Rawat Dengkur pada Serangan Jantung!

Sebuah artikel pada jurnal kedokteran Heart Health menyatakan bahwa perawatan mendengkur pada pasien-pasien dengan serangan jantung akan mengurangi kebutuhannya untuk dirawat di rumah sakit di masa depannya.

Penelitian ini melihat pasien-pasien yang masuk ke RS karena serangan jantung. Dari 75 pasien yang alami serangan jantung, 70 di antaranya mendengkur. Ke 70 pasien pendengkur tersebut menjalani pemeriksaan di laboratorium tidur dan didiagnosis menderita sleep apnea. Lalu pasien-pasien tersebut dirawat dengan menggunakan Positive Airway Pressure (PAP) therapy. Selama 6 bulan kemudian diamati penggunaan PAP, dan seberapa sering pasien tersebut mengunjungi IGD atau dirawat kembali di RS.

Hasilnya, selama 6 bulan, pasien yang terus menggunakan perawatan PAP lebih jarang datang ke RS dibanding yang terus mendengkur.

Mendengkur memang telah lama dikenal sebagai gejala utama dari sleep apnea atau henti nafas saat tidur. Pengenalan secara dini jadi penting bagi pencegahan dan dalam perawatan penyakit jantung. Berbagai bukti penelitian terus menggunung.

Walau penelitian ini hanyalah penelitian kecil, tapi hasilnya sangat signifikan bagi kita. Diagnosis dan perawatan sleep apnea (dengkur) sedini mungkin akan menguntungkan bagi pasien.

Akibat Mendengkur Ternyata Lebih Buruk Bagi Wanita

Mendengkur sepanjang malam memang sangat mengganggu bagi pasangan, tetapi dibaliknya ada bahaya nyata yang mengintai, diantaranya hipertensi, penyakit jantung koroner, gagal jantung hingga penyakit-penyakit pembuluh darah dan jantung lainnya.

Para ahli dari Divisi Kardiologi, Brigham and Women’s Hospital di Boston menemukan bahwa ngorok lebih berbahaya bagi jantung wanita dibanding jika diderita pria.

Mendengkur dan Sleep Apnea

Ngorok sepanjang malam dan kantuk berlebihan di siang hari (hipersomnia) merupakan tanda utama dari sleep apnea atau henti nafas saat tidur. Henti nafas tidur terjadi sebagai akibat saluran nafas atas yang melemas dan menyempit saat seseorang terlelap.

Udara yang lewat akan menggetarkan area lunak di saluran nafas yang sempit. Tetapi yang berbahaya adalah ketika saluran tersebut kolaps dan tersumbat. Akibatnya, walau gerakan nafas berusaha menarik udara, tak terjadi pertukaran udara. Inilah henti nafas tidur atau obstructive sleep apnea. Karena sesak, otak akan membangunkan tubuh sejenak untuk mengambil nafas. Tanpa sadar, pendengkur akan terbangun berulang kali. Ia tak terjaga. Akibatnya penderita sleep apnea akan merasa tak segar saat bangun dan terus mengantuk sepanjang hari. Ini disebut sebagai hipersomnia.

Berbagai penelitian sebelumnya sudah menyebutkan bagaimana ngorok sangat mengganggu kesehatan jantung dan pembuluh darah. Sleep apnea, menyebabkan hipertensi, diabetes, penyakit jantung, stroke, depresi hingga disfungsi seksual. Sayangnya kebanyakan penelitian dilakukan pada pasien pria. Karena memang penderita sleep apnea terbanyak adalah kaum adam. Tetapi penderita wanita juga ternyata banyak jumlahnya.

Penelitian

Penelitian terbaru yang diterbitkan pada jurnal Circulation, mencoba melihat efek sleep apnea pada jantung pria dan wanita. Para peneliti tersebut mengikuti 737 pria dan 879 wanita dengan usia rata-rata 63 tahun yang telah diperiksakan tidurnya menggunakan polisomnografi (laboratorium tidur). Di awal penelitian, kesemuanya tidak menderita penyakit jantung apa pun.

