Bahaya Mendengkur

Ngorok dan Stroke

Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia. Menurut data tahun 2013, di Indonesia 12,1 dari 1000 penduduk mengalami stroke, bandingkan di tahun 2007 yang hanya 2007.

Sementara, bukti tentang mendengkur dan henti nafas saat tidur (sleep apnea) sebagai faktor resiko terjadinya stroke semakin menggunung. Penelitian Sleep Heart Health Study di tahun 2010 menunjukkan, semakin parah dengkuran seseorang, semakin tinggi resikonya mengalami stroke iskemik. Derajat keparahan yang ditunjukkan oleh indeks henti nafas tidur (AHI) lebih dari 19 kali perjam akan tingkatkan resiko stroke hingga 3 kali lipat, pada kelompok usia paruh baya ke atas. Sementara penelitian lain di Australia yang diterbitkan pada the Journal of Clinical Sleep Medicine di tahun 2014 tunjukkan bahwa penderita sleep apnea sedang-parah (AHI>15/jam) memiliki resiko stroke 3,7 kali lipat.

Mendengkur

Sleep apnea atau henti nafas saat tidur, terutama ditandai dengan tidur yang mendengkur. Tampak sepele, tapi pasangan dari penderita sleep apnea tahu persis bagaimana mengerikannya pendengkur tidur. Bukan karena kerasnya suara dengkuran, tetapi episode henti nafas dan tersedak seperti tercekiklah yang menjadikan pengalaman tidur dengan pendengkur terasa mengkhawatirkan.

Aturan pertama bagi pendengkur adalah percaya apa yang dikatakan pasangan tentang dengkuran. Karena pendengkur tak tahu dirinya mendengkur saat tidur. Pasanganlah yang paling tahu tidur Anda.

Episode henti nafas inilah yang selanjutnya berakibat pada proses tidur yang terganggu. Karena sesak berulang, tanpa disadari, otak jadi terbangun berulang kali. Akibatnya pendengkur bangun kurang segar di pagi hari, dan jadi mudah mengantuk sepanjang hari hingga menurunkan kualitas hidup penderitanya.

Ngorok dan Stroke

Tidur ngorok berakibat luas pada kesehatan. Sleep apnea akibatkan hipertensi, gangguan jantung, stroke, diabetes dan impotensi.

Hubungan antara stroke dan sleep apnea belum bisa dipastikan. Semua perubahan pada hemodinamis, sistem saraf, pembuluh darah dan proses inflamasi akibat henti nafas saat tidur diduga berakibat langsung pada terjadinya stroke.

Penelitian Terbaru

Dalam jurnal kedokteran tidur SLEEP terbitan 2016 menjelaskan bahwa pada kelompok usia lanjut, penurunan kadar oksigen jauh lebih penting dinilai dibanding derajat keparahan ngorok (AHI) untuk memprediksikan resiko stroke.

Penelitian ini menyertakan 2.872 orang berusia sekitar 70an tahun yang diikuti selama 5-7 tahun. Pada pemeriksaan lanjutan, sebanyak 156 orang (5,4%) mengalami stroke. Kemudian data penderita stroke ini dicocokkan dengan data pemeriksaan tidur (polisomnografi) untuk melihat riwayat sleep apneanya. Data yang dinilai adalah derajat keparahan henti nafas serta penurunan kadar oksigen yang dialami selama tidur.

Ternyata, pada penurunan kadar oksigen dibawah 90% pada lebih dari sepersepuluh waktu tidur, didapati resiko stroke yang meningkat hingga 1,8 kali lipat dibanding yang tidak mengalami penurunan oksigen.

Perawatan

Diagnosis sleep apnea hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan tidur di laboratorium tidur. Derajat keparahan henti nafas dan penurunan kadar oksigen jadi penting bagi penentuan perawatan pasien nantinya. Perawatan sleep apnea bisa dengan menggunakan oral appliances, CPAP atau lewat jalan pembedahan. Tapi jangan salah, terkadang didapati juga pendengkur yang tak mengalami gangguan nafas. Pendengkur seperti ini tidak diindikasikan untuk dilakukan perawatan medis apa-apa karena tak membahayakan kesehatannya.

Pada sebagian besar penderita sleep apnea, perawatan terbaik adalah dengan menggunakan continuous positive airway pressure (CPAP). Penelitian Becker dan kawan-kawan di tahun 2003 menunjukkan bahwa peggunaan CPAP dalam perwatan sleep apnea akan menurunkan resiko penyakit jantung koroner sebesar 37% dan penurunan resiko stroke hingga 56%.

Sementara peneltian yang diterbitkan oleh jurnal Clinics, Brasil di tahun 2008 menyatakan bahwa perawatan sleep apnea pada pasien stroke akan memperbaiki kadar oksigen, arsitektur tidur dan indeks henti nafas. Perbaikan ini akan mencegah terjadinya serangan stroke berulang.

7 Hal Tentang Mendengkur dan Henti Nafas Tidur

Sleep apnea, atau henti nafas saat tidur masih belum begitu diketahui orang di tanah air. Sementara yang sudah tahu pun belum mengerti benar apa itu sleep apnea. Banyak kesalah pahaman meliputinya. Tak jarang ketidak tahuan pun berakibat pada keterlambatan perawatan.

Penderita sleep apnea pun semakin bertambah jumlahnya. Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai penyebabnya, sementara penelitian lain menyebutkan bahwa jumlah penderita meningkat seiring dengan semakin bertambahnya kesadaran pendengkur untuk memeriksakan dirinya. Apa pun sebabnya, dengan semakin banyak penderita sleep apnea yang dirawat, resiko penyakit jantung koroner dan stroke pun menurun.

