Jam Masuk Sekolah Terlalu Pagi Tingkatkan Resiko Kecelakaan dan Turunkan Kualitas Remaja

Jam masuk sekolah lebih pagi terbukti meningkatkan risiko kecelakaan pada remaja. Ini adalah hasil dari penelitian para ahli kesehatan tidur yang membandingkan dua daerah di negara bagian Virginia yang memiliki jam masuk sekolah yang berbeda.

Daerah Chesterfield sekolah tingkat SMU dimulai pukul 7:20, sementara di daerah Henrico mukai pukul 8:45 pagi.

Selama tahun ajaran 2009-2010, dari setiap 1.000 pengemudi usia 16-18 tahun, terdapat 49 kecelakaan di Chesterfield, sementara di daerah Henrico hanya terdapat 38 kecelakaan. Di tahun ajaran berikutnya didapati hasil yang sama.

Penelitian yang dimuat di Journal of Clinical Sleep Medicine edisi November 2014 ini juga mencatatkan bahwa dalam dua tahun tersebut terdapat total 707 kecelakaan di Henrico, sedangkan di Chesterfield 1.024.

Sejalan dengan data tersebut WHO juga mengumumkan bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan pembunuh terbesar ketiga, setelah penyakit jantung koroner dan TBC. Korban kecelakaan di usia produktif mencapai 67%. Sekitar 400.000 korban meninggal berusia dibawah 25 tahun, dengan prevalensi rata-rata 1.000 kematian remaja setiap harinya.

Polri menegaskan bahwa faktor utama penyebab kecelakaan adalah kelalaian manusia. Tapi apa yang menyebabkan para remaja ini lalai dan tak waspada saat berkendara? Kantuk!

Mengantuk

Mengendara dalam kondisi mengantuk sama dengan mengendara saat mabuk. Kondisi mengantuk merupakan hal sederhana yang sebenarnya dapat dengan sangat mudah dicegah. Caranya? Tidur cukup!

Tapi bagi para remaja, tak mudah untuk mencukupi kebutuhan tidurnya. Jadwal aktivitas, perubahan hormonal hingga pergeseran jam biologis menyulitkan bagi remaja-remaja ini memenuhi kebutuhan tidurnya.

Jam biologis dan jadwal sosial perlu disesuaikan. Salah satunya dengan menyesuaikan jam masuk sekolah.

Mundurkan Jam Masuk Sekolah

Selama dua dekade terakhir para ahli telah sepakat bahwa usia remaja-dewasa muda memiliki sistem tidur yang berbeda. Tak seperti orang tuanya yang mulai mengantuk di pukul 21:00, mereka malah cenderunga aktif penuh vitalitas. Usia dewasa muda, baru mengantuk setelah lewat jam 23:00. Padahal mereka masih butuh 9 jam tidur seharinya. Menurut data dari National Sleep Foundation, sekitar 75% remaja hanya tidur sekitar 6 jam seharinya.

Tapi bukan itu saja, berbagai penelitian tunjukkan bahwa remaja baru benar-benar ‘bangun’ untuk belajar setelah lewat pukul 9:00 pagi. Coba perhatikan para remaja kita, atau di saat kita masih remaja dulu. Pelajaran pertama tak ada yang menarik bukan? Bukan karena malas, tetapi jam masuk sekolah yang tak sesuai dengan detak jam biologis tubuh yang jadi penyebab.

Tim peneliti kesehatan tidur remaja yang dikepalai Mary Carskadon telah membuktikan bahwa dengan memundurkan jam masuk sekolah, prestasi akademis, kesehatan dan kebugaran siswa meningkat tajam. Tapi bukan itu saja, dengan memundurkan jam masuk sekolah ke jam 8:30 pagi angka kenakalan remaja serta angka kecelakaan lalu lintas merosot tajam.

Anak-anak, pemuda Indonesia adalah tenaga pendorong kemajuan bangsa. Sudah sepantasnya mereka mendapatkan yang terbaik. Agar kualitas anak-anak bangsa maksimal, kita harus mulai dari memerhatikan kesehatan tidurnya. Karena hanya saat tidurlah kualitas manusia, dari kemampuan otak, kesehatan hingga stabilitas emosionalnya dijaga.

Majukan Indonesia, majukan kesehatan tidur remaja, mundurkan jam masuk sekolah.

