jadi penting bagi penentuan perawatan pasien nantinya. Perawatan sleep apnea bisa dengan menggunakan oral appliances, CPAP atau lewat jalan pembedahan. Tapi jangan salah, terkadang didapati juga pendengkur yang tak mengalami gangguan nafas. Pendengkur seperti ini tidak diindikasikan untuk dilakukan perawatan medis apa-apa karena tak membahayakan kesehatannya.
Pada sebagian besar penderita sleep apnea, perawatan terbaik adalah dengan menggunakan continuous positive airway pressure (CPAP). Penelitian Becker dan kawan-kawan di tahun 2003 menunjukkan bahwa peggunaan CPAP dalam perwatan sleep apnea akan menurunkan resiko penyakit jantung koroner sebesar 37% dan penurunan resiko stroke hingga 56%.
Sementara peneltian yang diterbitkan oleh jurnal Clinics, Brasil di tahun 2008 menyatakan bahwa perawatan sleep apnea pada pasien stroke akan memperbaiki kadar oksigen, arsitektur tidur dan indeks henti nafas. Perbaikan ini akan mencegah terjadinya serangan stroke berulang.
Filed under: Mendengkur | Tagged: atasi mendengkur, atasi ngorok, mendengkur, ngorok, sleep apnea, stroke | Leave a comment »
Akibat Mendengkur Ternyata Lebih Buruk Bagi Wanita
Mendengkur sepanjang malam memang sangat mengganggu bagi pasangan, tetapi dibaliknya ada bahaya nyata yang mengintai, diantaranya hipertensi, penyakit jantung koroner, gagal jantung hingga penyakit-penyakit pembuluh darah dan jantung lainnya.
Para ahli dari Divisi Kardiologi, Brigham and Women’s Hospital di Boston menemukan bahwa ngorok lebih berbahaya bagi jantung wanita dibanding jika diderita pria.
Mendengkur dan Sleep Apnea
Ngorok sepanjang malam dan kantuk berlebihan di siang hari (hipersomnia) merupakan tanda utama dari sleep apnea atau henti nafas saat tidur. Henti nafas tidur terjadi sebagai akibat saluran nafas atas yang melemas dan menyempit saat seseorang terlelap.
Udara yang lewat akan menggetarkan area lunak di saluran nafas yang sempit. Tetapi yang berbahaya adalah ketika saluran tersebut kolaps dan tersumbat. Akibatnya, walau gerakan nafas berusaha menarik udara, tak terjadi pertukaran udara. Inilah henti nafas tidur atau obstructive sleep apnea. Karena sesak, otak akan membangunkan tubuh sejenak untuk mengambil nafas. Tanpa sadar, pendengkur akan terbangun berulang kali. Ia tak terjaga. Akibatnya penderita sleep apnea akan merasa tak segar saat bangun dan terus mengantuk sepanjang hari. Ini disebut sebagai hipersomnia.
Berbagai penelitian sebelumnya sudah menyebutkan bagaimana ngorok sangat mengganggu kesehatan jantung dan pembuluh darah. Sleep apnea, menyebabkan hipertensi, diabetes, penyakit jantung, stroke, depresi hingga disfungsi seksual. Sayangnya kebanyakan penelitian dilakukan pada pasien pria. Karena memang penderita sleep apnea terbanyak adalah kaum adam. Tetapi penderita wanita juga ternyata banyak jumlahnya.
Penelitian
Penelitian terbaru yang diterbitkan pada jurnal Circulation, mencoba melihat efek sleep apnea pada jantung pria dan wanita. Para peneliti tersebut mengikuti 737 pria dan 879 wanita dengan usia rata-rata 63 tahun yang telah diperiksakan tidurnya menggunakan polisomnografi (laboratorium tidur). Di awal penelitian, kesemuanya tidak menderita penyakit jantung apa pun.
Lalu kadar troponin T diperiksakan. Troponin T adalah protein yang dilepaskan ke aliran darah ketika jantung terganggu. Jika ditemukan pada orang sehat, maka bisa diindikasikan bahwa orang tersebut memiliki peningkatan risiko menderita penyakit jantung di kemudian hari.
Tim peneliti tersebut mengikuti data para pasien selama 14 tahun. Semua kejadian gagal jantung, penyakit jantung koroner maupun kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah dicatat.
Hasilnya, ternyata sleep apnea secara independen berhubungan langsung dengan peningkatan kadar troponin T, gagal jantung dan kematian pada wanita. Pada wanita ditemukan juga bahwa sleep apnea akibatkan pembengkakkan jantung.