Dari beberapa pasien saya, ada beberapa hal yang ingin saya bagikan.

1. Mendengkur itu wajar dan tak berbahaya.

Banyak orang mendengkur, kebanyakan teman seusia saya juga mendengkur; ujar salah satu pasien pria berusia 60-an tahun. Walau banyak orang mendengkur, bukan berarti mendengkur itu normal. Bahkan membahayakan. Mendengkur adalah gejala utama dari sleep apnea atau henti nafas saat tidur. Penderitanya berulang kali mengalami henti nafas akibat menyempitnya saluran nafas saat tidur. Akibatnya oksigen akan turun-naik sepanjang malam. Sebuah penelitian di Spanyol mengimitasi kondisi oksigen turun naik ini pada tikus. Akibatnya sel tumor yang disuntikkan berkembang menjadi ganas setelah beberapa waktu.

Sementara penelitian-penelitian terdahulu sudah mengamini mendengkur sebagai penyebab hipertensi, berbagai penyakit jantung, stroke, depresi, kematian dan impotensi.

2. Hanya pria yang mendengkur.

Ini pun salah. Wanita juga bisa mendengkur. Hampir seperlima pasien saya adalah wanita.

Walau hasil pemeriksaan tidur menunjukkan bahwa wanita menderita sleep apnea yang lebih ringan dibanding pasien pria, namun mendengkur pada wanita tetap tak boleh diremehkan. Terutama pada masa kehamilan, sleep apnea menyebabkan gangguan perkembangan janin, preeklampsia, diabetes pada kehamilan, serta resiko prematuritas.

3. Anak-anak mendengkur itu tampak menggemaskan.

Ya, memang menggemaskan tetapi ketika di antara dengkuran tampak nafas jadi berat bahkan tampak sesak, justru jadi mengerikan. Henti nafas yang dialami pada anak akan mengganggu proses tidur yang pada akhirnya akan menyebabkan gangguan tumbuh kembang, emosi dan perilaku. Daya tahan tubuh juga menurun, hingga anak mudah terserang penyakit infeksi.

Selain mendengkur, gejala lain sleep apnea pada anak adalah kantuk yang berlebihan (hipersomnia). Hanya saja manifestasi hipersomnia pada anak, justru muncul sebagai hiperaktivitas. Biasanya orang tua melaporkan anak sulit mempertahankan konsentrasinya. Secara emosional, anak pun jadi lebih agresif. Semua hal yang sering kita temui pada anak yang menahan kantuk.

4. Sleep apnea bisa menurun.

Sebenarnya sleep apnea atau mendengkur disebabkan oleh saluran nafas yang sempit. Struktur wajah, bentuk rahang, gigi geligi, amandel, dan langit-langit mulut dari anak dan orang tua tentu mirip. Tak heran jika ada pasien anak yang mendengkur, salah satu dari orang tuanya pun ternyata mendengkur.

5. Mendengkur disebabkan oleh kegemukan.

Belum tentu benar. Banyak literatur memang menyatakan obesitas sebagai penyebab sleep apnea. Tapi penelitian-penelitian ini dilakukan di negara-negara ras Eropa. Mereka memiliki stuktur rahang lebar dan leher yang lebih panjang, berbeda dengan kita orang Asia yang memiliki rahang sempit dan leher pendek. Ini sebabnya banyak orang yang tidak gemuk pun mendengkur.

Para ahli bahkan menemukan bahwa sleep apnea justru mengakibatkan gangguan metabolisme yang menyebabkan kegemukan. Contoh paling mudah adalah dengan merefleksikan pada diri sendiri, saat menahan kantuk akibat lembur bekerja, kita cenderung lapar bukan? Ya, sel-sel di otak pun mendikte kita untuk mencari makanan dengan rasa manis, asin dan gurih.

6. Perawatan sleep apnea adalah dengan CPAP.

CPAP, singkatan dari continuous positive airway pressure memang merupakan standar utama perawatan sleep apnea. Tapi tak semua pendengkur harus menggunakan CPAP. Ada alternatif perawatan lain berupa pembedahan atau penggunaan dental appliances (yang dibuat dokter gigi). Untuk menentukan perawatan terbaik, seorang pendengkur harus menjalani pemeriksaan. Pemeriksaan saat tidur dilakukan di laboratorium tidur atau populer dikenal dengan sebutan sleep study. Dari pemeriksaan ini diagnosis baru bisa ditegakkan, dan perawatan baru ditentukan.

Tidak semua pasien baik dengan jalan pembedahan. Demikian juga tak semua pendengkur baik dengan gunakan CPAP. Terkadang ada kondisi tertentu dimana pasien harus menjalani keduanya. CPAP merupakan sebuah alat yang meniupkan tekanan positif agar saluran nafas tak menutup saat tidur. Walau tak biasa di awal pemakaian, dengan penyetelan, pelatihan dan pemberian yang baik dari tenaga medis terlatih, perawatan jangka panjang nan nyaman bisa tercapai. Belakangan mulai diteliti kemungkinan alat-alat baru untuk merawat sleep apnea, seperti alat implan untuk merangsang otot-otot saluran nafas atas, atau alat semacam plester hidung yang bisa digunakan. Semoga dalam waktu dekat semakin banyak alternatif perawatan bagi penderita sleep apnea.

Tujuan perawatan medis adalah menjaga fungsi-fungsi nafas saat tidur, bukan pada suara dengkuran. Tapi jangan khawatir, dengan melakukan perawatan pada saluran nafas, otomatis suara dengkuran turut hilang.