Sekolah Kepagian Turunkan Kecerdasan Anak

Jurnal Nasional, Rabu 3 Desember 2008
by : Siagian Priska Cesillia

Sekolah terlalu pagi berpotensi menurunkan kecerdasan anak.

WAKIL Gubernur DKI Jakarta Prijanto mengumumkan per Januari 2009, jam masuk sekolah anak-anak sekolah akan dimajukan menjadi pukul 06.30 WIB, dari sebelumnya pukul 07.00 WIB. Dasarnya adalah untuk mereduksi kemacetan sebesar 6-14 persen. Bagaimanakah sisi kesehatan menangkap niatan Pemerintah Provinsi Ibu Kota ini?

“Hal ini dapat mengganggu metabolisme tubuh anak dan memengaruhi kesehatan emosional dan daya tangkapnya menerima pelajaran,” kata Dr Andreas A Prasadja kepada Jurnal Nasional.

Dokter spesialis kesehatan tidur atau Sleep Technologist ini kemudian menjelaskan bahwa jam biologis atau circadian rhythm adalah ritme yang mengatur semua aktivitas fisik secara periodik. Di mana pada pengaturan tidur dan bangun, jam biologis akan memberikan rangsangan. “Ketika harus terjaga, tubuh akan memberikan rangsangan terjaga. Sementara ketika utang tidur, tubuh akan memberikan rasa kantuk,” katanya seraya menyebutkan bahwa sepanjang hari keduanya berebut pengaruh.

Dokter yang mendirikan laboratorium tidur bekerja sama dengan RS Mitra Kemayoran ini kemudian memberikan gambaran. Bahwa ketika bangun pagi, utang tidur tidak ada. Ini kemudian direspons jam biologis dengan memberikan rangsang terjaga. “Puncak aktifnya, sekitar jam 10 pagi. Sehingga, utang tidur kalah,” Inilah yang kemudian membuat jam biologis menurun. Akibatnya, setelah makan siang, tubuh bereaksi dengan rangsangan mengantuk. “Namanya after lunch circadian dipping dan tidak ada hubungannya dengan habis makan, kenyang, lalu mengantuk,” katanya.

Memasuki sore hari, Andreas menyebutkan bahwa aktivitas jam biologis akan kembali naik. Sehingga, membuat seseorang terjaga dan berlanjut sampai saat malam yang membuat utang tidur menumpuk. “Itulah mengapa pada jam bugar sebaiknya kita beraktivitas. Dan ketika jam mengantuk kita istirahat,” kata Andreas.

Menurutnya, jika pada orang dewasa waktu tidur 5-6 jam sudah cukup, tidak demikian halnya bagi anak-anak. Usia sekolah dasar, kecukupan tidurnya adalah 9-10 jam. Di mana umumnya mereka baru mulai tidur ketika pukul 8-9 malam. Artinya, mereka sebaiknya bangun pukul enam pagi. “Itulah mengapa idealnya pelajaran mulai jam delapan pagi,” kata Andreas menekankan. Sehingga, ketika jam biologis memberikan reaksi aktif, mereka akan menerima pelajaran dengan baik.

“Karena, yang terjadi jika mereka berangkat sekolah pada saat harusnya tidur, maka emosional dan daya tangkapnya terhadap pelajaran pun tidak optimal,” kata Andreas. Di Amerika Serikat, bahkan ada gerakan memundurkan jam masuk sekolah menjadi 8.30 untuk memberikan privilege kepada anak-anak mendapatkan waktu tidur yang cukup. “Alhasil, prestasi akademis dan olahraga mereka pun meningkat. Bahkan, kenakalan remaja serta absensi berkurang, hanya dengan menambah jam tidur satu jam,” katanya lagi.

Penelitian yang dilakukan pada 2004 itu, menurut Andreas, juga didasari bahwa pada anak-anak, waktu tidur adalah waktunya memproduksi hormon pertumbuhan. Di mana salah satu hal terpenting yang dimiliki hormon pertumbuhan adalah menciptakan perisai daya tahan tubuh. “Akibat dari hormon pertumbuhan yang tidak maksimal akan membuat status emosionalnya menjadi labil. Belum lagi dengan tingkat kemacetan yang parah, membuat anak-anak harus bangun lebih pagi,” katanya.