Lalu kadar troponin T diperiksakan. Troponin T adalah protein yang dilepaskan ke aliran darah ketika jantung terganggu. Jika ditemukan pada orang sehat, maka bisa diindikasikan bahwa orang tersebut memiliki peningkatan risiko menderita penyakit jantung di kemudian hari.

Tim peneliti tersebut mengikuti data para pasien selama 14 tahun. Semua kejadian gagal jantung, penyakit jantung koroner maupun kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah dicatat.

Hasilnya, ternyata sleep apnea secara independen berhubungan langsung dengan peningkatan kadar troponin T, gagal jantung dan kematian pada wanita. Pada wanita ditemukan juga bahwa sleep apnea akibatkan pembengkakkan jantung.

Para peneliti menyimpulkan bahwa ngorok dan sleep apnea memberikan efek buruk pada kesehatan jantung. Hanya saja pada wanita akibatnya bisa lebih buruk dibandingkan pria.

Sementara dari berbagai penelitian lain, didapati bahwa perawatan dengkur sedini mungkin akan menurunkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

Sayangi jantung, atasi mendengkur.

Sleep Apnea Kurangi Performa Latih

Penelitian yang dipublikasikan pada the Journal of Clinical Sleep Medicine, menyebutkan bahwa orang yang mendengkur tidak dapat secara efisien membakar kadar oksigen tinggi selama latihan aerobik. Akibatnya ketika dibandingkan dengan non-pendengkur, pendengkur memiliki performa latih yang lebih buruk.

Sleep Apnea

Sleep apnea adalah penyakit tidur yang biasa diderita oleh para pendengkur. Sleep apnea, yang artinya henti nafas saat tidur, terjadi akibat menyempitnya saluran nafas saat tidur. Jadi, walau gerakan nafas tetap ada, sebenarnya tak ada udara yang dapat lewat. Penderitanya seolah tercekik berulang kali dalam tidurnya.

Akibat sesak berulang, pendengkur akan terbangun-bangun dari tidur. Tapi mereka tidak menyadarinya, karena episode bangun tersebut amat singkat. Namun, akibat proses tidur yang terpotong-potong ini, kita sering menemui pendengkur yang bangun tak segar dan selalu mengantuk di siang hari.

Sleep apnea telah dikenali menjadi penyebab utama dari hipertensi, berbagai penyakit jantung, diabetes, stroke hingga impotensi.

Penenelitian

Para ahli percaya bahwa salah satu parameter risiko stroke dan serangan jantung adalah dengan mengukur kapasitas performa latih berupa uji latih jantung-paru (Cardio-Pulmonary Exercise Test, CPET). Yang diukur adalah VO2 max, yang artinya, kadar oksigen maksimum yang dibakar seseorang saat latihan fisik berat, seperti bersepeda.

Penelitian yang dilakukan di University of California San Diego ini membandingkan penderita sleep apnea dan yang sehat. Semua peserta sebelumnya dilakukan pemeriksaan tidur untuk menentukan derajat sleep apnea yang diderita. Seluruhnya terdapat 15 orang pria dan wanita yang menderita sleep apnea derajat sedang hingga berat, serta 19 orang pendengkur tanpa sleep apnea dan sleep apnea derajat ringan.

Kesemuanya diukur saat beristirahat, bersepeda, dan terus ditingkatkan resistensinya sampai batas kelelahan maksimal. Hasilnya, kadar VO2 max pendengkur yang menderita sleep apnea ternyata lebih rendah dibanding yang sehat.

Para peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan latih penderita sleep apnea ternyata lebih buruk dibandingkan pendengkur biasa. Yang artinya risiko untuk menderita penyakit jantung dan stroke juga lebih tinggi.