7. Jangan abaikan dengkuran.

Dengan semakin banyaknya bukti-bukti ilmiah bahaya mendengkur, sudah selayaknya kita tak lagi mengabaikan pendengkur di sekitar kita. Seorang pendengkur hanya tahu dirinya mendengkur ketika diberi tahu orang lain. Sering kali saya jumpai pasien terkaget-kaget saat dijelaskan parahnya henti nafas yang ia alami. Ya, penderita sleep apnea tak pernah menyadari apa yang ia alami selama tidur. Bagaimana ia tercekik dan tersedak saat tidur, bagaimana kadar oksigen turun atau bagaimana jantung jadi bekerja keras saat tidur.

Jika ada pendengkur di sekitar Anda, jangan ditertawakan. Bisa jadi ia menderita sleep apnea yang mempertaruhkan nyawanya setiap kali tertidur. Peringatkan, ajak ia memeriksakan dirinya. Dengan demikian Anda menyelamatkan hidupnya!

Sleep Apnea Kurangi Performa Latih

Penelitian yang dipublikasikan pada the Journal of Clinical Sleep Medicine, menyebutkan bahwa orang yang mendengkur tidak dapat secara efisien membakar kadar oksigen tinggi selama latihan aerobik. Akibatnya ketika dibandingkan dengan non-pendengkur, pendengkur memiliki performa latih yang lebih buruk.

Sleep Apnea

Sleep apnea adalah penyakit tidur yang biasa diderita oleh para pendengkur. Sleep apnea, yang artinya henti nafas saat tidur, terjadi akibat menyempitnya saluran nafas saat tidur. Jadi, walau gerakan nafas tetap ada, sebenarnya tak ada udara yang dapat lewat. Penderitanya seolah tercekik berulang kali dalam tidurnya.

Akibat sesak berulang, pendengkur akan terbangun-bangun dari tidur. Tapi mereka tidak menyadarinya, karena episode bangun tersebut amat singkat. Namun, akibat proses tidur yang terpotong-potong ini, kita sering menemui pendengkur yang bangun tak segar dan selalu mengantuk di siang hari.

Sleep apnea telah dikenali menjadi penyebab utama dari hipertensi, berbagai penyakit jantung, diabetes, stroke hingga impotensi.

Penenelitian

Para ahli percaya bahwa salah satu parameter risiko stroke dan serangan jantung adalah dengan mengukur kapasitas performa latih berupa uji latih jantung-paru (Cardio-Pulmonary Exercise Test, CPET). Yang diukur adalah VO2 max, yang artinya, kadar oksigen maksimum yang dibakar seseorang saat latihan fisik berat, seperti bersepeda.

Penelitian yang dilakukan di University of California San Diego ini membandingkan penderita sleep apnea dan yang sehat. Semua peserta sebelumnya dilakukan pemeriksaan tidur untuk menentukan derajat sleep apnea yang diderita. Seluruhnya terdapat 15 orang pria dan wanita yang menderita sleep apnea derajat sedang hingga berat, serta 19 orang pendengkur tanpa sleep apnea dan sleep apnea derajat ringan.

Kesemuanya diukur saat beristirahat, bersepeda, dan terus ditingkatkan resistensinya sampai batas kelelahan maksimal. Hasilnya, kadar VO2 max pendengkur yang menderita sleep apnea ternyata lebih rendah dibanding yang sehat.

Para peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan latih penderita sleep apnea ternyata lebih buruk dibandingkan pendengkur biasa. Yang artinya risiko untuk menderita penyakit jantung dan stroke juga lebih tinggi.

Cerita Seorang Pasien via SMS

Berikut adalah SMS dari seorang pasien yg membuat saya merasa bersemangat lagi untuk terus bergerak memajukan kedokteran tidur di Indonesia.

DEAR DOCTOR ANDREAS, JUST WANT TO SAY THANK YOU VERY MUCH. MY LIFE HAS BEEN TRANSFORMED FOR THE BETTER. NOW I SLEEP LIKE A LOG, ALL THE WAY TO MORNING, WAKE UP FRESH, AND STAY WIDE AWAKE ALL DAY, AND SHARP AT WORK AND IN MEETINGS IT’S LIKE REDISCOVERING LIFE ALL OVER AGAIN: I HAVE BEEN RECOMMENDING YOU AND HOSPTAL MITRA KEMAYORAN TO FRIENDS WHO HV SLEEP PROBLEMS. E.B. (YR THIRD WORST PATIENT).

Catatan: pasien ini menderita sleep apnea berat dgn henti nafas rata-rata 100,3 kali perjam. Gejala sleep apnea adalah mendengkur dan kantuk berlebih. Akibatnya produktivitasnya amat terganggu. Pada saat ia berkunjung untuk konsultasi pertama kali, saya ingat bagaimana ia merasa sulit berkonsentrasi saat berkerja. Selain itu sleep apnea dapat menyebabkan hipertensi, berbagai gangguan jantung, diabetes hingga stroke.

Mendengkur adalah Kutukan Ondine

Ondine adalah seorang peri air dari mitologi Jerman. Sebagai seorang peri tentu saja ia amat cantik dan abadi. Pada suatu ketika, ia jatuh cinta pada seorang manusia biasa dan mengorbankan keabadiannya dengan menikahi Sir Lawrence, sang ksatria. Dalam upacara pernikahan, Lawrence mengucapkan sumpah: “My every waking breath shall be my pledge of love and faithfulness to you.”

Namun, setahun sesudahnya Ondine melahirkan anak bagi sang kekasih, dan perlahan proses penuaan pun mulai menyerang. Kecantikan Ondine memudar seiring dengan cinta sang suami. Lawrence pun mulai melirik gadis-gadis muda di sekelilingnya.