Bisakah anak-anak mengganti utang tidur mereka dengan tidur siang? Menurut Andreas, dengan masuk sekolah pukul 6.30, maka minimal anak-anak harus bangun pukul 5.30 (ada anak-anak yang harus bangun pukul 04.00 bila jarak sekolah-rumah sangat jauh). Ketika pukul dua siang sepulang sekolah, mereka belum mengantuk karena jam biologis baru memasuki waktu aktif. “Belum lagi, anak-anak zaman sekarang diminta mengikuti banyak kursus oleh orang tuanya. Jadi, sulit sekali (untuk tidur siang),” kata Andreas.

Untuk meminimalisasi utang tidur, Andreas menekankan pada kualitas tidur malam hari. Pada saat persiapan tidur, anak harus mengondisikan otaknya untuk melalui tahapan-tahapan tidur. Tidur dalam, dapat terjadi ketika gelombang otak memasuki slow wave sleep atau fase tidur dalam. Untuk sampai pada tahap ini, gelombang otak Anda harus melalui tahap rapid eye movement (REM), Non-REM. Di mana pada tahap Non-REM dibagi empat tahap. Tahap 1-2 adalah tidur dangkal dan tahap 3-4 adalah tidur dalam. Tahap tidur dalam, adalah tahap di mana orang paling sulit dibangunkan.

Ketika anak terpaksa bangun lebih pagi untuk berangkat ke sekolah, maka waktu tidur dalamnya tidak panjang. Padahal, di tahap inilah hormon pertumbuhan menunjukkan eksistensinya. “Tandanya, anak sulit dibangunkan dan ketika bangun pun masih bengong. Kalau anak berhasil dibangunkan, itu artinya orang tua baru saja memotong proses tumbuh kembangnya,” kata Andreas.

Memajukan Jam Sekolah Macet Tak Berkurang, Anak Malah Nakal

Deden Gunawan, detiknews

http://www.detiknews.com/read/2008/11/21/162859/1040927/159/macet-tak-berkurang-anak-malah-nakal

Jakarta – Anak-anak sekolah di Jakarta kini harus bangun lebih pagi. Soalnya, Pemprov DKI Jakarta mulai Januari 2009 memerintahkan  jam masuk sekolah menjadi pukul 06.30 WIB, dari sebelumnya pukul 07.00 WIB. Pemprov beralasan, dengan anak-anak sekolah masuk lebih awal bisa mengurangi kemacetan yang terjadi di Jakarta.

Setidaknya, tidak ada penumpukan kendaraan di waktu yang sama.” Kebijakan ini bertujuan agar pengguna kendaraan tidak menumpuk di waktu yang sama,” ujar Wagub DKI Jakarta Prijanto dalam jumpa pers di Balaikota, Jakarta, Jumat (21/11/2008).

Kata Prijanto, ada empat manfaat yang bisa didapat dari memajukan jam sekolah. Pertama, bisa mereduksi kemacetan sebesar 6-14 persen. Kedua, waktu tempuh ke sekolah menjadi lebih singkat. Ketiga, penggunaan bahan bakar menjadi ekonomis. Dan keempat, siswa akan lebih segar.

Namun alasan kalau siswa bisa lebih segar dengan masuk lebih pagi ditentang Dr. Andreas Prasadja, dokter teknologi tidur. Sebab dikhawatirkan justru berdampak pada menurunya kualitas pendidikan, prestasi akademis dan perilaku anak-anak kita.

“Di negara-negara maju saat ini justru sedang terjadi gerakan untuk memundurkan jam masuk sekolah demi meningkatkan kualitas anak didik. Ini semua berkaitan dengan kesehatan tidur anak,” jelas Andreas dalam tulisannya di surat pembaca detikcom.

Ahli penyakit tidur dari RS Mitra Kemayoran tersebut menjelaskan, anak-anak, khususnya remaja saat ini banyak mengalami kekurangan tidur kronis. Penyebabnya, berdasarkan jam biologi, anak-anak mulai mengantuk
umumnya lewat tengah malam. Masalahnya, mereka harus bangun pagi-pagi untuk mengejar jam 07.00 WIB untuk masuk sekolah. Padahal, kebutuhan tidur mereka lebih panjang, yaitu 8,5-9,25 jam.

Tak heran, kata Andres, setiap hari banyak anak-anak yang berada dalam kondisi kurang tidur. “Karena kurang tidur mereka kesulitan  mengarahkan konsentrasi secara penuh. Malah banyak siswa yang sering tertidur di dalam kelas,” papar Andreas.

