Kafein, dan Masyarakat Pecandu Stimulan

Masyarakat kita adalah masyarakat pecandu stimulan. Lihat saja, betapa mudah kita menemukan dan menikmatinya setiap hari. Anda tahu stimulan apa? Kopi.

Alkisah, seorang penggembala Ethiopia bernama Kaldi melihat salah satu kambing gembalaannya mempunyai vitalitas luar biasa setelah mengunyah biji-bijian berwarna merah. Kambing itu seolah menari-nari dari satu tanaman kopi ke tenaman kopi yang lain, sehingga kisah ini juga dikenal sebagai kisah “Kambing yang Menari.” Sejak saat itu pula kopi mulai digunakan sebagai stimulan pembangkit semangat dan mempertahankan vitalitas. Para pejuang Ethiopia dikenal dengan kebiasaan mereka mengunyah biji kopi yang telah digiling dan dicampur dengan lemak sebagai bekal perjalanan jauh ataupun untuk meningkatkan semangat dalam berperang.

Maka kopi pun mulai dikenal di benua Afrika. Pada perkembangan selanjutnya, kopi mulai dinikmati sebagai minuman di dunia Islam. Bahkan kaum Sufi amat menyukai minuman ini karena efeknya yang menunda kantuk. Bersamaan dengan penyebaran Islam ke seluruh Asia, kopi pun ikut menyebar dan menjadi minuman populer di kalangan bangsawan muslim. Sementara ke belahan Barat, kopi turut dibawa dalam proses kolonialisme. Orang Barat menamai minuman ini dengan sebutan “Arabian Wine.”

Kafein

Kopi mendapatkan popularitas karena efeknya yang menunda kantuk, memberikan rasa senang dan bersemangat serta membangkitkan vitalitas peminumnya. Ini disebabkan oleh efek kafein pada Reticular Ascending System dan reseptor adenosin. Adenosin adalah zat yang menyebabkan kantuk. Dengan memblokir reseptornya, tubuh tidak bisa membaca adanya adenosin sehingga mengahalangi kantuk.

Kadar kafein mencapai puncaknya dalam 30-60 menit setelah dikonsumsi. Kadarnya akan tetap tinggi dalam darah selama 3 hingga 5 jam. Dosis setara dengan secangkir kopi (30-150mg) yang dikonsumsi sebelum tidur dapat memperpanjang waktu yang diperlukan untuk tidur dan juga mengganggu proses tidur itu sendiri. Gangguan proses tidur akibat kafein adalah buruknya kualitas tidur akibat tahapan tidur dalam (stage N3 sleep) yang memendek. Padahal tahap tidur dalam, sering juga disebut restorative sleep, adalah tahapan tidur penting dimana tubuh mengeluarkan hormon pertumbuhan yang berfungsi dalam perbaikan sel-sel tubuh yang rusak. Pada beberapa orang yang sensitif terhadap kafein, dengan konsumsi kopi di pagi hari sudah dapat mengganggu proses tidur di malam harinya.

Kafein dosis tinggi (> 6 cangkir kopi) dalam sehari dapat memperlambat metabolisme kopi sehingga kadarnya tetap tinggi di otak selama 9 hingga 15 jam. Sementara dengan dosis luar biasa, 100 cangkir (10 gram) sehari dapat menyebabkan kematian.

Efek samping dari kafein dosis tinggi antara lain:
• Kecemasan yang berkepanjangan.
• Sulit berkonsentrasi.
• Ketegangan otot.
• Peningkatan frekwensi berkemih (kencing.)
• Agitasi, terlalu bersemangat hingga serangan panik.
• Rasa pusing, kejang dan vertigo.
• Suhu tubuh meningkat.
• Disorientasi hingga paranoia.
• Jantung berdebar-debar.
• Mual
• Sulit tidur.

Efek Kafein

Efeknya pada kesehatan masihlah kontroversial, namun demikian kafein dapat juga digunakan untuk menangani kasus-kasus hipersomnia dimana penderitanya merasakan kantuk berlebih di siang hari. Namun demikian perlu ditekankan bahwa penggunaan kafein pada hipersomnia hanyalah perawatan simptomatis yang mengurangi gejala kantuk. Diperlukan pemeriksaan dan perawatan menyeluruh untuk mengatasi penyakit yang sebenarnya. Perawatan yang biasanya dilakukan di Sleep Disorder Clinic, diawali dengan pemeriksaan laboratorium tidur untuk mendeteksi gangguan yang diderita, lalu dilanjutkan dengan perawatan. Gangguan tidur yang dapat menyebabkan hipersomnia adalah sindroma tungkai gelisah, sleep apnea (mendengkur) dan narkolepsi.