Suatu sore, Ondine sedang berjalan-jalan melewati kandang kuda dan ia mendengar suara dengkuran Lawrence yang amat dikenalinya. Di dalam salah satu istal ia melihat suaminya sedang terlelap sambil memeluk seorang perempuan muda. Pada saat itu ia pun murka, dan menunjuk sang suami. Seketika Lawrence merasa sesak dan terbangun. Ondine pun menjatuhkan kutuk: “You swore faithfulness to me with every waking breath, and I accepted your oath. So be it. As long as you are awake, you shall have your breath, but should you ever fall asleep, then that breath will be taken from you and you will die!”

Untuk selanjutnya “Kutukan Ondine” menjadi semacam nama tradisional bagi sindroma henti nafas saat tidur atau sleep apnea. Sleep apnea ditandai dengan tidur mendengkur dan rasa kantuk berlebih. Episode henti nafas diantara dengkuran akan membangunkan penderitanya akibat sesak nafas. Hanya saja episode bangun biasanya tidak disadari oleh si pendengkur. Sleep apnea menjadi fatal, karena menjadi penyebab tekanan darah tinggi, diabetes, berbagai penyakit jantung, stroke, hingga kematian. Penelitian terakhir juga menunjukkan bahwa sleep apnea menyebabkan kerusakan otak permanen.

Bahaya Mendengkur di “Dokter Anda” TVONE

Tayang hari Rabu, 26 November 2008 jam 11:30 siang di acara Doter Anda, TVONE.

Dalam acara kali ini, “Dokter Anda” mencoba mengupas salah satu gangguan tidur yang paling banyak diderita, paling berbahaya tetapi juga paling diabaikan. Kenapa? Mudah saja, gejalanya sudah dianggap biasa: MENDENGKUR. Penderita Sleep Apnea (henti nafas saat tidur) ditandai dengan mendengkur dan kantuk berlebih. Sehingga dapat mengganggu aktifitas penderitanya. Sementara, proses henti nafas ini juga dapat menyebabkan hipertensi serta memicu diabetes, berbagai gangguan jantung hingga stroke.

“Dokter Anda” dipandu oleh Dr. Sonia Wibisono dengan bintang tamu Arie Untung. Sementara Dr. Andreas Prasadja, RPSGT diundang sebagai nara sumber. Pembicaraan tercipta hangat karena topik yang menarik dan ternyata diderita oleh banyak orang termasuk orang-orang yang kita cintai.

Talkshow 30 menit ini diikuti dengan peliputan di Sleep Disorder Clinic, RS Mitra Kemayoran untuk lebih jauh memperkenalkan proses pemeriksaan hingga perawatan berbagai gangguan tidur, terutama Sleep Apnea. Di sana para kru dari TVONE diperkenalkan dengan Polysomnography (PSG) yang merupakan alat pemeriksaan gangguan tidur yang dilakukan di Sleep Laboratory pertama di Indonesia. Dengan dipandu oleh staf RS yang cantik-cantik, kru TVONE juga diperkenankan untuk mencoba mengatasi dengkuran dengan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP.)

“Bagaimana? Anda Mendengkur?” tanya Dr. Sonia.

 

Setelah shooting talkshow
Persiapan Shooting di Sleep Laboratory, RS Mitra Kemayoran
Pengukuran dengan 10-20 system
Pemasangan Sensor
Merekam Proses Polysomnography (PSG) di Sleep Laboratory
PSG, pemeriksaan untuk mendiagnosa gangguan tidur
Analisa PSG pada penderita sleep apnea, mencari henti nafas yang dialami selama tidur
The Crew
CPAP untuk mengatasi Sleep Apnea
Staf RS Mitra Kemayoran yang mendampingi

 

Sleep Symposium 2008

Singapore Sleep Symposium 2008, diadakan di Singapore General Hospital dengan diikuti oleh para dokter sekawasan termasuk Indonesia. Didalamnya didiskusikan berbagai kemajuan dibidang kedokteran tidur. Mulai pemeriksaan, perawatan hingga hasil-hasil penelitian terkini dunia. Tak tanggung-tanggung, para ahli datang langsung untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman di forum ini. Di antara mereka terdapat Prof. Chol Sin dari Korea yang menyoroti sleep apnea pada ras Asia, yang ternyata jumlah penderitanya lebih banyak dibanding ras Eropa. Kemudian Prof. Richard Goode yang datang langsung dari the Mecca of Sleep Medicine: Stanford University, US. Ada juga Prof. Kurt Lushington dari University of South Australia yang meneliti manfaat melatonin bagi proses tidur, namun ia malah menemukan salah satu faktor yang membantu tidur: core body temperature. Sementara dari beberapa RS Anak di Singapore dan Australia, para ahli memaparkan berbagai gangguan tidur pada anak mulai dari sleep apnea, parasomnia hingga gangguan perilaku tidur anak serta pengaruhnya pada proses tumbuh kembang.

Sungguh suatu perkembangan yang menggembirakan. Apalagi melihat banyaknya minat dari dokter asal Indonesia. Di Indonesia, kedokteran tidur masih amat asing, bahkan di telinga para dokter.

Berikut adalah kutipan dari William C. Dement, the father of sleep medicine:
“Unlike many newcomers to the medical mainstream, Sleep Medicine is not the child of a single parent discipline. Rather clinical and basic sleep research have been the foster children of many discipline but have beef the favored child of none.”

