Gangguan Tidur Berakibat Buruk Bagi Penderita Jantung

Sebuah presentasi pada acara tahunan the Council on Cardiovascular Nursing and Allied Professions (CCNAP) dari the European Society of Cardiology (ESC) di Norwegia, menungkapkan bahwa pasien-pasien payah jantung dengan masalah tidur membutuhkan perawatan di rumah sakit hingga dua kali lipat dibanding dengan pasien yang baik tidurnya.

Penelitian yang melibatkan 500 orang penderita payah jantung (heart failure) ini dilakukan di Swedia. Pasien yang dirawat di rumah sakit karena payah jantung dicatat kemudian diberi pertanyaan-pertanyaan tentang kualitas tidurnya. Setahun kemudian, para pasien ini dicatat berapa kali dan berapa lama ia dirawat di rumah sakit.

Para ahli menemukan ada 215 (43%) pasien yang memiliki masalah tidur, setelah pulang dari rumah sakit pertama kali. Sepertiganya terus memiliki masalah tidur selama 12 bulan rentang penelitian.

Setelah diikuti selama setahun, didapati bahwa pasien-pasien yang sepanjang tahun alami gangguan tidur memiliki risiko dua kali lipat untuk kembali dirawat di rumah sakit akibat penyakit jantung dibanding pasien tanpa masalah tidur.

Dari 284 pasien tanpa masalah tidur, 14%-nya mengalami masalah tidur selama rentang 12 bulan penelitian. Ada kecenderungan bahwa pasien-pasien ini akan alami perawatan kembali di rumah sakit akibat penyakit jantung dibanding pasien tanpa gangguan tidur. Walau temuan ini diakui para peneliti tidak signifikan, risikonya tidak bisa diabaikan begitu saja.

Setiap kejadian atau gangguan tidur menjadi penting. Mulai dari jadwal tidur, kesulitan tidur, kantuk berlebihan hingga dengkuran harus diperhatikan. Tak semua gangguan tidur itu insomnia, dan tak semua gangguan tidur dapat diatasi dengan obat tidur. Kita juga mengenal adanya hipersomnia atau kantuk yang berlebihan walau cukup tidur. Ketika seseorang terus mengantuk dan tidur lebih banyak, kita harus waspada, apalagi jika ia mendengkur. Dengkuran pasien justru sangat berbahaya bagi kesehatan jantung. Pasien yang mendengkur perlu pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium tidur untuk memastikan adanya henti nafas saat tidur atau ngorok biasa.

Baik insomnia maupun hipersomnia, Sementara ini, para ahli sepakat bahwa kesehatan jantung diperburuk oleh gangguan tidur lewat mekanisme peningkatan sel-sel inflamasi dan respon stres. Pahami bahwa gangguan tidur juga sebabkan stres bagi tubuh penderitanya.

Bagi pendengkur, risiko penyakit jantung dan pembuluh darah jadi berlipat ganda akibat henti nafas yang dialami. Disamping peningkatan aktivitas inflamasi, turun naik oksigen serta kerja jantung yg meningkat saat tidur juga berperan.

Melihat hasil survey ini, para peneliti menekankan bahwa kesehatan tidur harus diperhatikan pada pasien-pasien penyakit jantung. Pasien harus ditanyakan, bahkan diperiksakan tentang kesehatan tidurnya. Penderita penyakit jantung serta keluarga juga sebaiknya mengutarakan pada dokter tentang kebiasaan atau masalah tidurnya.

Referensiana SindoTV

image

image

7 Mitos Tidur

Kita harus tidur 8 jam setiap hari.

Ini pemahaman yang paling sering ditemui. Angka 8 jam didapatkan dari penelitian Thomas Wehr di tahun 90-an dimana subyek selama 14 jam sehari dikondisikan dalam suasana gelap tanpa bantuan cahaya buatan. Hasilnya memeasuki minggu keempat pola tidur mereka menetap menjadi 4 jam tidur, bangun 1-2 jam, lalu tidur 4 jam lagi. Tetapi jumlah total tidur 8 jam sehari terlanjur tertanam di otak masyarakat.

Tahun 2001, seorang ahli sejarah Roger Ekirch menuliskan hal yang senada dari penelitiannya selam 16 tahun. Manusia tidur 4 jam setelah 2 jam matahari terbenam, lalu bangun selama 2 jam dan akhirnya tidur lagi selama 4 jam.

Nyatanya kini dengan adanya pencahayaan buatan dan dorongan kehidupan sosial, pola tidur kita sudah amat jauh dari nenek moyang kita. Akankah pola tidur kita akan berevolusi menyesuaikan dengan perkembangan jaman? Atau kesehatan dan produktivitas kita akan terus tergerus akibat kebutuhan tidur yang tak pernah tercukupi?

Habis makan kenyang mengatuk.

Setiap jam kita terjaga merupakan hutang tidur yang menyebabkan kantuk. Tapi hutang tidur tak sendirian mengontrol tidur. Ada juga jam biologis yang berdetak dalam diri membantu menentukan saat-saat kita lapar, harus buang air dan juga saat-saat kita aktif dan mengantuk.