Para peneliti menyimpulkan bahwa ngorok dan sleep apnea memberikan efek buruk pada kesehatan jantung. Hanya saja pada wanita akibatnya bisa lebih buruk dibandingkan pria.
Sementara dari berbagai penelitian lain, didapati bahwa perawatan dengkur sedini mungkin akan menurunkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Sayangi jantung, atasi mendengkur.
Filed under: Mendengkur | Tagged: atasi mendengkur, jantung, mendengkur, ngorok, sleep apnea, wanita | Leave a comment »
7 Hal Tentang Mendengkur dan Henti Nafas Tidur
Sleep apnea, atau henti nafas saat tidur masih belum begitu diketahui orang di tanah air. Sementara yang sudah tahu pun belum mengerti benar apa itu sleep apnea. Banyak kesalah pahaman meliputinya. Tak jarang ketidak tahuan pun berakibat pada keterlambatan perawatan.
Penderita sleep apnea pun semakin bertambah jumlahnya. Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai penyebabnya, sementara penelitian lain menyebutkan bahwa jumlah penderita meningkat seiring dengan semakin bertambahnya kesadaran pendengkur untuk memeriksakan dirinya. Apa pun sebabnya, dengan semakin banyak penderita sleep apnea yang dirawat, resiko penyakit jantung koroner dan stroke pun menurun.
Dari beberapa pasien saya, ada beberapa hal yang ingin saya bagikan.
1. Mendengkur itu wajar dan tak berbahaya.
Banyak orang mendengkur, kebanyakan teman seusia saya juga mendengkur; ujar salah satu pasien pria berusia 60-an tahun. Walau banyak orang mendengkur, bukan berarti mendengkur itu normal. Bahkan membahayakan. Mendengkur adalah gejala utama dari sleep apnea atau henti nafas saat tidur. Penderitanya berulang kali mengalami henti nafas akibat menyempitnya saluran nafas saat tidur. Akibatnya oksigen akan turun-naik sepanjang malam. Sebuah penelitian di Spanyol mengimitasi kondisi oksigen turun naik ini pada tikus. Akibatnya sel tumor yang disuntikkan berkembang menjadi ganas setelah beberapa waktu.
Sementara penelitian-penelitian terdahulu sudah mengamini mendengkur sebagai penyebab hipertensi, berbagai penyakit jantung, stroke, depresi, kematian dan impotensi.
2. Hanya pria yang mendengkur.
Ini pun salah. Wanita juga bisa mendengkur. Hampir seperlima pasien saya adalah wanita.
Walau hasil pemeriksaan tidur menunjukkan bahwa wanita menderita sleep apnea yang lebih ringan dibanding pasien pria, namun mendengkur pada wanita tetap tak boleh diremehkan. Terutama pada masa kehamilan, sleep apnea menyebabkan gangguan perkembangan janin, preeklampsia, diabetes pada kehamilan, serta resiko prematuritas.
3. Anak-anak mendengkur itu tampak menggemaskan.
Ya, memang menggemaskan tetapi ketika di antara dengkuran tampak nafas jadi berat bahkan tampak sesak, justru jadi mengerikan. Henti nafas yang dialami pada anak akan mengganggu proses tidur yang pada akhirnya akan menyebabkan gangguan tumbuh kembang, emosi dan perilaku. Daya tahan tubuh juga menurun, hingga anak mudah terserang penyakit infeksi.
Selain mendengkur, gejala lain sleep apnea pada anak adalah kantuk yang berlebihan (hipersomnia). Hanya saja manifestasi hipersomnia pada anak, justru muncul sebagai hiperaktivitas. Biasanya orang tua melaporkan anak sulit mempertahankan konsentrasinya. Secara emosional, anak pun jadi lebih agresif. Semua hal yang sering kita temui pada anak yang menahan kantuk.
4. Sleep apnea bisa menurun.
Sebenarnya sleep apnea atau mendengkur disebabkan oleh saluran nafas yang sempit. Struktur wajah, bentuk rahang, gigi geligi, amandel, dan langit-langit mulut dari anak dan orang tua tentu mirip. Tak heran jika ada pasien anak yang mendengkur, salah satu dari orang tuanya pun ternyata mendengkur.
5. Mendengkur disebabkan oleh kegemukan.
Belum tentu benar. Banyak literatur memang menyatakan obesitas sebagai penyebab sleep apnea. Tapi penelitian-penelitian ini dilakukan di negara-negara ras Eropa. Mereka memiliki stuktur rahang lebar dan leher yang lebih panjang, berbeda dengan kita orang Asia yang memiliki rahang sempit dan leher pendek. Ini sebabnya banyak orang yang tidak gemuk pun mendengkur.