Quote

Dr. Lim Li Ling

Prof. Chol Sin of Korea

Eugene Beay of Respironics

Respironics PAP Device

Brett & Dylan of ResMed

Lalaine Gedal of Covidien

Mask Fitting

Treatment Follow Up

Dr. Arthur Teng of Sydney Children’s Hospital

Prof. Kurt Lushington of University of South Australia

Bila Lelap Tidur Terusik

Majalah Gatra, Januari 2008

Penyakit gangguan tidur terus meningkat. Di Jakarta, sejumlah klinik khusus gangguan tidur dibangun. Tak boleh dianggap sepele. Bisa menyebabkan penyakit lain.

Tidur di sembarang temnpat. Begitulah yang dialami Jimmy Buchari Nugroho. Di mana pun, dalam situasi apapu, Jimmy dengan mudah bisa terlelap. Saat asyik ngobrol dengan kawan pun, tiba-tiba ups... dia tertidur. Yang lebih parah, pas berhenti di lampu merah, dia bisa langsung tertidur. Padahal, saat itu posisi tangannya sedang memegang setir mobil.

“Saya tak bisa menahan rasa kantuk,” katanya. Dalam dua tahun terakhir ini, hal itu terjadi berkali-kali. Selain gampang terlelap, pegawai swasta itu punya penyakit tidur lain: mendengkur. Untunglah sang istri, kata Jimmy telah kebal, meski suara dengkurannya tergolong keras.

Urusan mendengkur itu sudah diakrabi Jimmy sejak remaja. Semula dia anggap biasa, tapi lama-kelamaan ia merasa terganggu juga. Lantas pada 2006, orangtuanya mengetahui ada klinik Gangguan Tidur di sebuah rumah sakit di Kemayoran, Jakarta Pusat.

Dr. Andreas Prasadja, RPSGTWarga Jalan Sukomanunggal Jaya, Surabaya ini langsung terbang ke Jakarta. Bapak tiga anak ini berkonsultasi seorang dokter. Setelah mengetahui keluhannya, ia langsung menjalani program di laboratorium tidur. Tujuannya adalah untuk mendeteksi gangguan tidur. Hari itu juga pada pukul 21.00 WIB, ia langsung tidur di Laboratorium Tidur. Di sana, ia dipasang sensor-sensor yang ditempelkan di rambut dan beberapa bagian tubuh lain. “Tak sakit sama sekali,” ujar Jimmy.

Walhasil, ia divonis menderita gangguan tidur jenis obstructive sleep apnea (OSA) atau menyempitnya saluran napas pada saat tidur. Untuk terapi, Jimmy diberikan dua pilihan: operasi atau menggunakan terapi alat. Dan ia pun memilih menggunakan terapi alat continuous positive airway pressure (CPAP). Jadi selama tidur, ia akan selalu menggunakan alat berbentuk masker.

Awalnya tak nyaman. Tetapi seminggu kemudian sudah terbiasa. Dampak penggunaan alat tersebut, ia mengaku tak mengantuk lagi pada siang hari. Kerjanya pun menjadi lebih produktif. “Saya sudah tidak mendengkur lagi,” katanya. Ia kontrol lagi sekali setelah tiga bulan diterapi.

Tidak hanya Jimmy yang menderita gangguan tidur. Masih banyak orang yang mengalaminya. Beragam gangguan tidur yang dialami, dari mulai insomnia, sleep apnea, dan lain-lain (lihat: Sulit Tidur Hingga MendengkurI). Setiap tahun di dunia diperkirakan 20%-70% melaporkan adaya gangguan tidur, dan sekitar 17% didiagnosis mengalami gangguan tidur yangserius. Prevalensi gangguan tidur lebih banyak lagi terjadi pada usia lanjut. Prevalensinya, 67%.

Di Indonesia belum diketahui angka pastinya. Tapi prevalensi pada orang dewasa mencapai 20%. Masih kecilnya angka tersebut, boleh jadi lantaran sebagian besar menganggap gangguan tidur bukanlah penyakit. Mendekur, misalnya, meski kerap mengganggu kenyamanan tidur orang lain, bukan dianggap masalah. Sehingga banyak orang yang tidak mau memeriksakan diri ke rumah sakit. Mereka baru datang setelah sudah parah.

Di RS Medistra, baru lima-enam orang yang datang memeriksakan diri setiap bulan. Sedangkan di RS Mitra Kemayoran 10 orang. Menurut Dokter Rimawati Tedjasukmana, ahli penyakit tidur RS Medistra, di Indonesia, penyakit ini masih dianggap sesuatu yang baru. “Padahal di luar negeri sudah biasa memeriksakan gangguan tidur,” ujarnya. Di Amerika Serikat, penyakit ini sudah dikenal pada era 1950-1960.

Meski begitu klinik-klinik khusus tidur mulai bermunculan, seperti di RS Medistra dan Mitra Kemayoran. Begitu pula para dokter yang khusus menangani penyakit tersebut, sudah bertebaran di sejumlah rumah sakit, seperti RS Metropolitan Medical Center (MMC). Padahal sebelumnya, gangguan tidur ditangani para psikiater saja, yang juga menangani penyakit kejiwaan lain. Sedangkan ahli THT pun turun tangan menangani penyakit mendengkur.

Munculnya klinik-klinik khusus ini tak terlepas dari tren gangguan tidur yang bakal meningkat. Ini seiring dengan meningkatnya tingkat stres dan depresi yang dialami orang belakangan ini. Ketegangan pikiran membuat orang sulit tidur. Lalu timbul keinginan untuk segera bisa tidur. Namun keinginan sangat tidur justru membuat orang tersebut menjadi tertekan. Belum termasuk beberapa penyakit lain yang mengganggu kenyamanan tidur, yang juga bertambah jumlahnya. Tidur yang benar sangat ditentukan oleh kuantitas dan kualitas tidur. Dari kuantitas, tidur sebaiknya berlangsung selama enam-delapan jam. Dari segi kualitas berkaitan dengan rapid eye movement (REM) atau tidur mimpi.