Jam biologis dan hutang tidur berlomba-lomba mengontrol kita. Pada saat kita bangun pagi, dengan hutang tidur minimal dan jam biologis yang mulai menanjak kita merasa segar bugar. Semakin siang hutang tidur bertambah tetapi dengan jam biologis yang tinggi, kita merasa segar bugar.

Setelah makan siang dengan jumlah hutang tidur yang agak tinggi, jam biologis kita menurunkan keterjagaannya hingga kita mengantuk. Saat ini biasa disebut dengan after lunch circadian dipping.

Hutang tidur bisa dibayar lunas.

Jam biologis kita amat peka cahaya. Ini alasannya nenek moyang kita sebelum adanya cahaya buatan, jarang mengalami gangguan tidur seperti sekarang. Kini ada gangguan tidur tersendiri yang dulu tak ada: Gangguan jam biologis.

Dengan pergeseran pola tidur dan dorongan kehidupan sosial, manusia kini banyak mengalami kekurangan tidur. Kurang tidur ini juga disebut sebagai hutang tidur. Hutang tidur yang hebat akibat kekurangan tidur akan mengalahkan jam biologis. Akibatnya kita tetap mengantuk sepanjang hari.

Masalahnya, hutang harus dibayar. Dengan tidur siang? Tidur lebih banyak di akhir pekan? Tidur lebih awal?

Kemampuan tidur siang akan berkurang seiring dengan pertambahan usia. Jika dewasa muda bisa tidur 2-3 jam di siang hari, sementara orang yang lebih tua hanya bisa tidur 20 menitan saja.

Bagaimana jika tidur lebih awal saja, karena malam kemarin kurang tidur? Boleh saja, tetapi waspadai perubahan pola tidur. Tidur akan lebih mudah jika kita rutin tidur teratur dengan jadwal yang kurang lebih sama. Lagi pula sedikit hutang tidur, malah membantu kita tidur lebih nyenyak di malam berikutnya kok.

Tidur awal, dan bangun sepagi mungkin adalah yang terbaik

Kita sering mendengar nasehat seperti ini. Dari mana? Dari orang-orang tua kita.Tapi pahami juga bahwa pada era mereka, akses listrik dan cahaya buatan masih sangat terbatas. Jam biologis bisa dikatakan masih amat peka terhadap siklus gelap dan terang alami.

Cahaya dan denyut kehidupan 24 jam tak bisa dihindari mempengaruhi pola tidur kita. Beberapa penelitian tunjukkan bahwa kita tidur 2 jam lebih sedikit dibanding nenek moyang kita.

Pergeseran pola tidur paling dirasakan oleh remaja-dewasa muda. Usia mereka membutuhkan tidur 8,5-9,25 jam sehari. Dengan hilangnya pola tidur sore seperti nenek moyang kita, dewasa muda hanya tidur di malam hari saja. Jam biologis mereka memberikan rasa kantuk mendekati tengah malam. Padahal kehidupan masa kini menuntut mereka untuk tetap bangun pagi!

Tidur awal dan bangun pagi bagi dewasa muda memiliki perbedaan. Bangun jam 7:30 pagi bagi seorang remaja, sama rasanya dengan orang tuanya bangun pada jam 5:00 pagi. Jika orang tua bangun jam 5:00 pagi dengan rasa segar bugar penuh vitalitas, anak-anak muda ini bangun dengan rasa mengantuk, berkabut dan tak segar. Bangun jam 5:00 pagi bagi dewasa muda sama seperti jika orang tuanya bangun jam 2:00-3:00 dini hari.

Tidur hanya membutuhkan kedisiplinan.

Sedangkan untuk tidur memang dibutuhkan kedisiplinan. Disiplin untuk menjaga jadwal tidur, disiplin untuk mempersiapkan tidur, disiplin untuk mematikan semua alat komunikasi dan monitor beberapa menit sebelum tidur, dan displin-disiplin lainnya. Tetapi seperti tulisan di atas tadi, kedisiplinan ini perlu juga mempertimbangkan jadwal dan jam biologis.

Siapa pun sebaiknya sudah mematikan alat-alat yang memancarkan cahaya satu jam menjelang tidur. Dewasa muda sebaiknya sudah mematikan alat-alat komunikasi sejak jam 10 malam. Kekurangan tidur dan smartphone yang tetap menyala menjadi penyebab sleeptexting pada remaja.

Disiplin agar tidur seturut jadwal yang sesuai dengan jam biologis. Memaksakan tidur terlalu sore pada remaja akan percuma saja, tanpa perhatikan jam biologisnya. Jika mau menggeser jam tidur remaja, ada caranya tersendiri. Majukan 15 menit setiap 2 malam. Jangan langsung geser 1-2 jam.

Mengantuk adalah kemalasan.

Mengantuk bukanlah kemalasan. Mengantuk menunjukkan kebutuhan akan tidur belum terpenuhi. Itu saja.