Para ahli bahkan menemukan bahwa sleep apnea justru mengakibatkan gangguan metabolisme yang menyebabkan kegemukan. Contoh paling mudah adalah dengan merefleksikan pada diri sendiri, saat menahan kantuk akibat lembur bekerja, kita cenderung lapar bukan? Ya, sel-sel di otak pun mendikte kita untuk mencari makanan dengan rasa manis, asin dan gurih.
6. Perawatan sleep apnea adalah dengan CPAP.
CPAP, singkatan dari continuous positive airway pressure memang merupakan standar utama perawatan sleep apnea. Tapi tak semua pendengkur harus menggunakan CPAP. Ada alternatif perawatan lain berupa pembedahan atau penggunaan dental appliances (yang dibuat dokter gigi). Untuk menentukan perawatan terbaik, seorang pendengkur harus menjalani pemeriksaan. Pemeriksaan saat tidur dilakukan di laboratorium tidur atau populer dikenal dengan sebutan sleep study. Dari pemeriksaan ini diagnosis baru bisa ditegakkan, dan perawatan baru ditentukan.
Tidak semua pasien baik dengan jalan pembedahan. Demikian juga tak semua pendengkur baik dengan gunakan CPAP. Terkadang ada kondisi tertentu dimana pasien harus menjalani keduanya. CPAP merupakan sebuah alat yang meniupkan tekanan positif agar saluran nafas tak menutup saat tidur. Walau tak biasa di awal pemakaian, dengan penyetelan, pelatihan dan pemberian yang baik dari tenaga medis terlatih, perawatan jangka panjang nan nyaman bisa tercapai. Belakangan mulai diteliti kemungkinan alat-alat baru untuk merawat sleep apnea, seperti alat implan untuk merangsang otot-otot saluran nafas atas, atau alat semacam plester hidung yang bisa digunakan. Semoga dalam waktu dekat semakin banyak alternatif perawatan bagi penderita sleep apnea.
Tujuan perawatan medis adalah menjaga fungsi-fungsi nafas saat tidur, bukan pada suara dengkuran. Tapi jangan khawatir, dengan melakukan perawatan pada saluran nafas, otomatis suara dengkuran turut hilang.
7. Jangan abaikan dengkuran.
Dengan semakin banyaknya bukti-bukti ilmiah bahaya mendengkur, sudah selayaknya kita tak lagi mengabaikan pendengkur di sekitar kita. Seorang pendengkur hanya tahu dirinya mendengkur ketika diberi tahu orang lain. Sering kali saya jumpai pasien terkaget-kaget saat dijelaskan parahnya henti nafas yang ia alami. Ya, penderita sleep apnea tak pernah menyadari apa yang ia alami selama tidur. Bagaimana ia tercekik dan tersedak saat tidur, bagaimana kadar oksigen turun atau bagaimana jantung jadi bekerja keras saat tidur.
Jika ada pendengkur di sekitar Anda, jangan ditertawakan. Bisa jadi ia menderita sleep apnea yang mempertaruhkan nyawanya setiap kali tertidur. Peringatkan, ajak ia memeriksakan dirinya. Dengan demikian Anda menyelamatkan hidupnya!
Filed under: Mendengkur | Tagged: atasi mendengkur, atasi ngorok, bahaya mendengkur, CPAP, dengkur | Leave a comment »
Mendengkur Percepat Penurunan Daya Ingat
Bagi orang lanjut usia, masalah mendengkur tak bisa diabaikan begitu saja. Sebuah studi yang baru dipublikasikan di Amerika, sebutkan bahwa warga senior yang menderita sleep apnea cenderung mengalami penurunan fungsi kognitif lebih cepat dibanding yang tidak mendengkur.
Tapi jangan salah sangka. Mendengkur tidak menyebabkan penyakit saraf degeneratif. Hanya saja pada lansia yang derita sleep apnea, penurunan mentalnya muncul di usia yang lebih muda.
Sleep Apnea
Mendengkur merupakan tanda adanya gangguan nafas saat tidur bernama sleep apnea. Sleep apnea artinya henti nafas saat tidur.
Dengkuran pada lanjut usia muncul karena semakin lembeknya saluran nafas atas. Saat tidur saluran nafas atas tersebut melemas dan akhirnya menutup, menyumbat aliran udara nafas. Bayangkan saja ketika Anda meminum es kelapa dengan sedotan. Ketika sedotan tersumbat, sementara kita terus menyedot, sedotan jadi kolaps dan menyumbat. Demikian juga terjadinya sleep apnea pada orang lanjut usia.