Selain itu juga dilihat pada tahapan tidur, apakah tidur dangkal atau tidur dalam yang sulit dibangunkan. Juga adanya gangguan saat tidur. Bila itu kurang dari enam jam atau terganggu tidurnya, akan bermasalah. Penyakit tersebut bisa menyerang siapa saja. Wartawan, dokter, pekerja shift, atau pekerja yang berada pada tekanan kerja yang tinggi bisa terkena. Gangguan tidur tak boleh dianggap remeh.Bisa mengancam jiwa baik secara langsung atau tidak langsung.

Orang kurang tidur bisa menyebabkan orang mengantuk pada pagi dan siang hari, sehingga bisa menimbulkan kecelakaan bila ia mengendarai mobil. Biaya kesehatan yang berkaitan dengan gangguan tidur mencapai US$ 100 juta (sekitar Rp 9,5 trilyun) di Amerika Serikat.

Gangguan tidur juga pertanda penyakit lain: diabetes atau asma, disfungsi seksual, dan sebagainya. Dapat pula menimbulkan penyakit lain, seperti jantung, hipertensi, dan obesitas. Misalnya, orang yang sulit tidur cenderung mengatasinya dengan mengonsumsi banyak makanan. Dengan harapan mereka bisa cepat tidur di kala kenyang. Padahal belum tentu. Makanan tersebut malah akan membuat orang tersebut mengalami kegemukan. Selain itu, bagi para remaja, kurang tidur juga menyebabkan prestasi belajar menurun. Nilai matematika, membaca, dan menulis jeblok.

Penelitian yang digarap Profesor Albert Martin Li dari Chinese University of Hong Kong, Cina, membuktikan bahwa anak-anak yang kerap mendengkur mengalami dua kali penurunan prestasi sekolah dan menderita hiperaktivitas. Kualitas dan kuantitas tidur yang membuat mengantuk pada pagi dan siang hari. Untuk melawan rasa kantuk, anak cenderung bergerak lebih aktif. Jika dibiarkan anak menjadi hiperaktif. Ciri-cirinya, mendengkur dan sulit bernapas saat tidur, berkeringat saat tidur, bernapas melalui mulut, gampang dan marah, gangguan tumbuh kembang. “Dia mudah tertidur di mana saja, sehingga terkesan pemalas,” ujar dokter Andreas Prasadja,RPSGT , ahli penyakit tidur pada RS Mitra Kemayoran, Jakarta.

Pada orang dewasa, gangguan tidur bisa menurunkan produktivitas dan mengganggu konsentrasi bekerja atau berkendara. Sedangkan kaitan dengan penyakit jantung bisa dilihat dari salah satu jenis gangguan tidur, yaitu OSA. Pada saat tenggorokan tersumbat, aliran napas menjadi tidak ada. Apabila tidak ada udara yang lewat, maka karbondioksida di dalam tubuh akan tinggi. Secara otomatis di dalam tubuh terjadi peningkatan tekanan darah agar udara dari luar segera

Tekanan dalam darah tinggi akan menganggu kerja jantung. Selain itu, pembuluh darah menyempit dan darah menjadi kental. Lama-kelamaan jantung akan bergerak melambat. “Jadi tidur sangat penting,” kata Andreas.

Penderita ganguan jantung dengan OSA mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami kematian mendadak pada jam-jam tidur. “Lebih banyak yang meninggal pada saat pukul 05.00 pagi,” kata Rimawati. Karena pada saat itu kondisi tubuh berada pada posisi REM atau tahap tidur mimpi.

Aries Kelana, Elmy Diah Larasati, dan Rach Alida Bahaweres

Sulit Tidur Hingga Mendengkur

Ada beragam gangguan tidur. Pertama, insomnia, yakni gangguan tidur yang dicirikan oleh susahnya atau terganggunya saat tidur.

Ada beragam gangguan tidur. Pertama, insomnia, yakni gangguan tidur yang dicirikan oleh susahnya atau terganggunya saat tidur. Sebagian besar penderitanya mengeluhkan susah menutup mata dan mengistirahatkan pikirannya dalam beberapa menit hingga jam.

Atau juga bisa berarti mereka terbangun saat tidur, atau merasa belum puas tidur. Di Amerika Serikat, menurut Departemen Kesehatan, sekitar 60 juta terserang insomnia. Sebagian besar menimpa wanita. Insomnia terdiri dari tiga tipe berdasarkan tingkat keparahan, yaitu:

Pertama: transient insomnia, yaitu gangguan tidur yang berlangsung hingga berhari-hari sampai berminggu-minggu. Penyebabnya macam-macam, antara lain perubahan waktu tidur, waktu mengantuk, dan stres.

Kedua: isomnia akut, adalah ketidakmampuan tidur dengan baik antara tiga minggu hingga enam bulan. Insomnia jenis ini biasanya menyerang orang yang sedang mengalami stres, berada di lingkungan yang ribut-ramai, berada di lingkungan yang mengalami perubahan temperatur ekstrim, jadwal tidur-bangun yang berubah mendadak seperti yang terjadi saat jetlag, atau efek samping pengobatan

Ketiga: chronic insomnia, yakni adalah gangguan tidur yang berlangsung hingga bertahun-tahun. Disebabkan rasa kantuk yang tak bisa dipenuhi atau kelelahan mental dan otot-otot. Misalnya, orang merasa tidak bisa tidur, sehingga ia berusaha untuk menutup matanya, namun makin sulit terlelap.