Kantuk tentu menurunkan produktivitas. Hanya tidurlah yang dapat mengembalikan dan menyegarkan kemampuan kognitif-mental kita. Dengan tidur pula emosi kita seperti disegarkan hingga lebih positif. Jadi sebenarnya, menjaga tidur tetap sehat sebenarnya justru meningkatkan produktivitas.

Kafein dan berbagai minuman penambah energi hanya menunda kantuk. Terkadang memang kita perlukan, tetapi apakah harus terus menerus?

Sayangnya lagi orang belum banyak yang tahu bahwa ada juga gangguan tidur yang sebabkan orang selalu mengantuk. Sebutannya adalah hipersomnia. Gangguan tidur itu antara lain narkolepsi, sleep apnea, periodic limb movements in sleep dan lain-lain.

Mendengkur tanda tidur yang lelap.

Sebaliknya orang yang ngorok biasanya tidur tak lelap. Mendengkur yang merupakan tanda dari sleep apnea atau henti nafas saat tidur. Henti nafas terjadi akibat saluran nafas yang melemas dan menyempit saat tidur. Walau gerakan nafas tetap ada, udara tak ada yang dapat lewat. Dalam keadaan sesak, mekanisme pertahanan tubuh akan membangunkan otak sejenak, untuk mengambil nafas. Setelahnya penderita langsung kembali tidur.

Walau mengalami henti nafas ratusan kali penderita sleep apnea tak pernah ingat kalau dirinya terbangun-bangun dari tidur. Tetapi ia bangun tak segar dan terus mengantuk di siang hari biarpun tidur sudah cukup lama.

Tanpa ia sadari, berbagai penyakit pun menghinggapi sebagai konsekuensi mendengkur seperti, hipertensi, diabetes, gangguan jantung, impotensi hingga stroke. Mendengkur adalah gangguan tidur paling berbahaya tapi paling diabaikan masyarakat kita.

dr. Andreas Prasadja, RPSGT

 

Cek Insomnia Saat Anda Terjaga!

Waktu menunjukkan pukul 00.05. Anda terbaring di tempat tidur, menatap langit-langit, berusaha untuk terlelap. Trik-trik meditasi yang pernah Anda baca di buku yoga, seperti melemaskan otot dan mengosongkan pikiran, tidak ada yang berhasil membuat Anda tertidur. Tapi jangan khawatir jika Anda seprti burung hantu, selalu terjaga ketika yang lain sedang tenggelam dalam mimpi. Anda tidak sendirian, kok.

Menurut dr. Andreas Prasadja, sleep scientist, waktu produktif orang dewasa muda memang justru di malam hari. Banyak yang menyalahartikan kesulitan tidur di malam hari sebagai insomnia. Padahal, indikasi insomnia atau gangguan tidur  justru terlihat saat seseorang terjaga. Jika seseorang tidak nyaman saat bangun tidur, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, atau mengantuk berlebihan, berarti dia mengalami insomnia. Kalau seseorang terjaga sepanjang malam, tapi bisa tidur nyenyak di waktu lain, dia tidak menderita insomnia.

Perbedaan waktu tidur dikarenakan jam biologis manusia yang berbeda-beda. Makin bertambahnya usia, kebutuhan jam tidur akan  makin menurun. Usia 30 tahun ke atas butuh maksimal 8 jam tidur. Sedangkan orang dewasa muda membutuhkan waktu tidur 8-9,5 jam, dan waktu produktif mereka adalah malam hari.

Sayangnya, hal ini terbentur ritme kehidupan yang mengharuskan kebanyakan orang untuk mulai beraktivitas di pagi hari sampai malam. Yang bekerja di pusat Kota Jakarta dan tinggal di luar kota, terpaksa mengorbankan waktu tidur karena harus berangkat subuh dari rumah dan pulang ke rumah larut malam. Akibatnya, banyak orang usia produktif yang mengalami kekurangan tidur atau sleep deprivation. Masalahnya, tidak ada satu pun obat yang dapat menggantikan manfaat tidur!

Penting juga untuk diingat, bahwa ekurangan tidur berdampak pada tiga hal:

  1. Memperlemah kinerja otak dan menurunkan kemampuan kognitif. Banyak orang yang ingin meningkatkan produktivitas dengan mengurangi jam tidur (lembur). Padahal, tindakan ini justru kontraproduktif. Dalam kondisi kurang tidur, orang akan cenderung susah konsentrasi dan tidak teliti.
  2. Tidur yang cukup terbukti mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
  3. Memperbesar risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas. Sudah terbukti kan, banyak sekali kecelakaan lalu lintas yang terjadi akibat kelalaian pengemudi yang ngantuk.

Primarita S Smita

link: http://www.femina.co.id/issue/issue_detail.asp?id=812&cid=2&views=9

Mengigau Tanda Tubuh Kurang Istirahat

image

Yuri Arcurs/Shutterstock

Mengigau merupakan acuan jika tubuh kekurangan waktu beristirahat. Yang jelas, menggigau bukanlah curhat seseorang ketika tertidur.