Penelitian
Menurut penelitian yang diterbitkan pada jurnal kedokteran Neurology edisi April 2015, di antara penderita Alzheimer’s disease, yang dengkurannya tidak dirawat kemampuan mental rata-rata mulai hilang di usia 77 tahun, dibandingkan dengan yang dirawat baru akan hilang di usia 90. Kehilangan kemampuan mental terjadi di usia yang lebih muda jika mendengkur dibiarkan.
Gangguan nafas pada usia lanjut amat umum ditemukan. Diperkirakan 53% pria lansia menderita sleep apnea, sedangkan pada wanita adalah 26%.
Penelitian ini melihat data 2,500 orang penderita Alzheimer’s disease usia lanjut. Dari data tersebut didapatkan berapa orang yang terdiagnosa juga menderita sleep apnea dan berapa orang yang selanjutnya dirawat gangguan nafas tidurnya dengan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP).
Didapati bahwa penderita Alzheimer’s disease yang tidak menggunakan CPAP akan mengalami penurunan memori di usia yang lebih muda.
Para peneliti menekankan bahwa penelitian ini tidak menunjukkan hubungan sebab akibat antara sleep apnea dan penurunan mental. Tetapi mereka menduga hubungannya terletak pada efek penurunan oksigen dan proses tidur yang terpotong. Ketika mengalami henti nafas, penderita akan alami penurunan oksigen. Akibat sesak, ia akan terbangun tanpa terjaga. Pasien tak alami tidur yang restoratif. Pendengkur bangun dengan rasa kurang segar dan terus mengantuk di siang hari.
Hipersomnia, atau kantuk berlebihan di siang hari. Suatu gejala penyakit tidur yang diabaikan pada lansia. Semua dianggap karena faktor usia.
Sementara bukti-bukti penelitian terus menggunung, mendengkur telah diakui menyebabkan penyakit jantung, peningkatan tekanan darah, diabetes, stroke, disfungsi seksual hingga kematian. Kini penelitian ini menunjukkan arah baru perawatan sleep apnea, terutama pada kelompok usia lanjut. Sleep apnea tak bisa lagi diabaikan.
Para peneliti juga mengingatkan, ketika pasien datang memeriksakan diri ke dokter dengan keluhan daya ingat yang menurun, dokter harus mempertimbangkan sleep apnea sebagai salah satu penyebabnya.
Filed under: Mendengkur | Tagged: alzheimer, atasi mendengkur, daya ingat, ngorok, penurunan memori, sleep apnea | Leave a comment »
Hubungan Mendengkur, Sleep Apnea & Gejala Depresi
Kesehatan tidur, seharusnya menjadi dasar dari kualitas manusia. Segala potensi diri yang muncul di saat terjaga, dibangun pada saat tidur. Di antaranya adalah kesehatan, kecerdasan, kemampuan konsentrasi, kreativitas dan stabilitas emosional.
Kebugaran fisik membutuhkan tidur yang sehat, sama seperti tubuh membutuhkan makanan dengan gizi yang sehat juga. Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia.
Coba saja refleksikan apa yang terjadi ketika kita kurang tidur, lelah, lamban, sulit berkonsentrasi, dan emosional. Begitu kurang tidur kita jadi mudah tersinggung, mudah marah dan tak sabaran. Pada anak, bahkan muncul sifat agresif dan hiperaktif.
Bukan Sembarang Mendengkur
Sleep apnea adalah henti nafas saat tidur yang biasa diderita oleh pendengkur. Untuk mendiagnosis sleep apnea memang diperlukan pemeriksaan di laboratorium tidur. Tetapi untuk melihat kemungkinan sleep apnea, biasanya dikenali dahulu gejalanya berupa gangguan nafas selama tidur. Pendengkur tampak sesak, seperti tercekik lalu mengeluarkan suara keras seolah tersedak.
Sleep apnea saat ini dikenal sebagai penyebab hipertensi, diabetes, berbagai penyakit jantung, stroke, dan impotensi.
Penelitian Berkaitan dengan Depresi
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh CDC, Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat, seorang pendengkur dengan kesulitan bernafas saat tidur ternyata berhubungan dengan gejala-gejala depresi. Semakin sering pendengkur tampak tersedak atau berhenti bernafas dalam tidur, semakin mungkin ia mengalami gejala depresi.
Penelitian ini diikuti oleh hampir 10.000 orang yang diwawancara lewat kuesioner. Mereka ditanyakan gejala-gejala depresi, ukuran berat dan tinggi badan serta diminta melaporkan seberapa sering ia mendengkur dan tampak sesak saat tidur. Gangguan nafas saat tidur tentu peserta penelitian harus menanyakan pada pasangan tidurnya.