Mendengkur – OSA dan Kerusakan Otot Jantung

Obstructive Sleep Apnea (OSA) merupakan jenis sleep apnea yang paling umum diderita, paling berbahaya, namun juga sayangnya paling diabaikan. Sebabnya mudah saja, gejalanya terlanjur dianggap biasa, bahkan dianggap tidur yang nyenyak: mendengkur!

Penderita OSA telah lama diketahui berisiko tinggi derita hipertensi, penyakit jantung-pembuluh darah, stroke, diabetes hingga impotensi. Khusus penyakit jantung, para ahli kesulitan menentukan secara pasti apa yang membuat kebiasaan ngorok ini jadi amat berbahaya bagi kesehatan jantung. Beberapa hipotesa terus diluncurkan oleh para peneliti di seantero dunia.

Yang paling baru adalah penelitian yang diterbitkan pada The American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine. Publikasi ini menyatakan bahwa OSA terbukti meningkatkan risiko seseorang mengalami payah jantung atau penyakit jantung koroner. Ini dilihat dari meningkatnya kadar high sensitivity troponin T (hs-TnT) pada pendengkur.

Hs-TnT yang meningkat merupakan penanda adanya cidera pada otot jantung atau myocardial injury. Jadi jika seseorang meningkat kadar hs-TnT nya, bisa dianggap bahwa orang tersebut diprediksi menderita payah jantung atau penyakit jantung koroner. Atau bisa dikatakan juga pendengkur sebenarnya sudah mengalami cidera otot jantung walaupun belum sampai menimbulkan keluhan fisik (subklinis).

Obstructive Sleep Apnea

Saat seseorang mendengkur, sebenarnya saluran nafasnya menyempit. Semakin parah, saluran nafas ini bisa menyempit total hingga aliran udara bisa terhenti sama sekali.

Coba perhatikan orang yang ngorok. Di antara suara dengkuran, tiba-tiba ia terdiam. Dengan mulut masih terbuka, gerakan nafas meningkat seolah ia mencari tambahan udara. Secara tiba-tiba akan diikuti dengan episode tersedak atau bahkan terbatuk-batuk. Lalu ia akan kembali mendengkur dengan enaknya. Tetapi sebenarnya ia mengalami henti nafas yang tentu menurunkan kadar oksigen dalam tubuh. Dan episode diam dan tersedak ini pun terus berulang sepanjang malam.

Bisa dikatakan, fungsi-fungsi tubuhnya mengalami stress saat tidur. Ini akan memicu reaksi berantai yang mengganggu metabolisme dan pada akhirnya mengganggu fungsi-fungsi normal tubuh. Mendengkur tak pernah enak. Ingat, episode henti nafas tidur ini bisa jadi sangat membahayakan nyawa pendengkur baik secara langsung maupun jangka panjang.

Penelitian

Para ahli dari the Brigham and Women’s Hospital di Boston ini, mempelajari 1.645 pasien yang tidak menderita payah jantung maupun penyakit jantung koroner. Kesemuanya diperiksakan tidurnya dengan polisomnografi, lalu dikategorikan derajat keparahan OSA-nya berdasarkan indeks jumlah henti nafas setiap jamnya. Derajat keparahan OSA disusun dengan urutan ngorok tanpa henti nafas, OSA ringan, sedang hingga berat atau parah. Jadi bukan berdasarkan kerasnya suara dengkuran.

Hasilnya kadar hs-TnT berhubungan erat dengan OSA secara independen. Artinya setelah dicocokkan, terbebas dari risiko-risiko lain yang mungkin berhubungan, OSA tetap berkaitan erat dengan kadar hs-TnT seseorang. Risiko-risiko lainnya seperti usia, jenis kelamin, kadar kolesterol, berat badan, kadar insulin dan lain-lain.

Kadar hs-TnT yang tinggi berhubungan langsung dengan insiden serangan jantung dan risiko kematian akibat penyakit jantung. Didapati semua derajat OSA, mengalami peningkatan hs-TnT, terutama OSA parah dengan jumlah henti nafas lebih dari 30 kali perjam.