Penyebab umumnya adalah depresi, sedangkan yang lainnya berupa gangguan radang tulang, gangguan ginjal, parkinson. Dapat pula diakibatkan kerja lembur yang berlangsung lama atau kegiatan yang selalu dilakukan pada malam hari, serta stres kronis.

Sedangkan dilihat dari jenisnya, insomnia terbagi dua: parasomnia dan disomnia. Parasomnia adalah jenis gangguan tidur yang ditandai oleh aktivitas sewaktu tidur. Orang menyebutnya tidur jalan. Misalnya, membuka pintu padahal sedang tidur.

Atau melakukan seks di saat tidur. Yang juga tergolong dalam jenis ini adalah bunyi gigi menggerutuk saat tidur atau berteriak-teriak saat tidur yang berkaitan dengan mimpi buruk. Orang yang kaki tak bisa diam saat mau tidur atau trauma yang terbawa mimpi juga termasuk dalam jenis gangguan tidur parasomnia.

Banyak faktor penyebab, antara lain stres atau depresi. Faktor biologis juga bisa berperan. Sedangkan disomnia adalah sulitnya menutup mata. Lalu, hipersomnia adalah penyakit yang ditandai gampangnya orang tertidur.

Kedua, sleep apnea, yakni sejenis gangguan tidur yang berkaitan dengan sistem pernapasan. Sleep apnea terjadi bila orang tidur tetapi pernapasannya terganggu. Sehingga kerap mengganggu siklus tidur. Apabila dibiarkan, dapat mendatangkan kematian. Mendengkur termasuk dalam kategori ini.

Ada juga obstructive sleep apnea (OSA). Orang yang menderita OSA kerap tak ingat waktu bangun atau mengalami kesulitan bernapas. Tapi ia bisa tidur pulas pada siang hari.

Satu dari lima penduduk Amerika mengalami OSA. Menurut Dokter Andreas A.Prasaja, ahli penyakit gangguan tidur Rumah Sakit Mitra Kemayoran, OSA disebabkan oleh menyempitnya saluran nafas pada saat tidur. “Ketika tidur, otot lidah melemah dan terjatuh ke belakang menyumbat saluran nafas,” katanya.

Akibatnya jalan nafas tersengal-sengal. Penderita biasanya tak tahu kalau ini tergolong gangguan tidur. Sedangkan menurut Profesor Bambang Hermani, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis THT Bedah Kepala Leher Indonesia, Osa terkait dengan hipertensi, penyakit jantung koroner, disfungsi seksual, dan stroke di usia muda.

Lantas central sleep apnea (CSA) yang terjadi pada orang-orang yang terganggu pernafasannya yang berkaitan dengan sistem saraf pusat. Dan masih banyak lain jenis gangguan tidur.

Orang yang menderita penyakit ini harus menarik nafas dalam-dalam untuk mengembalikan sistem pernafasan. Biasanya berkaitan dengan gagal jantung dan penuaan dini.

Aries Kelana, Elmy Diah Larasati, dan Rach Alida Bahaweres

masuk.Pilih Obat atau Herbal

Beberapa obat batuk dapat menimbulkan kantuk. Bahkan beberapa di antara mereka ada yang membeli obat penenang.

Banyak cara untuk mengatasi gangguan tidur. Antara lain dengan obat tidur atau obat-obatan yang dapat membuat orang mengantuk. Beberapa obat batuk dapat menimbulkan kantuk. Bahkan beberapa di antara mereka ada yang membeli obat penenang. Obat-obat ini sebenarnya termasuk obat resep, tapi sejumlah apotek dapat menjual obat keras itu kepada pasien yang membutuhkan tanpa resep dokter.

Itu cara yang salah. Yang benar: periksa ke dokter. Di sana, pasien akan menjalani pemeriksaan dengan polisomnografi. ”Ini untuk mendiagnosis gangguan tidur,” kata Dokter Andreas A. Prasadja dari Rumah Sakit Mitra Kemayoran. Di situ rambut pasien ditempeli sensor. Setelah diterdiagnosis kena sleep apnea misalnya, terapinya antara lain, continous positive airway pressure

Selain terapi itu, dokter biasanya memberikan obat-obatan, seperti obat penenang. Beberapa golongan obat penenang, di antaranya, benzodiasepam atau beberapa obat non-benzodiasepam. Yang termasuk dalam benzodiazepam, antara lain, temazepam, diazepam, lorazepam, dan nitrazepam. Benzodiazepam sebenarnya lebih merupakan obat antidepresi.
Namun seringkali disalahgunakan untuk keperluan lain. Andaikata digunakan sembarang atau tanpa pemantauan dokter, obat tersebut dapat menimbulkan ketergantungan. Sedangkan obat-obat non-benziodiazepam, di antaranya, zolpidem dan zopiclone. Seperti juga benzodiazepam, obat ini juga menimbulkan ketergantungan. Bisa dikonsumsi terus-menerus akan menimbulkan gangguan memori dan kognitif.

Ada beberapa obat anti-depresi yang lain, seperti mirtazapine, trazodone, dan doxepin. Selain menimbulkan ketergantungan, obat ini juga mengganggu pola tidur. Juga ada obat yang mengandung melatonin atau antihistamin. Antihistamin kerap diresepkan dokter untuk mengatasi penyakit ini. Dosis yang dianjurkan 50-100 miligram per hari. Tidak menimbulkan ketergantungan.