“Kondisi tubuh yang terlalu lelah membuat mekanisme otak jadi kacau. Omongan orang yang sedang menggigau juga tidak ada kaitannya dengan dunia nyata, perasaan yang dipendam, ataupun masalah yang sedang ia hadapi,”ujar sleep technologist dari Sleep Disorder Clinic, RS Mitra Kemayoran Dr. Andreas Prasadja, RPSGT.

Andreas menjelaskan bahwa sebagian otak dalam kondisi terjaga pada saat menggigau terjadi. Bagian otak yang terjaga tersebut hanya cukup untuk membuat seseorang tersebut bicara.

Sedangkan separuh bagian dari otak berada dalam kondisi tidur atau tidak sadar. Itulah sebabnya orang menggigau omongannya ngawur. Kejadian ini biasanya dialami oleh anak kecil.

Menurut American Academy of Sleep Medicine, di Amerika, menggigau terjadi pada hampir 50 persen anak berusia dibawah 10 tahun. Menggigau juga biasanya akan menghilang ketika anak beranjak dewasa.

“Jika masih sering terjadi ketika seseorang sudah dewasa, bisa jadi orang tersebut sangat kekurangan waktu tidur,” imbuh Andreas.

Kurang tidur ini tak boleh dianggap remeh. Sebab bisa menimbulkan berbagai efek tidak langsung yang berbahaya bagi jiwa orang tersebut.

“Tak hanya mendengkur, coba bayangkan jika Anda menyetir kendaraan dalam keadaan ngantuk. Bisa nabrak,” kata Andreas.

Karenanya, Andreas menyarankan agar tiap orang mematuhi anjuran durasi tidur selama delapan jam perhari. Kalau tidak bisa, tebuslah waktu tidur di malam berikutnya atau lakukanlah tidur siang. (mic)

link: http://sehatnews.com/berita/3992-Mengigau-Tanda-Tubuh-Kurang-Istirahat.html

Anda Mengantuk ?

Mengantuk itu bukan sifat pemalas, itu artinya Anda butuh tidur lebih banyak. Jika tidur sudah cukup, Anda tidak akan merasa mengantuk dan produktivitas juga akan meningkat.

Nah, berikut ini adalah tanda Anda membutuhkan tidur:

  1. Anda membutuhkan alarm untuk bangun. Jika sudah cukup tidur, Anda dapat bangun tepat waktu tanpa perlu alarm. Apabila Anda memerlukan beberapa kali bunyi alarm sampai akhirnya bangun, berarti kekurangan tidur cukup parah!
  2. Mengendara sambil mengantuk. Apapun moda kendaraannya, mengendara merupakan aktivitas monoton yang memicu kantuk. Namun penyebabnya sendiri jelas tidur yang kurang. Mengendara saat mengantuk merupakan penyebab utama kecelakaan lalu lintas.
  3. Sering berdekatan dengan coffee maker. Menikmati aroma kopi di pagi hari memang nikmat, tetapi jika sepanjang hari membutuhkan kafein untuk tetap beraktivitas jelas ada yang salah dengan tidur Anda.
  4. Sering membuat kesalahan. Ketika lelah dan mengantuk tentu saja jadi sulit berkonsentrasi. Ketelitian juga menurun drastis, akibatnya satu pekerjaan jadi tertunda akibat kesalahan-kesalahan yang dibuat.
  5. Jadi pelupa. Keadaan kurang tidur akan menurunkan kemampuan mengingat, terutama ingatan jangka pendek seperti lupa menaruh kunci, lupa akan janji temu atau isi rapat.
  6. Anda mudah tersinggung dan marah. Kurang tidur juga menyebabkan mood kita terganggu. Akibatnya kita mudah jatuh dalam kondisi depresi, cemas atau frustasi.
  7. Sering sakit. Daya tahan tubuh hanya bekerja optimal pada saat tidur. Tanpa tidur yang cukup, tubuh akan sulit untuk melawan berbagai virus dan kuman.

Kurang tidur harus dipahami sebagai sebuah keadaan, bukan hanya kurangnya jam tidur. Kondisi kurang tidur bisa juga dialami oleh orang yang sudah cukup tidur, namun kualitas tidurnya yang kurang. Orang-orang ini merasakan gejala-gejala di atas, tapi tidurnya sudah cukup. Ini disebut sebagai kantuk berlebihan atau hipersomnia. Mereka selalu mengantuk dan lelah walau sudah cukup tidur.

Sindrom Tungkai Gelisah, kurangi kualitas tidur

Majalah Kartini, No.2268 / 15-29 April 2010

Gangguan tidur ada 99 macam. Sayangnya gangguan-gangguan itu kebanyakan tidak terdiagnosa, hingga keluhan terus bertambah hebat. Da samping insomnia, gangguan tidur juga sering terjadi ialah restless legs syndrome (RLS) atau yang disebut juga sebagai sindrom tungkai gelisah.

Gangguan ini terjadi di waktu malam hari saat seseorang akan tidur. Kondisi ini membuat penderita susah tidur. Biasanya penderita akan merasa tidak nyaman pada salah satu atau kedua kaki. Pada setiap orang keluhannya berbeda-beda. Ada yang merasa pegal, sakit, ngilu, nyeri, kesemutan, gatal, atau terasa ada yang merambat di kaki.