Kesimpulan

Disimpulkan bahwa penderita OSA sebenarnya telah mengalami gangguan pada otot jantungnya, walau belum menimbulkan gejala yang mengganggu. Kondisi yang juga disebut sebagai subclinical myocardial injury, tidak dapat diabaikan karena pada akhirnya akan berlanjut pada penyakit jantung koroner hingga payah jantung.

Para peneliti menyarankan agar semua pendengkur diperiksakan kemungkinannya menderita OSA. Jika terdiagnosis dengan OSA, baik jika diperiksakan juga hs-TnT nya untuk memprediksi risikonya mengalami gangguan jantung.

Mendengkur dan Diabetes Punya Efek Merusak Arteri yang Sama

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang yang ngorok dalam tidur mungkin sekali mengalami kerusakan pembuluh darah arteri, sama seperti yang ditemukan pada penderita diabetes. Tapi bukan sembarang mendengkur, karena suaranya sendiri tak mengganggu kesehatan. Henti nafas saat tidur atau sleep apnea yang menyertai suara dengkuran yang menjadi masalah.

Sleep Apnea

Gangguan nafas saat tidur ini memerupakan salah satu penyebab berbagai penyakit jantung dan pembuluh darah. Diantara suara dengkur, saluran nafas penderita sleep apnea bisa tertutup berulang kali hingga tak ada udara yang bisa masuk atau keluar sistem tubuh. Akibatnya oksigen dalam tubuh turun dan naik secara periodik.

Penurunan kadar oksigen dan peningkatan aktivitas simpatis memicu reaksi berantai yang berujung pada penurunan kesehatan jantung dan pembuluh darah. Tekanan darah yang meninggi merupakan akibat sleep apnea yang paling sering ditemukan. Ya, mendengkur berakibat buruk bagi kesehatan seseorang.

Sementara diabetes telah lama diketahui mempunyai resiko tinggi untuk menderita penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah. Diabetes sendiri kini didapati berhubungan langsung dengan ngorok dan sleep apnea. Penelitian ini ingin membandingkan efek buruk mendengkur dan diabetes, terhadap kesehatan jantung dan pembuluh darah.

Penelitian

Kelompok peneliti dari the Carol Davila University and Pharmacy, Bucharest, Rumania membandingkan kondisi pembuluh darah arteri pasien yang mendengkur dan terdiagnosa sleep apnea, dengan penderita diabetes.

Para ahli mengumpulkan 20 orang penderita sleep apnea tanpa diabetes, 20 orang penderita diabetes dan 20 orang sehat sebagai pembanding atau kontrol.

Pengukuran lapisan intima media pada arteri karotis dilakukan dengan ultrasound. Lapisan intima dan media diukur ketebalannya, dimana semakin tebal lapisan ini berarti semakin tinggi resiko pasien terganggu kesehatan jantung-pembuluh darah dan stroke.

Hasilnya ketebalan intima media penderita sleep apnea dan diabetes memiliki kemiripan. Penderita sleep apnea 0,94 mm, penderita diabetes 0,89 mm, sedangkan yang sehat hanya 0,64 mm. Disamping itu, arteri penderita sleep apnea dan diabetes juga didapati lebih kaku dibanding orang sehat. Ini menunjukkan ada penurunan fungsi arteri yang sama pada penderita sleep apnea dan diabetes.

Fungsi endothelial juga didapati sama buruknya pada penderita sleep apnea dan diabetes. Pengukuran fungsi endothelial dilakukan untuk melihat kemampuan/kelenturan pembuluh darah melebar dan menyempit. Semakin lentur/kenyal, tentu semakin baik. Pada penderita sleep apnea, aliran dilatasi (melebar) amat terbatas, hanya 7,7%. Sementara penderita diabetes hasilnya mirip, yaitu 8,4%. Bandingkan dengan yang sehat, 19%.