Efek stimulan kafein memang tidak sekuat kokain maupun amphetamine (pil ekstasi,) namun ia tetap dapat menimbulkan ketergantungan. Penghentian konsumsi kafein secara mendadak akan membangkitkan efek kecanduan seperti rasa sakit kepala, vitalitas yang menurun, kantuk amat sangat serta depresi.

Konsumsi kopi untuk menahan kantuk saat bekerja pun tidak dianjurkan. Apalagi jika pekerjaan tersebut melibatkan pengoperasian alat berat atau mengendara. Karena kafein terbukti menghambat kantuk dan membuat orang merasa segar kembali, tetapi kemampuan mental serta refleks menjadi terganggu. Pekerja shift malam lebih banyak mengonsumsi kopi dibandingkan dengan pekerja biasa. Tetapi resiko untuk mengalami kecelakaan lalu lintas maupun di tempat kerja tidaklah berkurang. Sebuah penelitian lain yang dilakukan pada anggota Navy Seals Amerika menunjukkan bahwa konsumsi kafein setelah mengalami kondisi kurang tidur akan meningkatkan vitalitas dan kewaspadaan seseorang. Tetapi kemampuannya untuk menembak dengan tepat berkurang jauh.

Para pelajar yang suka mengonsumsi kopi untuk menahan kantuk juga perlu memperhatikan efek-efek tadi. Malam menjelang ujian, biasa diisi dengan belajar dan menghapal. Untuk memperpanjang waktu belajar, kopi pun diminum. Akibatnya walaupun kantuk hilang dan otak terasa segar, kemampuan untuk belajar sudah menurun. Dipagi hari dengan bermodalkan secangkir kopi lagi, ujian pun dijalani. Kemampuan otak untuk mengingat kembali hapalan biasanya tidak terganggu, tetapi kemampuan untuk memproses data hapalan secara kreatif jelas menurun. Akibatnya banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan baik. Apalagi ketika efek kafein mulai meninggalkan tubuh di siang harinya. Seluruh badan terasa tidak karuan, mata pun tak kuasa menahan kantuk. Ini disebabkan oleh hutang tidur yang menagih. Dengan demikian, jelas bahwa kafein tidak dapat menggantikan tidur.

Bagaimana dengan pengendara jarak jauh? Mengendara dengan kantuk, justru lebih berbahaya dibanding mengendara dalam kondisi mabuk. Kafein memang dapat menahan kantuk, namun tidak ada yang dapat mengembalikan kemampuan mental dan refleks mengendara, sebaik tidur. Untuk itu, jika Anda mengantuk saat mengendara, jalan terbaik adalah menghentikan kendaraan dan tidur sejenak selama 15-30 menit. Setelah bangun, barulah konsumsi kafein dan lanjutkanlah perjalanan.

Konsumsi Kafein

Kafein dapat dengan mudah didapatkan di masyarakat kita. Dengan mudah kita dapat menemukan gerai, cafe hingga warung yang menyajikan kopi. Bahkan secara sosial, kopi sudah dianggap sebagai minuman wajib dalam pergaulan. Tetapi kafein tidak hanya terdapat dalam kopi saja. Penganan modern banyak yang mengandung kafein tanpa kita sadari. Mereka adalah:
• Coklat
• Teh
• Minuman Kola (coca cola, dulu berisi kokain.)
• Beberapa jamu dan obat cina.
• Beberapa obat-obatan (obat flu atau penghilang sakit.)
• Obat pembangkit semangat.
• Minuman berenergi.

Kafein memang menyenangkan, tetapi bukannya tanpa efek samping. Sebab itu konsumsi kafein sebaiknya disertai dengan pengetahuan akan efek kafein terhadap tidur dan kesehatan secara umum sehingga konsumsinya dapat dijadwalkan dengan baik. Sebagai salah satu bahan stimulan, kafein juga tidak lepas dari efek adiksi (kecanduan.) Di kalangan kesehatan bahkan terdapat sebuah anekdot yang mengatakan, jika saja kafein baru ditemukan di masa ini badan FDA Amerika (POM di Indonesia,) pasti tidak akan meluluskannya sebagai bahan yang aman dikonsumsi.

Kopi, tidak sepenuhnya berefek buruk. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan efek yang positif bagi kesehatan seperti menurunkan resiko terserang kanker maupun gangguan jantung. Namun yang harus diperhatikan adalah waktu menikmatinya. Misalkan sepanjang hari butuh kafein agar dapat tetap bekerja dan tidak mengantuk, tentu ini menunjukkan adanya gangguan tidur yang harus diatasi. Mengingat daya kerja kafein yang mencapai belasan jam, tentu disarankan untuk hanya menikmati aroma kafein di pagi hari, bukan di sore hari.