Keadaan tidak nyaman pada kaki tersebut merupakan keluhan khas RLS. Pada saat akan tidur, pasien mengalami rasa tidak enak pada kaki yang membuatnya harus menggerak-gerakkan atau berjalan terlebih dahulu. Bila pasien merasa nyaman , pasien akan kembali ke tempat tidur. Rasa nyaman pada kaki itu tidak berlangsung lama, sebab kejadiannya akan terulang lagi. Pada penderita susah tidur, biasanya kakinya akan bergerak setiap 8-10 detik. Dan setiap kali kaki bergerak, membuat penderita tersadar, walaupun tidak sampai terjaga.

Kebanyakan Menyerang Wanita

Penelitaian terhadap gangguan ini di Indonesia belum ada. Namun di luar negeri, seperti Singapura dan Australia, gangguan ini sudah diteliti sejak lama dan dialami sekitar 5% dari jumlah penduduknya.

Dari jumlah tersebut, penderita gangguan ini kebanyakan adalah wanita muda serta ibu hamil yang kekurangan zat besi dan vitamin B12. Kondisi kekurangan zat besi dan vitamin B12 ini hampir selalu dialami wanita pada umumnya. Kekurangan zat besi itu lantaran setiap wanita mengalami menstruasi. Banyaknya darah yang keluar setiap bulan saat menstruasi itu secara tidak langsung mempengaruhi jumlah zat besi. Karena itu wanita muda harus selalu memerhatikan kebutuhan zat besi di dalam tubuhnya.

Disamping menyebabkan gangguan ini, kekurangan zat juga dapat membuat wanita menderita anemia. Anemia ditandai wajah pucat, mudah letih, mata berkunang-kunang saat berdiri dari duduk, dan malas saat bekerja.

Pemenuhan kebutuhan zat besi itu bisa dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang kaya kandungan zat besinya, seperti daun papaya, bayam, daun singkong. RLS juga rentan menyerang lanjut usia, orang yang memiliki gangguan persarafan, payah ginjal, dan pasien yang sedang menjalani cuci darah.

Produktivitas Kerja Menurun

Akibat sering tersadar waktu tidur, selain waktu tidurnya terpotong, kualitas tidur menjadi kurrang baik. Pagi hari sehabis bangun tidur, tubuh tidak bugar melainkan keletiahan. Kondisi itu membuat aktivitas pada pagi harinya terganggu sehingga tidak optimal. Karena mengantuk dan tubuh kurang bugar, maka tidak akan maksimal saat bekerja. Akibatnya, produktivitas kerja akan menurun.

Dampak lainnya ialah depresi. Bila terus dibiarkan, gangguan itu bisa menyebabkan depresi. Ada pasien depresi yang tidak bisa tidur beberapa waktu. Bayangkan, apa akibat dari tidak bisa tidur dalam jangka waktu panjang. Semua aktivitasnya jelas terganggu.

Untuk meringankan gangguan ini, cara sederhana bisa dilakukan seperti :

  • Pemijatan kaki menjelang tidur
  • Rendam kaki dalam air hangat
  • Memakai kaos kaki ketat
  • Kaki dikompres dengan air hangat atau dingin
  • Atur jadwal tidur dengan teratur
  • Untuk melancarkan aliran darah, perlu olahraga teratur
  • Lakukan pengobatan komplementer, seperti perana, yoga, dan akupuntur. Pengobatan-pengobatan jenis ini dilaporkan dapat membantu mengurangi gangguan.
  • Selain pengobatan komplementer, ada juga suplemen yang dilaporkan mampu meminimalisir gangguan, yaitu zat besi dan asam folat. Namun sebelum mengonsumsi suplemen-suplemen tersebut, penderita disarankan untuk mengonsultasikan terlebih dulu dengan dokter.

Bila gangguan dirasa sudah terlampau mendorong dan tidak mungkin lagi ditolong dengan cara-cara tersebut di atas, harus dibantu dengan pemakaian obat-obatan. Pemakaian obat tidak pperlu dalam jangka waktu panjang. Jika gangguan sudah berkurang, obat bisa dihentikan. Pada saat pengobatan itu, dokter juga akan mencari penyebabnya. Jika penyebabnya diketahui, misalnya kekurangan zat besi, maka dokter akan memberikan tambahan zat besi. Bila kebutuhan zat besi sudah dipenuhi maka gangguan itu akan hilang sendiri.

 

Trijaya Network Tentang Kesehatan Tidur

Minggu pagi, 27 Januari 2008, Dr. Andreas Prasadja, RPSGT diundang oleh Trijaya Network untuk menjelaskan seluk beluk berbagai gangguan tidur. Dalam talkshow yang dipandu oleh Aldi ini, terungkap banyaknya gangguan tidur yang diderita oleh masyarakat Indonesia. Ini dapat dilihat dari banyaknya pesan singkat dan telepon yang masuk selama 1 jam acara berlangsung. Sungguh suatu pengalaman istimewa, karena ternyata masyarakat kita masih buta terhadap bermacam-macam gangguan tidur yang mungkin diderita. Dalam berbagai interaksi dengan pendengar, dibicarakan antara lain insomnia, hipersomnia, restless legs syndrome dan sleep apnea (mendengkur.)