Pasien dengan sleep apnea sedang dan parah memiliki arteri yang lebih kaku dibanding kontrol. Demikian juga dengan penderita diabetes. Dapat disimpulkan bahwa mendengkur dengan sleep apnea dan diabetes sama-sama memiliki resiko yang tingginuntuk menderita penyakit kardiovaskular.

Penutup

Penelitian ini tunjukan bahwa tidur ngorok tak bisa disepelekan. Mendengkur memiliki resiko menderita penyakit jantung-pembuluh darah yang sama dengan diabetes.

Jadi, jika Anda temukan sahabat atau kerabat yang mendengkur, jangan cuma ditertawakan. Peringatkan, Anda dapat menyelamatkan nyawanya!

dr. Andreas Prasadja, RPSGT

Ngorok Perlu Diobati Agar Jantung Pulih

Dr. Andreas Prasadja, RPSGT * | Asep Candra | Rabu, 21 Maret 2012 | 13:58 WIB

KOMPAS.com – Sebuah penelitian baru yang dilakukan di Birmingham Inggris menunjukkan bahwa perawatan mendengkur ternyata dapat memperbaiki fungsi-fungsi jantung.

Mendengkur telah lama diketahui sebagai tanda dari sleep apnea atau henti nafas dalam tidur. Sleep apnea terjadi akibat dari menyempitnya saluran nafas saat tidur, hingga aliran udara terhenti. Walau gerakan nafas berusaha keras menarik udara, udara tetap tidak dapat masuk ataupun keluar dari paru-paru. Akibatnya penderita dalam keadaan sesak akan terbangun tanpa sadar untuk mengambil nafas.

Perhatikan, walau gelombang otak terbangun, si penderita tidak sampai terjaga. Akibatnya, ia bangun dengan rasa tak segar dan terus mengantuk tanpa tahu penyebabnya. Episode henti nafas ini berulang sepanjang malam mengakibatkan reaksi berantai yang berujung pada hipertensi, diabetes, penyakit jantung, stroke hingga kematian.

Pemimpin penelitian, Dr. Gregory Lip menegaskan bahwa sleep apnea tak dapat dianggap sebagai gangguan yang ringan. Sudah lama para ahli mengetahui bahaya ini. Sayang, masyarakat umum masih menganggap mendengkur sebagai gangguan suara biasa saja. Akibatnya, risiko berbagai penyakit berbahaya terus mengintai setiap malam. Amat disayangkan karena semua penyakit tersebut bisa dicegah dengan mengatasi dengkuran.

Sebuah penelitian lain yang lebih dulu diterbitkan oleh jurnal Circulation di tahun 2003 bahkan menyebutkan bahwa dengan perawatan sleep apnea, seorang pendengkur akan turun risikonya untuk menderita berbagai penyakit jantung sebanyak 37 persen, sementara risiko terserang stroke turun hingga 56 persen.

Dari pemeriksaan standar di laboratorium tidur, pasien penderita sleep apnea dikelompokan dalam kategori ringan, sedang dan parah berdasarkan jumlah henti nafas perjam dalam tidur. Dalam penelitian yang dipublikasikan jurnal American Heart Association itu, dilakukan echocardiography pada 40 orang pendengkur dengan sleep apnea, 40 orang penderita hipertensi tanpa sleep apnea dan 40 orang sehat.

Hasilnya, penderita sleep apnea dan penderita hipertensi tanpa sleep apnea mengalami gangguan struktur dan fungsi pada ventrikel kiri jantung. Kelompok yang menderita sleep apnea, kemudian diberikan perawatan berupa Continuous Positive Airway Pressure (CPAP). Alat ini berupa unit alat yang dihubungkan ke masker hidung dan meniupkan tekanan positif untuk mengganjal saluran nafas agar tetap membuka selama tidur.