Hasilnya, pria dan wanita yang mendengkur serta tampak tersedak/berhenti bernafas saat tidur lebih dari 5 malam setiap minggunya, memiliki kemungkinan tiga kali lipat untuk menunjukkan gejala-gejala depresi, dibandingkan yang tidak mendengkur.
Hubungan henti nafas saat tidur dan depresi, mungkin berkaitan dengan berkurangnya pasokan oksigen ke otak selama tidur. Kemungkinan lain adalah kualitas tidur buruk yang dialami oleh penderita sleep apnea, hingga selalu mengantuk dan emosional di siang hari.
Pada saat penelitian diumumkan di tahun 2012, pertanyaan-pertanyaan baru muncul. Diantaranya bagaimana jika sleep apnea ini diatasi, apakah gejala-gejala depresi akan berkurang? Kemudian apakah kebutuhan atau dosis obat antidepresan juga jadi berkurang? Tentu dibutuhkan penelitian yang lebih mendalam lagi.
Perawatan Dengkur Membantu Kurangi Gejala Depresi
Penelitian baru yang dilakukan oleh the Cleveland Clinic Sleep Disorder Center, menyatakan bahwa perawatan sleep apnea dengan menggunakan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP), ternyata membantu mengurangi gejala depresi.
Hasilnya menunjukkan bahwa semua penderita sleep apnea yang menggunakan CPAP mengalami perbaikan gejala-gejala depresi. Penderita yang gunakan CPAP lebih dari empat jam setiap malamnya bahkan lebih baik lagi perbaikan gejala-gejala depresinya.
Perlu diingatkan bahwa penelitian ini masih sangat baru. Penelitian ini belum membandingkan manfaat CPAP dengan perawatan depresi konvensional. Tetapi untuk sementara para ahli sepakat bahwa sleep apnea merupakan penyakit tidur yang tak boleh diabaikan. Setiap laporan mendengkur harus diperhatikan. Jika pendengkur terdiagnosis dengan sleep apnea, perawatan dengkuran jelas memberikan manfaat bagi penderitanya, baik kaitannya dengan gejala depresi, kualitas hidup maupun penyakit-penyakit jantung, hipertensi, diabetes dan lainnya.
Filed under: Mendengkur | Tagged: atasi mendengkur, bahaya mendengkur, CPAP, depresi, gejala depresi, mendengkur, OSA, sleep apnea | Leave a comment »
Tekanan Darah Tinggi Membandel Akibat Mendengkur
Jika Anda menderita hipertensi, dan tekanan darah masih sulit dikontrol walau telah meminum lebih dari 3 macam obat anti hipertensi, coba perhatikan tidur Anda. Mendengkur? Ngorok? Cukup tidur, masih mengantuk?
Sleep Apnea dan hipertensi
Awal penemuan sleep apnea (henti nafas saat tidur), sebenarnya diawali dari penderita hipertensi. Sekolompok peneliti menemukan adanya penderita hipertensi yang cenderung mengantuk di siang hari, padahal jumlah tidurnya cukup. Di waktu itu, ini dikenal sebagai gejala utama narkolepsi. Maka diperiksakanlah para penderita hipertensi tersebut dan alih-alih narkolepsi, didapati adanya dengkuran dan henti nafas saat tidur. Sejak saat itu pemeriksaan tidur dilengkapi dengan perekaman fungsi-fungsi jantung dan nafas, selain perekaman gelombang otak, mata dan otot. Prof. Guilleminault menamai penyakit ini dengan sebutan obstructive sleep apnea.
Ngorok atau mendengkur ternyata merupakan tanda menyempitnya saluran nafas saat tidur. Jalan nafas, bisa berulang kali tersumbat selama tidur hingga akibatkan reaksi berantai yang sebabkan peningkatan tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, stroke, kematian dan impotensi. Sleep apnea, atau henti nafas saat tidur ditandai oleh kebiasaan ngorok saat tidur. Tetapi orang yang mendengkur belum tentu menderita sleep apnea lho, harus diperiksakan dahulu untuk membedakannya.
Sayangnya hubungan hipertensi dan dengkur seolah tenggelam oleh populernya temuan baru bahwa mendengkur/sleep apnea sangat berbahaya. Baru sekitar 30 tahun yg lalu, Kales dan kawan-kawan menuliskan temuan mereka pada jurnal kedokteran terkemuka Lancet. Dalam penelitian tersebut disebutkan adanya hubungan erat antara hipertensi dengan sleep apnea yang dibiarkan tanpa perawatan. Persisnya 30% penderita hipertensi yang derita sleep apnea.