Terima kasih pada staf dan redaksi Trijaya Network, terutama pada Aldian Noorman, yang telah memberikan kesempatan untuk memperkenalkan kesehatan tidur pada masyarakat Indonesia.




Tak Sengaja Jadi Dokter Tidur

Sosok dan Sketsa

9 Pertanyaan untuk Andreas A Prasadja: Tak Sengaja Jadi Dokter Tidur
Jurnal Nasional, Kamis, 22 Nov 2007

BELAKANGAN ini makin banyak rumah sakit yang mendirikan laboratorium tidur atau sleep laboratory. Namun, tidak banyak orang yang tahu bahwa RS Mitra Kemayoran adalah yang mengawalinya. Dan adalah Dr Andreas A Prasadja yang dengan berani menerima tantangan untuk mempelajari secara mendalam hal yang sering disepelekan banyak orang, yakni tidur.

Dari apa yang dipelajarinya, Sleep Technologistkecemplung-nya sebagai sebuah kesadaran bahwa tidur diciptakan Tuhan karena memegang peranan penting bagi mental, kognitif, dan emosional seseorang. (teknolog tidur) ini disadarkan bahwa sepertiga hidup manusia diisi dengan tidur. Inilah yang kemudian menyeret proses

Berikut petikan wawancara Jurnal Nasional dengan dokter yang tidak mau disebut sebagai dokter tidur pertama di Indonesia ini.

1. Bagaimana awal Anda mempelajari seluk-beluk tidur?

Awalnya kecemplung ha ha ha. Saya bisa mempelajari masalah gangguan tidur karena memang dari awal sudah bekerja di RS Mitra Kemayoran sebagai dokter umum. Dan kemudian saya mendengar kalau rumah sakit ini akan membuat sleep laboratory. Dalam hati saya mengatakan, ‘apaan nih’ dan saya pun tidak menaruh perhatian lebih terhadap itu. Sampai suatu saat the owner of the hospital over me to study, ya kenapa tidak. Saat itu saya baru ambil course-nya saja di Singapura. Tapi, mata saya langsung terbuka bahwa yang dipelajari dokter tidur itu ternyata luas sekali. Akhirnya saya yang meminta untuk disekolahkan kembali dan mendapatkan sertifikasinya, waktu itu saya belajar di Sydney University, Australia.

Saya belajar langsung dari Prof Collin Sullivan yang menemukan alat Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) untuk masalah sleep apnea. Rasanya luar biasa, yang pasti pada awalnya saya tidak tau kalau beliau itu penemunya ha ha ha. Sadarnya, setelah banyak orang membicarakan mengenai latar belakang dia dan membaca langsung penelitiannya.

2. Mengapa Anda yang dipilih untuk belajar tersebut?

Jujur sampai saat ini saya tidak tahu, mungkin karena saya dilihat orangnya nekatan. Dan dulu dianggap Bahasa Inggrisnya yang paling bagus, padahal modal saya hanya jeblak doang ha ha ha. Tapi, pada intinya proses itu berangkat dari visi rumah sakit yang ingin menjadi rumah sakit yang terlengkap. Dan kami juga melihat bahwa kedokteran tidur di luar negeri sangat maju sekali, bahkan di Singapura atau Malaysia sekali pun. Di Asia Tenggara, Indonesia-lah yang paling tertinggal untuk kedokteran tidur. Karena kita baru memulainya belakangan ini saja dan di Indonesia rumah sakit inilah yang pertama kali berani mendirikan sleep laboratory.

Sebagai perbandingan, di Australia, hampir setiap enam kilometer ada sleep clinic. Rumah sakit besar, sleep laboratory-nya minimum terdiri atas empat tidur. Sedangkan kita baru satu tempat tidur. Dan di sana, pasien yang ingin memeriksakan dirinya atau melakukan sleep study itu waiting list lebih dari satu bulan. Bahkan, ada beberapa sleep laboratorium yang ternama, kalau ingin diperiksa harus mengantre sampai enam bulan. Karena mereka sudah aware dengan kesehatan tidur, sedangkan kita bisa dibilang tidak masuk hitungan sama sekali.

3. Seberapa penting tidur itu bagi kesehatan?

Kalau mengambil pemikiran Prof William C Dement, the father of sleep medicine, ada tiga komponen penting untuk kesehatan. Pertama, physical fitness. Kedua, keseimbangan nutrisi, dan terakhir adalah tidur. Tapi, tidur sering diremehkan banyak orang bahkan oleh kalangan medis sekalipun. Karena the practice of the medicine stop when the patient sleep. Itu mengapa dulu pasien hipertensi ditangani dengan koridor pikiran bahwa pasien makan apa dan bagaimana kegiatan olahraganya. Yang dilihat hanya diet and physical fitness, sehingga tidak pernah mempertimbangkan tidurnya. Padahal, contoh satu gangguan tidur saja, sleep apnea, dapat menyebabkan hipertensi. Perlahan-lahan ilmu gangguan tidur semakin berkembang sehingga di luar negeri pemeriksaan tidur sama umumnya seperti pemeriksaan darah, roentgen, bahkan menjadi basic diagnostic.