Penderita sleep apnea walau awalnya menganggap penggunaan CPAP sebagai sesuatu yang seram dan merepotkan, namun akhirnya jatuh hati karena kualitas tidur menjadi lebih baik. Ini tampak dari kualitas hidup di siang harinya. Setelah menggunakan CPAP selama 6 bulan, para pendengkur dengan sleep apnea kembali diperiksa. Hasilnya, penebalan dinding jantung berkurang, dan fungsi-fungsi jantung didapati membaik.

Penulis juga mengingatkan, walau tidak merasakan gejala-gejala gangguan jantung, sebaiknya tetap waspada jika kita seorang mendengkur. Karena terbukti, perawatan dengkur dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

Anda pendengkur?

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mendengar kesaksian pasangan. Sebab dialah yang tahu kondisi kita saat tidur. Kita sendiri tak pernah tahu bila diri kita mendengkur. Pendengkur akan menjalani pemeriksaan di laboratorium tidur. Pemeriksaan yang rumit namun nyaman ini tak memerlukan persiapan khusus. Tinggal datang, dipasangi alat, lalu tidur hingga pagi.

Dari pemeriksaan tidur, baru didapatkan diagnosa dan bisa diputuskan perawatan terbaik. Penggunaan CPAP pun diperkenalkan. Penyetelan alat, pengenalan hingga pemberian alat hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis yang memang terlatih khusus. Setelah penggunaan Anda akan merasa segar bugar seolah terlahir kembali. Semua tantangan baru seolah bisa diatasi dengan mudah. Dan Anda pun terhindar dari berbagai penyakit berbahaya yang mungkin mengintai jika dengkuran tak diatasi.

http://health.kompas.com/read/2012/03/21/13583067/Ngorok.Perlu.Diobati.Agar.Jantung.Pulih

Mau Jantung Sehat? Tidurlah yang Sehat

Memperingati Hari Jantung Sedunia

dr Andreas Prasadja, RPSGT * | Asep Candra | Kamis, 29 September 2011 | 08:23

KOMPAS.com – Dalam mencapai kesehatan yang paripurna kita telah berolah raga rutin dan menjaga keseimbangan gizi dengan baik. Tetapi banyak kematian mendadak akibat serangan jantung menyerang para atlet atau orang-orang yang kita ketahui benar menjaga kesehatan. Seolah kita tersadar ada satu mata rantai yang hilang dalam upaya kita menjaga kesehatan.

Dalam rangka memperingati hari jantung sedunia yang jatuh pada 29 September saya menuliskan artikel tentang kesehatan jantung dan tidur. Mungkin kesehatan tidur adalah mata rantai yang ingin kita lengkapi demi kesehatan.

Dunia kesehatan modern kini mengenal istilah the Triumvirate of Health yang artinya tiga komponen utama kesehatan. Ketiganya adalah: kebugaran fisik, keseimbangan nutrisi dan kesehatan tidur. Olah raga dan menjaga menu makanan saja tidak cukup.

Tidur

Tidur sering dimaknai sebagai periode non aktif dari kehidupan. Tapi jangan salah mengerti, dalam proses tidur terjadi fase-fase aktif bagi kehidupan. Ini sebabnya banyak perkumpulan ahli kedokteran tidur di dunia menggunakan simbol yin-yang sebagai dasar logo. Ini untuk menunjukkan filosofi kedokteran tidur yang memandang keseimbangan antara kondisi terjaga dan tidur. Masa tidur penting untuk kualitas manusia di saat terjaga. Sehingga penting bagi praktisi kesehatan tidur untuk menilai kualitas hidup seseorang dari kesehatan tidurnya.

William Dement, bapak kedokteran tidur, menyatakan bahwa lebih mudah menilai kesehatan seseorang dengan mengamati pola tidurnya dibanding dengan menilai gizi atau pola olah raganya.

Tidur juga bukan masa aman, dimana tak ada sesuatu yang buruk yang bisa terjadi saat tidur. Dunia kedokteran di masa lampau pun beranggapan demikian. Saat tidur pasien tampak tenang dan jauh dari rasa sakit. Padahal kenyataannya tidak demikian. Berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi dan penyakit-penyakit jantung-pembuluh darah lainnya kini telah diketahui berhubungan dengan tidur.