Selanjutnya sekelompok peneliti asal Spanyol memberikan data bahwa penderita sleep apnea yang dirawat menggunakan CPAP (Continuous Positive Airway Pressure), mengalami penurunan tekanan darah yang signifikan. Semakin berat dengkuran, semakin parah sleep apnea yang diderita serta semakin baik penggunaan CPAP-nya, akan semakin baik pula tekanan darahnya.
Penelitian
Penelitian yang diterbitkan pada the Journal of Clinical Sleep Medicine bulan Agustus 2014, menunjukkan bahwa tingkat keparahan sleep apnea berhubungan erat dengan peningkatan tekanan darah yang sulit dikontrol.
Penderita hipertensi yang sudah mengonsumsi lebih dari 3 macam obat antihipertensi namun tekanan darahnya masih tetap sulit dikontrol. Hipertensi yang diderita seolah membandel. Kondisi yang sering disebut sebagai resistant hypertension ini berkaian erat dengan derajat keparahan sleep apnea.
Pada penelitian tersebut dibandingkan penderita sleep apnea sedang (AHI/henti nafas 15-30/jam) dengan yang berat (AHI/henti nafas >30/jam). Pada penderita sleep apnea berat kemungkinannya menderita hipertensi walau sudah minum lebih dari 3 macam obat antihipertensi adalah 95%.
Kesimpulan
Para ahli berpendapat penanganan hipertensi, terutama yang telah menjalani pengobatan yang agresif, harus menyertakan kemungkinan adanya sleep apnea/dengkuran. Artikel pada the Journal of American Medical Association di tahun 2013, tunjukkan bahwa perawatan sleep apnea dengan CPAP selama 12 minggu akan menurunkan tekanan darah rata-rata harian 3 mmHg. Walau tampak kecil, tapi 3 mmHg bermakna besar untuk menurunkan risiko penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah lainnya.
Filed under: Mendengkur | Tagged: atasi mendengkur, bahaya mendengkur, CPAP, hipertensi, sleep apnea | Leave a comment »
Atasi Dengkur “Sleep Apnea” Sehatkan Janin
Sebuah penelitian baru yang dilakukan di Australia menunjukkan bahwa mengatasi mendengkur pada ibu hamil, dengan gunakan continuous positive airway pressure (CPAP) akan menyehatkan janin.
Penelitian yang dilakukan oleh Colin Sullivan, Natalie Edwards, dan tim ini bertujuan untuk melihat efek CPAP pada ibu hamil yang mengalami preeclampsia dan pada janin yang dikandungnya.
Mendengkur dan Kehamilan
Mendengkur merupakan gejala dari sleep apnea atau henti nafas saat tidur. Sleep apnea disebabkan oleh menyempitnya saluran nafas pada saat tidur hingga aliran udara terhambat. Gerakan nafas masih nampak namun akibat tersumbatnya saluran nafas, udara tak dapat lewat. Akibatnya terjadi penurunan kadar oksigen darah. Pada orang dewasa, sleep apnea merupakan penyebab utama meningkatnya tekanan darah, hipertensi. Ia juga menjadi penyebab berbagai gangguan jantung, peningkatan gula darah hingga stroke. Selain itu sleep apnea juga menurunkan kualitas hidup akibat kantuk berlebihan atau biasa disebut hipersomnia.
Wanita yang sedang hamil, memasuki kehamilan 20 minggu menjadi mendengkur dan berisiko menderita sleep apnea. Ini disebabkan oleh peningkatan berat badan dan membengkaknya saluran nafas akibat peningkatan hormon-hormon kehamilan.
Beberapa tahun belakangan ini banyak penelitian yang menunjukkan bahwa mendengkur pada ibu hamil meningkatkan risiko mengalami preeclampsia dan hipertensi pada kehamilan. Sementara ini diduga, sleep apnea menyebabkan preeclampsia lewat mekanisme yang sama dengan berkembangnya hipertensi pada orang dewasa tak hamil yang mendengkur.
Preeclampsia ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan kadar protein pada urine. Preeclampsia dialami oleh 5%-7% kehamilan, dan dapat menyebabkan gangguan perkembangan hingga kematian pada janin.
Dengkur Hilang, Janin Sehat
Mendengkur memang telah lama terbukti dapat menyebabkan preeclampsia. Namun efeknya pada janin belum banyak diteliti.
Colin Sullivan adalah penemu CPAP untuk mengatasi ngorok, sleep apnea. Ia bersama timnya ingin melihat efek perawatan mendengkur pada janin dengan cara merekam aktivitas janin lewat ultrasound. Semakin aktif gerak janin, semakin sehat pula janin tersebut.