4. Apa yang menarik ketika Anda mempelajari tidur?

Ternyata sepertiga dari hidup kita itu adalah tidur. Artinya, tidur itu sangat penting manfaatnya bagi kehidupan. Karena kalau tidak penting atau terjadi tanpa maksud apa-apa, maka it would be the biggest mistake that God made. Jadi, tidur itu sangat penting sekali karena sepertiga hidup kita diisi dengan tidur.

Tidur menjadi penting karena ketika tidur REM (rapid eye movement atau fase mimpi-Red) dipercaya meningkatkan kemampuan mental, kognitif, dan emosional. Ini artinya tidur membentuk kesehatan tubuh secara keseluruhan. Sebenarnya pada tahap tidur REM, otak itu amat aktif karena gelombang otaknya sama seperti ketika kita sadar. Termasuk signal-signal yang dikirimkan ke anggota gerak tubuh seperti tangan dan kaki. Hanya saja pada tahap itu juga ada mekanisme pengaman yang memotong sinyal sehingga otot-otot besar lumpuh, maka ketika tidur kita tidak gerak-gerak seperti ketika sadar. Itulah mengapa orang yang kurang tidur sebenarnya kurang memaksimalkan memorizing otaknya.

5. Banyak rumah sakit yang kini mendirikan laboratorium tidur, apakah ini memang trend?

Sebenarnya trend ini sudah telat sekali, karena kami sudah menyadarinya sejak tahun 2001. Kami sering melihat apa yang sedang trend di luar negeri, lalu kami implementasikan di Indonesia. Di Amerika Serikat laboratorium tidur berkembang pesat karena alasan asuransi. Contohnya, pasien sleep apnea yang tidak terdiagnosis dan tidak dirawat akan memerlukan kunjungan ke fasilitas kesehatan 10 kali lebih sering dibanding pasien sleep apnea yang dirawat. Maka, menurut asuransi di sana, lebih murah biaya klaimnya apabila dilakukan pemeriksaan tidur. Itulah mengapa di luar negeri pemeriksaan tidur sama umumnya seperti pemeriksaan darah, roentgen, bahkan menjadi basic diagnostic.

Keprihatinan saya sekarang ini, munculnya laboratorium tidur yang tidak disertai peralatan lengkap, sehingga tidak memenuhi sebuah syarat laboratorium. Ada beberapa yang alat laboratorium tidurnya sebenarnya diperuntukan untuk screening saja bukan diagnosis, jadi sayang sekali. Tapi, makin bermunculannya laboratorium tidur harus disemangati juga. Artinya kan makin banyak orang yang sehat. Karena penyebaran seputar tidur akan semakin gencar dan menciptakan awarness di masyarakat.

6. Boleh dibilang Anda adalah dokter ahli tidur pertama di Indonesia?

Jangan dibilang begitu, saya lebih suka disebut sebagai sleep technologist. Di samping itu, perkembangan ilmu mengenai tidur juga masih terbilang baru di Indonesia, sehingga belum banyak yang mengetahui bahwa dunia kedokteran mengenal sleep specialist. Di Amerika sejak tahun kemarin sudah ada sleep phisician. Tapi, ya biarkanlah prosesnya berlangsung untuk mengembangkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya tidur.

7. Seandainya tidur dimasukkan ke kurikulum sekolah kedokteran?

Itu bagus sekali, karena dulu waktu kuliah saya hanya belajar mengenai tidur selama dua jam. Padahal, sekolah kedokteran empat tahun dan prakteknya dua tahun, tapi masalah tidur hanya dapat porsi dua jam. Ketika itu yang dibahas juga hanya mekanisme dan manfaat tidur. Makanya saya selalu senang ketika diundang menjadi pembicara di fakultas kedokteran untuk berbicara secara klinis mengenai tidur. Tapi, saya lebih suka membuka sekolah mengenai kesehatan tidur dan mempersiapkan tenaga-tenaga kesehatan yang bisa mengoperasikan laboratorium tidur. Saya pribadi sudah punya ancang-ancang kurikulum untuk sekolah ini. Tapi, kan modalnya besar sekali karena alat-alat pendukungnya pun mahal sekali.

8. Anda sendiri dan keluarga menerapkan tidur yang cukup?

Iya, karena sudah mengetahui pentingnya. Khususnya anak saya karena saya berkeyakinan tidur akan bermafaat bagi perkembangan otak dia. Banyak orang tua yang mendidik anak pra sekolah untuk melatih bangun pagi agar terbiasa pada saat sekolah nanti. Kalau saya, justru saya biarkan tidur karena saya tahu tidur lebih penting. Urusan nanti masuk sekolah pagi ya disiasati pada waktunya saja.