Ditambahkan Andreas, kondisi kurang tidur ini akibatnya bisa semakin buruk. Misalnya, menimbulkan Kekerasan, kenakalan dan masalah emosional.

Andreas juga menjelaskan, sebuah penelitian yang dilakukan oleh National Sleep Foundation di Amerika Serikat (AS), menunjukkan bahwa anak-anak yang cukup tidur, sekitar  8 jam sehari,  mempunyai prestasi akademis yang lebih baik dibanding yang kurang tidur.

Sementara penelitian lainnya di Universitas Minnesota membuktikan manfaat menggeser jam masuk dari jam 7:15 menjadi 8:40. Para ahli bahkan terkejut dengan banyaknya kemajuan yang dialami para mahasiswa hanya dengan menambahkan kurang dari satu jam tidur setiap harinya.

Mary Carskadon, seorang ahli di bidang tidur remaja juga telah merumuskan beberapa manfaat kecukupan tidur bagi remaja, misalnya, tidak mudah mengalami depresi, mengurangi kenakalan remaja. Nilai akademik yang lebih baik, mengurangi angka ketidak adiran di kelas, mengurangi resiko mengalami kecelakaan lalu lintas akibat kantuk, prestasi olah raga yang lebih baik, daya tahan terhadap penyakit infeksi lebih kuat, serta mengurangi risiko berbagai gangguan metabolik, termasuk obesitas.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, Andreas berharap Pemprov DKI Jakarta mau berpikir ulang terhadap kebijakannya yang memajukan jam masuk anak sekolah. Ia khawatir risiko yang akan ditimbulkan bakal lebih parah, selain masalah kemacetan di jalanan.

Sementara pengamat kebijakan publik Andrinof Chaniago berpendapat, memajukan jam masuk sekolah merupakan pelanggaran hak asasi anak-anak. “Kebijakan itu memaksa anak-anak untuk mengurangi jam tidur. Padahal kecukupan tidur merupakan kebutuhan penting bagi anak-anak,” tegas Andrinov saat berbincang-bincang dengan
detikcom.

Andrinof juga tidak setuju dengan alasan Pemprov DKI Jakarta yang mengatakan, kebijakan tersebut merupakan upaya mengurangi kemacetan. Sebab kata Andrinof, kemacetan di Jakarta tidak mengenal jam. Karena hampir setiap jam pasti macet.

Untuk itu Andrinof tidak setuju dengan alasan Pemprov DKI Jakarta.”Sebaiknya Pemprov kalau membuat kebijakan harus benar-benar diteliti. Apakah kebijakan yang dikeluarkan bisa bermanfaat bagi masyarakat dan bisa berjalan efektif,” ujarnya.

Bagi Andrinof, cara yang harus diambil Pemprov DKI Jakarta adalah dengan mengoperasikan mobil-mobil sekolah dengan sistem antar- jemput. Sebab dengan cara ini penggunaan mobil orang tua siswa akan berkurang. Dan anak-anak tidak terganggu tidurnya.

“Jangan sampai kebijakan Pemprov yang bertujuan  mengatasi masalah justru malah menimbulkan masalah baru,” pungkas Andrinof.(ddg/iy)

Dr. Andreas Prasadja, RPSGT

Jam Masuk Sekolah Dimajukan, Kualitas Anak Terancam

Rencananya, Pemprov DKI tahun depan akan memajukan jam masuk sekolah menjadi pukul 6:30. Alasannya adalah untuk mendistribusikan volume kendaraan sehingga kemacetan dapat dikurangi. Tetapi tampaknya para pengambil keputusan ini belum mendapat masukan yang lengkap, terutama terhadap dampaknya bagi kualitas anak. Dari sisi kedokteran tidur, ada dua hal yang menjadi kekhawatiran kami, pertama kecukupan tidur anak, kedua kekacauan jam biologis anak.

Tidur

Sudah menjadi pendapat umum bahwa bangun pagi menunjukkan suatu sikap terpuji. Dengan semangat dan disiplin yang kuat seseorang dapat membiasakan bangun pagi mengalahkan rasa kantuk yang identik dengan kemalasan. Tapi sebenarnya tidaklah demikian.