Hasilnya gerak janin meningkat dari 319 pada saat mendengkur menjadi 592 setelah dengkur diatasi dengan CPAP. Pada saat ibu tidur mendengkur gerak janin menurun menjadi 7,4 perjam. Sementara saat ngorok diatasi dengan CPAP, aktivitas janin meningkat jadi 12,6 perjam.
Mendengkur ringan saja ternyata sudah memengaruhi aliran darah ke janin. Akhirnya janin berusaha melindungi diri dengan mengurangi aktivitasnya. Dengan gunakan CPAP, mendengkur akan hilang dan menormalkan asupan darah ke janin hingga janin pun kembali sehat.
Penelitian
Penelitian yang dipublikasikan pada jurnal SLEEP Januari 2013 ini dibagi dalam 3 bagian. Pertama, aktivitas janin diamati dengan ultrasound pada 20 ibu hamil yang tak mendengkur. Lalu aktivitas janin juga direkam sepanjang malam pada 20 ibu dengan preeclampsia sedang-berat dan 20 ibu hamil normal. Hasilnya, gerak janin saat tidur pada kelompok yang menderita preeclampsia jauh lebih rendah (289) dibanding dengan yang normal (689).
Tahap selanjutnya gerakan janin pada 10 orang ibu dengan preeclampsia sedang-berat direkam selama dua malam. Malam pertama ibu dibiarkan mendengkur tanpa perawatan CPAP. Malam kedua dengkuran diatasi dengan CPAP. Hasilnya aktivitas janin membaik setelah dengkuran ibu diatasi.
Mendengkur atau ngorok pada kehamilan tak dapat dianggap sepele lagi. Dengkuran ringan saja ternyata sudah memiliki risiko terhadapa kesehatan ibu dan calon bayi nantinya. Penelitian ini telah membuktikan bahwa penanganan mendengkur memperbaiki kesehatan janin.
dr. Andreas Prasadja, RPSGT
Tulisan ini dibuat untuk mengenang Dr. Natalie Edwards, pelopor penelitian kedokteran tidur, khususnya tentang mendengkur, dan kesehatan tidur pada wanita.
Filed under: Mendengkur | Tagged: atasi mendengkur, CPAP, dengkur, mengatasi mendengkur, ngorok hamil, OSA, sleep apnea | Leave a comment »
Mendengkur dan Performa Seks
Gangguan tidur jelas menyebabkan penurunan semangat, vitalitas kemampuan konsentrasi dan juga performa seksual. Siapa pun akan menolak berhubungan seks saat lelah mendera. Tetapi gangguan tidur bukan hanya insomnia saja. Tahukah Anda adanya gangguan tidur yang membuat kita terus merasa lelah dan mengantuk walau tidur cukup? Kantuk berlebihan, dikenal dengan sebutan hipersomnia, adalah rasa kantuk yang dirasakan walau sudah tidur cukup.
Penyebab hipersomnia tersering adalah sleep apnea atau henti nafas saat tidur, yang ditandai dengan kebiasaan mendengkur. Sleep apnea terjadi akibat menyempitnya saluran nafas saat tidur. Akibatnya kadar oksigen dalam darah turun berulang-ulang sepanjang malam. Kerja jantung dan berbagai organ pun turut terganggu. Sleep apnea telah dikenal luas mengakibatkan penyakit-penyakit berbahaya seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung hingga stroke. Tetapi sleep apnea juga menyebabkan penurunan kualitas hidup, mulai dari produktifitas kerja, kehidupan rumah tangga dan performa seks.
Dalam kehidupan rumah tangga pendengkur sering dianggap keluarganya sebagai pemalas karena selalu mengantuk dan kelelahan. Efek dari hipersomnia juga memberikan penampakan seseorang yang kurang bermotivasi dan lamban. Akibat kondisi kurang tidur ini juga, seseorang menjadi sensitif, mudah marah, tak sabaran dan emosional. Apalagi suara dengkuran yang mengganggu setiap malam. Menurunnya minat seksual, walau jarang dibicarakan, menjadi pelengkap ramuan masalah rumah tangga ini. Perlahan dimulai dari permintaan untuk pisah kamar dan berlanjut menjadi perpecahan.