Sejumlah penderita insomnia yang lain tak mau menanggung risiko kecanduan/ Mereka terkadang jalan yang relatif aman, yaitu mengonsumsi beberapa tanaman ditengarai dapat menimbulkan kantuk adalah valerian, chamomile, lavender, dan passion flower. Valerian, misalnya, sudah terbukti bisa menyebabkan orang gampang tertidur. Valerian adalah tanaman asli yang tumbuh di Eropa, Amerika Utara, dan Asia Barat.

Bagian tanaman yang digunakan untuk pengobatan adalah bagian rizoma dan akar. Sedangkan kandungan aktif yang terdapat di dalamnya antara lain minyak volatile, iridoid, sesquiterpenes, alkaloid piridin, dan derivat asam kafein. Sesquiterpenes tergolong kandungan memberikan efek biologis terbanyak.

Selain itu, tak sedikit pula yang menggunakan aromaterapi yang mengandung minyak melati atau minyak lavender. Kedua minyak ini bisa membuat orang tenang dan tidur nyenyak. Ada juga yang menggunakan akupunktur atau hipnoterapi. Insomnia merupakan salah satu gejala kekurangan magnesium. Sehingga banyak orang sehat yang mengonsumsi suplemen atau makanan yang kaya magnesium.

Makanan yang kaya magnesium dapat dijumpai pada kentang, biji-bijian, susu, daging, ikan, dan sayur-sayuran yang berwarna hijau. Seng, kalsium, kalium, dan asam merupakan zat-zat yang juga berperan membuat orang tertidus pulas. Kalsium yang terdapat pada susu, ikan teri, dan udang mempunyai efek menenangkan susunan saraf pusat. Kekurangan kalsium dapat membuat otot tegang dan sulit tidur.

Tentu saja, niat pasien untuk sembuh juga harus ditegakkan. Misalnya harus merelaksasi otot, mengurangi stres, berolahraga teratur, berpikir positif, dan mengurangi merokok dan minum minuman beralkohol.

Aries Kelana dan Rach Alida Bahaweres

Sleep Apnea Meningkatkan Resiko Kematian Hingga 46%

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Naresh Punjabi dan kawan-kawan dari Johns Hopkins University menemukan bahwa resiko kematian pada penderita sleep apnea berat adalah 46%. Resiko ini jelas nampak pada pria usia 40-70 tahun.

Mereka mengatakan bahwa orang-orang dengan gangguan nafas selama tidur ini mempunyai resiko lebih tinggi untuk mengalami kematian oleh berbagai sebab dibandingkan dengan orang lain yang tidak menderita sleep apnea.

Sleep apnea adalah sebuah gangguan tidur berbahaya yang ditandai dengan tidur mendengkur dan rasa kantuk berlebih di siang hari. Lebih jauh lagi, sleep apnea mengakibatkan hipertensi, berbagai gangguan jantung, diabetes dan stroke. Sleep apnea terjadi akibat penyempitan saluran nafas selama tidur. Akibatnya pasokan oksigen akan berulang kali terhenti sepanjang malam.

Penelitian yang diterbitkan bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia pada Public Library of Science journal PLoS Medicine ini meneliti 6.400 orang selama 8 tahun. Mereka yang telah terdiagnosa dengan sleep apnea berat lebih rentan 46% mengalami kematian oleh berbagai sebab.
Dalam populasi penelitian, diantara pria, 42,9% tidak mempunyai gangguan nafas selama tidur, 33,2% terdiagnosa dengan sleep apnea ringan, 15,7 % sedang dan 8,2%-nya mengalami sleep apnea yang parah. Sedangkan pada wanita 25% diantaranya terdiagnosa dengan sleep apnea ringan, 8% sleep apnea sedang dan 3% nya sleep apnea berat.

Menurut para peneliti tersebut, mereka yang dengan sleep apnea berat, dapat berhenti nafas selama 20-30 detik dan terbangun (namun tidak sampai tersadar dari tidur.) Derajat keparahan sleep apnea dilihat dari jumlah henti nafas perjam (AHI/apnea hypopnea index) dimana 0-5 kali perjam artinya mendengkur normal tanpa henti nafas, 5-15 kali perjam sleep apnea ringan, 15-30 kali perjam sleep apnea sedang dan lebih 30 kali perjam berarti sleep apnea berat. Pemeriksaan tidur dilakukan di laboratorium tidur dengan menggunakan alat polysomnography (PSG.)

Dibandingkan dengan pengalaman kami di Mitra Kemayoran, sleep apnea terberat pernah mencapai 109 kali perjam dengan durasi henti nafas terlama mencapai 120-an detik dan kadar oksigen terendah mencapai kurang dari 50%! Tentu saja ini amat berbahaya.

Data dari the National Heart, Lung, and Blood Institute menyebutkan bahwa 12 juta penduduk dewasa Amerika menderita sleep apnea. Sedangkan menurut the National Sleep Foundation diperkirakan mencapai 18 juta orang. Sayangnya di Indonesia belum ada penelitian berskala nasional yang memperhatikan gangguan tidur yang fatal ini. Mengingat struktur rahang ras Asia yang lebih sempit, dicurigai Indonesia memiliki lebih banyak penderita sleep apnea.

Menurut Dr. David Rapoport dari New York University yang juga turut serta dalam penelitian, perawatan terbaik saat ini adalah dengan menggunakan CPAP (continuous positive airway pressure), berupa masker yang memberikan udara bertekanan untuk membuka saluran nafas selama tidur. Sementara alternatif lainnya merupakan pembedahan, termasuk didalamnya pengangkatan amandel jika diperlukan. Pilihan lain adalah dengan menggunakan alat mulut yang bisa mendorong rahang bawah maju.