Kecukupan tidur seseorang adalah mutlak. Rasa segar penuh vitalitas saat bangun tidur, selalu ingin ditiru dan dirasakan seseorang sepanjang waktu. Itu sebabnya di sepanjang sejarah manusia kita dapat melihat berbagai penemuan stimulan, mulai dari kafein, kokain hingga nikotin. Tetapi kata ‘stimulan’ yang sudah terlanjur populer ini sebenarnya kurang tepat karena zat-zat tersebut tidak memberi stimulasi, hanya menghambat kantuk. Hingga kata yang paling tepat sebenarnya adalah, hipnolitik. Kesimpulannya, tidak ada suatu zat pun yang dapat menggantikan tidur.

Tidur, jika dipandang sebagai suatu aktivitas yang pasif menimbulkan kesan malas. Sebenarnya tubuh dan otak amatlah aktif saat tidur. Kemampuan produktifitas kita di saat terjaga justru ditentukan oleh proses tidur seseorang. Bayangkan, kita menghabiskan sepertiga hidup kita untuk tidur. Jika tidur tidak bermanfaat berarti ada yang salah dengan proses penciptaan manusia.

Dalam tidur berlangsung proses perbaikan sel-sel yang rusak. Hal ini sudah diajarkan dalam mata pelajaran IPA saat saya SMP dulu. Pada usia anak khususnya, dalam tahapan tidur dalam dikeluarkan hormon pertumbuhan (growth hormone) yang berperan dalam proses tumbuh kembangnya. Daya tahan tubuh pun sebenarnya bekerja optimal pada saat tidur. Sementara tahap tidur mimpi diyakini oleh para ahli sebagai tahapan dimana kemampuan otak dijaga.

Jam Biologis

Di dalam tubuh manusia terdapat jam biologis yang berdetak menentukan saat-saat yang baik untuk beraktivitas ataupun beristirahat. Dengan menyesuaikan jadwal aktivitas dengan jam biologis, produktivitas kita akan menjadi maksimal.

Contoh yang paling mudah, adalah dengan melihat pola aktivitas remaja. Mereka bangun di pagi hari untuk mengejar masuk kelas jam 7:00. Di saat pelajaran dimulai, banyak diantara mereka yang seola masih mengawang-awang sulit berkonsentrasi. Untuk benar-benar menyerap pelajaran, mereka membutuhkan usaha keras. Tetapi ketika jam sudah mendekati pukul 10:00, seolah ada energi baru yang menyusup. Suasana hati lebih gembira, mengikuti pelajaran pun jadi terasa lebih mudah dan menyenangkan. Ini berlangsung hingga jam pulang sekolah. Sementara di malam hari, tak jarang kita temui remaja yang sedang asyik belajar atau berkarya pada jam 21:00-22:00 dimana orang tuanya sudah mulai mengantuk. Bahkan sering kita dengar keluhan remaja yang sulit tidur jika belum lewat tengah malam. Sebenarnya ini normal bagi jam biologis mereka.

Sayangnya, mereka harus mengikuti jadwal yang ditentukan oleh orang dewasa sehingga banyak di antara mereka yang mengalami kurang tidur kronis tanpa benar-benar menyadarinya. Salah satu tandanya adalah letupan emosi yang dapat berujung pada kenakalan remaja.

Gangguan ini jadi amat berbahaya jika mereka mulai berkendara. Kondisi kurang tidur kronis yang mereka derita mengurangi kemampuan mereka berkendara. Meski kebanyakan mengaku tidak pernah tertidur, tetapi kemampuan refleks mereka amat buruk, hingga kecelakaan pun sulit dihindari.

Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Kyla Wahlstrom menunjukkan bahwa dengan membuktikan bahwa dengan memundurkan jam masuk sekolah hingga 8:40 amat bermanfaat bagi para murid. Angka absensi mereka menurun, nilai-nilai mereka membaik, prestasi olah raga yang juga meningkat dan daftar siswa absen semakin menurun.

Tak heran jika kini beberapa sekolah di negara-negara maju justru mempertimbangkan untuk memundurkan jam masuk sekolah menjadi pukul 8:30 pagi.

********************

Bagi saya pribadi, ketika sedang melihat anak saya tidur. Lalu tampak bola matanya bergerak-gerak di balik kelopak matanya yang terpejam, saya tahu bahwa dalam lelap tidurnya otak sedang mengalami pertumbuhan. Sayang khan kalau prosesnya harus dihentikan atas nama ‘rajin.’