Sleep Apnea dan Disfungsi Seksual
Berbagai penelitian telah memastikan hubungan yang erat antara sleep apnea dan gangguan ereksi. Dalam The Journal of Sexual Medicine terbitan November 2009, diungkapkan bahwa dari 69% pria pendengkur yang terdiagnosa dengan sleep apnea ternyata mengalami disfungsi ereksi. Sedangkan pasien tanpa sleep apnea, hanya 34%-nya saja yang mengalami disfungsi ereksi. Dari penelitian ini juga disebutkan bahwa derajat disfungsi ereksi semakin parah sesuai dengan penurunan kadar oksigen darah saat tidur yang direkam lewat polisomnografi (pemeriksaan tidur di laboratorium tidur). Artinya, semakin parah henti nafas saat tidurnya, semakin berat juga disfungsi ereksi yang dialami. Derajat keparahan sleep apnea, tidak dilihat dari keras atau tidaknya dengkuran, tetapi dari jumlah dan durasi henti nafas serta penurunan kadar oksigen darah selama tidur.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya di tahun 2005 yang dituangkan dalam Jurnal Urologi. Penelitian ini melihat pada kantuk berlebih yang dialami pendengkur yang diukur dengan Epworth Sleepiness Scale. Hasilnya, pada pendengkur dengan nilai abnormal, 80%-nya mengalami disfungsi ereksi dibanding dengan 20% pada pria dengan nilai normal.
Sebuah penelitian pada tikus di tahun 2008 mencoba menjelaskan mekanisme hubungan sleep apnea dan gangguan ereksi. Para peneliti di University of Louisville meniru kondisi sleep apnea pada tikus. Tikus-tikus tersebut secara berulang sengaja dikurangi oksigennya, sama seperti yang dialami penderita sleep apnea pada waktu tidur. Hasilnya tikus-tikus tersebut mengalami penurunan ereksi spontan hingga 55%. Jelas tampak bahwa kekurangan oksigen untuk jangka waktu pendek saja sudah dapat menurunkan fungsi-fungsi seksual. Bahkan setelah dikembalikan pada kondisi oksigen normal, gangguan-gangguan tersebut tak dapat sepenuhnya hilang. Ini diukur lewat berbagai perilaku maupun fungsi-fungsi seksual tikus. Salah satunya adalah pemeriksaan Nitric Oxide Synthase (NOS). NOS endotelial adalah zat yang ditingkatkan pada penggunaan obat sildenafil (viagra).
Beberapa ahli urologi dari Yunani, meneliti perawatan yang terbaik bagi pasien disfungsi ereksi yang juga mengidap sleep apnea. Mereka menyimpulkan bahwa pengobatan dengan sildenafil saja atau perawatan sleep apnea dengan CPAP (continuous positive airway pressure) saja tidaklah cukup. Efek terapi maksimal hanya didapatkan dengan pendekatan bersamaan medikasi sildenafil dan penggunaan CPAP.
Pengobatan Menyeluruh
Dari semua penelitian yang menunjukkan hubungan antara mendengkur/sleep apnea dengan disfungsi ereksi tampak bahwa pencegahan lebih baik dibanding pengobatan. Efek kekurangan oksigen secara periodik untuk waktu yang singkat saja sudah langsung mempengaruhi fungsi-fungsi seksual. Sekali terganggu, tidak mudah untuk mengembalikannya. Perawatan sleep apnea dengan CPAP yang mengembalikan kadar oksigen selama tidur tak dapat mengembalikan fungsi-fungsi seksual seperti sedia kala. Pengobatan disfungsi ereksi saja ternyata juga tidak memberikan hasil yang memuaskan. Untuk hasil yang optimal, kedua pendekatan pengobatan harus dijalankan bersamaan.
Demikian juga halnya dengan masalah mendengkur. Gangguan tidur yang satu ini, sudah tak dapat diremehkan. Tata laksananya yang terdengar asing di masyarakat Indonesia pun mendesak untuk disosialisasikan. Obstructive sleep apnea, henti nafas saat tidur, mengakibatkan berbagai masalah, mulai dari kualitas hidup, kehidupan rumah tangga, kesehatan bahkan kematian. Berbagai spesialisasi kedokteran juga sudah harus menggali kemungkinan gangguan tidur ini pada pasien-pasiennya. Penderita sleep apnea, ditemui setiap hari di ruang-ruang praktek. Mereka datang dengan keluhan sakit kepala, kualitas tidur buruk, selalu lelah, depresi, gangguan seksual, diabetes, tekanan darah tinggi atau bahkan pasca stroke. Pasien-pasien sleep apnea memerlukan berbagai pendekatan dari berbagai spesialisasi kedokteran secara menyeluruh.
Filed under: Kesehatan Tidur, Mendengkur | Tagged: atasi mendengkur, CPAP, kantuk berlebihan, mendengkur, ngorok, obat mendengkur, OSA, performa seks, sleep apnea | Leave a comment »