9. Anda memeriksa pasien saat dia tidur, berarti tidak perlu stetoskop dong?

Tak pernah pakai lagi, malah sekarang lebih sering pakai mouse. Karena, di laboratorium tidur, pasien dipasangi sensor yang kemudian dihubungkan ke komputer untuk direkam. Kemudian pada pagi hari saya baca statistiknya. Walaupun memang pada beberapa kasus saya ikut nungguin selama pasien tidur.

Ada kepuasan tersendiri karena saya pernah menangani pasien yang tidak boleh mengoperasikan alat-alat berat oleh perusahaannya karena dianggap mudah tertidur. Dan setelah diperiksa, ternyata dia mengalami sleep apnea yang setelah dirawat hampir enam bulan dia bisa beraktivitas lagi. Ini kan sangat membantu dia karena produktivitasnya naik lagi dan dia tidak jadi dipecat.

Siagian Priska Cesillia

Risiko Kerja Malam Hari

Selasa, 11 Agustus 2009 | 11:00 WIB
shutterstock.com

 

KOMPAS.com – Normalnya orang bekerja sejak pagi hingga petang. Malam hari adalah waktu ideal untuk merebahkan raga dan pikiran. Namun, sekarang di banyak kota besar, malam juga cukup benderang untuk beraktivitas.

Selain sekadar hang out atau clubbing, ada juga yang memang harus menekuni profesi, seperti dokter, perawat, penyiar radio, atau wartawan.

“Saya sering kebagian kerja malam di Jumat malam,” kata Oky Andrianto, seorang penyiar radio. Awalnya ia susah mengatur tidur. Saat pulang seusai siaran malam, badan biasanya pasti pegal. “Perlu waktu berjam-jam untuk membayar tidur. Dan saat bangun, kepala pusing dan badan terasa lemas,” tambahnya.

Oky sempat kena tifus, akibat jam tidurnya tak beraturan. Namun, lama kelamaan tubuhnya dapat menyesuaikan diri. Kerja malam hari memang memiliki risiko gangguan kesehatan. Apalagi sejumlah kecelakaan seringkali terjadi menjelang pagi hari, saat dorongan untuk tidur teramat kuat.

“Mengendara saat mengantuk jauh lebih berbahaya dibandingkan mengendara sambil mabuk. Karena biasanya kita menganggap enteng rasa kantuk,” tutur dokter Andreas Prasadja, RPSGT, ahli tidur dari Sleep Disorder Clinic, RS Mitra Kemayoran Jakarta.

Yang perlu diperhatikan adalah kemampuan bekerja. Di waktu-waktu menjelang subuh, biasanya kita sedang amat mengantuk, sehingga kemampuan menganalisis data ataupun monitoring akan terasa sangat berat.

Karenanya, jika memungkinkan, pada mereka yang bekerja malam harus diselingi tidur sejenak, guna mempertahankan kemampuan kerja. Waktu tak bisa diganti karena pola tidur malam dan siang hari amat berbeda. Meski demikian, sangat disarankan untuk segera tidur setelah selesai menjalankan kerja malam.

Ditambahkan oleh Dr Andreas, kerja gilir (shift) harus diatur dengan baik. Idealnya, kerja gilir per dua hari searah jarum jam, misalkan dengan siklus dua hari masuk pagi, lalu dua hari masuk siang, dua haris masuk malam, dan dua hari libur.

Mereka yang mengalami kerja gilir, menurut Dr Andreas, rawan menderita gangguan tidur. Itu sebabnya mereka sebaiknya langsung tidur ketika pulang kerja, dengan menjaga suasana kamar tetap gelap dan sunyi.

Waktunya hormon kerja

Sebenarnya waktu tidur dari malam hari tidak bisa digantikan menjadi pagi atau siang hari. Itu karena irama sirkadian kita tidak bisa dibohongi. Walaupun kamar sudah digelapkan, tubuh kita tetap mengenali waktu sebagai siang hari.

Tidur diperlukan, terutama malam hari karena di saat tidur banyak hormon yang bekerja. Selain hormon melatonin, hormon yang hanya diproduksi saat gelap, di tahap tidur juga dikeluarkan hormon pertumbuhan.

Hormon ini berperan dalam proses peremajaan sel. Itu sebabnya jika kualitas tidur tidak baik, orang akan kelihatan cepat tua.

International Classification of Sleep Disorder menyebutkan, pekerja shift berisiko lebih tinggi untuk menderita penyakit kardiovaskular dan pencernaan. Bekerja di luar jam normal juga menghilangkan waktu bersosialisasi, sehingga memengaruhi kesehatan jiwa seseorang.

Para pekerja gilir malam juga berisiko mengalami kanker. Pada saat tidur, kadar sel-sel pembunuh alami dalam darah sangat tinggi. Ini adalah sel penguat daya tahan tubuh, termasuk dari serangan sel tumor atau kanker. Karena itu, tidurlah kalau sudah malam. Betah melek cuma mengundang penyakit.

(GHS/Diana Yunita Sari)

Tabloid Gaya Hidup Sehat

link: http://kesehatan.kompas.com/read/2009/08/11/11004377/risiko.kerja.malam.hari