Hipertensi

Tekanan darah tinggi di Indonesia terus meningkat jumlah penderitanya. Bank Dunia juga mengamini peningkatan pengeluaran biaya kesehatan untuk mengatasi hipertensi yang terus meningkat di negara-negara berkembang. Dampak penyakit tekanan darah tinggi pun tak dapat dianggap remeh. Hipertensi dikenal dapat berlanjut pada penyakit jantung koroner, pembengkakkan otot jantung hingga stroke.

Proses tidur sendiri telah lama diketahui berhubungan dengan penyakit jantung. Bahkan diawal penemuan penyakit sleep apnea, henti nafas saat tidur, hipertensi menjadi awal ketertarikan para peneliti tidur.

Dahulu dikenali adanya orang-orang yang selalu mengantuk, lamban dan tidur mendengkur. Mereka dikenal dengan sebutan Pickwickian syndrome, meminjam karakter ciptaan Dickens yang diterbitkan di koran Pickwick. Para peneliti mendapati bahwa banyak dari mereka juga menderita hipertensi.

Kelompok peneliti dari Bologna adalah yang pertama melengkapi perekaman tidur dengan sensor-sensor untuk merekam pernafasan. Akhirnya ditemukanlah bahwa penderita Pickwickian syndrome ini mengalami henti nafas saat tidur. Sejak saat itu dikenal bahaya mendengkur bernama sleep apnea. Dan penderita sleep apnea ternyata juga mengalami peningkatan tekanan darah selama tidur! Sebelum era 1980-an penelitian seolah mandeg karena tak adanya perawatan untuk sleep apnea. Dengan ditemukannya continuous positive airway pressure (CPAP) untuk perawatan sleep apnea, penelitian tidur kembali bergairah.

Journal of the American Medical Association, di tahun 2000 menyatakan bahwa 45% penderita hipertensi juga menderita sleep apnea. Sementara Journal of Hypertension setahun berikutnya menyebutkan bahwa 80% penderita hipertensi yang resisten terhadap pengobatan ternyata juga menderita sleep apnea. Selanjutnya dokumen JNC7 yang merupakan panduan tata laksana penanganan tekanan darah tinggi menyebutkan sleep apnea sebagai salah satu penyebab hipertensi yang harus didiagnosa demi pengobatan yang paripurna.

Tidak berhenti di situ. Kini sudah tak terhitung jurnal-jurnal kedokteran yang membuktikan perbaikan tekanan darah setelah sleep apnea dirawat dengan CPAP. Sebut saja jurnal Heart, Chest, New England Journal of Medicine dan masih banyak lagi.

Kesehatan Jantung

Sama seperti tekanan darah tinggi, kesehatan jantung pun berkaitan erat dengan tidur. Sebuah penelitian di jurnal kedokteran SLEEP menyatakan durasi tidur yang paling sehat bagi jantung adalah 7 jam sehari.

Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa tidur kurang dari 5 jam perhari akan meningkatkan resiko serangan jantung, penyakit jantung koroner dan stroke hingga dua kali lipat. Membayar utang tidur sehari dua hari tidak akan menolong. Sementara tidur sembilan jam setiap malam juga meningkatkan resiko yang sama hingga 1,5 kali lipat.

Meskipun mekanisme pasti belum diketahui, para peneliti menduga durasi tidur pendek berkaitan dengan gangguan metabolisme dan pengerasan dini dinding pembuluh darah.

Durasi tidur yang panjang, dikaitkan dengan rasa kantuk yang berlebihan. Rasa kantuk berlebihan atau hipersomnia merupakan salah satu tanda utama dari sleep apnea. Sleep apnea adalah henti nafas saat tidur yang disebabkan oleh menyempitnya saluran nafas pada saat tidur. Akibatnya walau gerak nafas tetap ada, tak terjadi pertukaran udara yang dibutuhkan.

Berbagai penelitian juga menyebutkan hubungan erat antara sleep apnea dan berbagai penyakit jantung. Javaheri dan kawan-kawan dalam jurnal Circulation di tahun 1999 menyebutkan 50% penderita payah jantung kongestif juga mendengkur dan menderita sleep apnea. Sementara penderita jantung koroner 30%nya juga menderita sleep apnea, seperti disebutkan dalam jurnal Cardiology di tahun yang sama.

Sebuah riset yang diterbitkan pada jurnal SLEEP menyebutkan bahwa perawatan sleep apnea demi kesehatan jantung sudah amat mendesak. Penderita sleep apnea yang tak dirawat akan mempunyai resiko 5 kali lipat meninggal akibat gangguan jantung.

Perawatan sleep apnea, juga akan menurunkan risiko penyakit jantung koroner sebanyak 37% dan resiko stroke hingga 56%. Angka yang tak dapat diremehkan.

Perawatan Sleep Apnea

Diawali dengan diagnosa, sleep apnea membutuhkan pemeriksaan di laboratorium tidur menggunakan alat bernama polisomnografi (PSG). Di sini tidur penderita akan direkam menggunakan berbagai sensor yang merekam fungsi-fungsi tubuh, dari gelombang otak, irama jantung, pernafasan hingga posisi tidur. Dari pemeriksaan ini baru diketahui apakah penderita menderita sleep apnea atau sekedar mendengkur biasa. Tapi jangan membayangkan laboratorium tidur sebagai tempat penuh monitor dan peralatan yang menyeramkan. Laboratorium tidur sebaliknya, dirancang senyaman mungkin untuk ditiduri.

Setelah diagnosa, perawatan utama sleep apnea adalah penggunaan continuous positive airway pressure (CPAP). Pasien nanti akan melewati program CPAP trial untuk penggunaan yang nyaman dan tepat guna. Perawatan lain adalah dengan jalan pembedahan atau penggunaan alat bantu mulut yang dibuat oleh dokter gigi.

*****

Tidur memiliki hubungan timbal balik dengan kesehatan dan kualitas hidup manusia. Memperbaiki kesehatan tidur, tentu akan meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan kita. Kesehatan jantung dan pembuluh darah juga berhubungan erat dengan tidur.

Sudah saatnya Indonesia lebih memperhatikan kesehatan tidur. Pelayanan medis pun harus lebih peka tentang kesehatan tidur pasien ketika berhadapan dengan kasus-kasus penyakit jantung dan pembuluh darah. Masyarakat luas pun harus lebih memperhatikan kesehatan tidurnya. Ketika berhadapan dengan dokter, selain menceritakan keluhan penyakit, sampaikan juga kebiasaan tidur.

Dan akhir kata: peringatkan kerabat yang mendengkur, Anda menyelamatkan nyawanya!

dr. Andreas Prasadja, RPSGT
Sleep Physician
Sleep Disorder Clinic – RS. Mitra Kemayoran
Pendiri @IDTidurSehat, http://www.andreasprasadja.com

Mendengkur ? Awas Darah Tinggi

Tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa mendengkur bisa mengakibatkan tekanan darah tinggi dan berbagai gangguan jantung. Tetapi, inilah kenyataan yang harus dihadapi oleh tenaga kesehatan modern. Jika seseorang terdiagnosa menerita hipertensi, di negara-negara maju, dokter pasti akan menanyakan kebiasaan tidur terutama mendengkur. Ini sudah menjadi hal yang lazim. Lihat saja, betapa banyaknya jurnal-jurnal penelitian dari sejawat ahli jantung dan penyakit dalam yang mengulas hubungan hipertensi dan kebiasaan ngorok ini.

Tetapi, tak semua dengkuran berbahaya. Episode henti nafas diantara tiap dengkuranlah yang menjadi perhatian kita. Henti nafas saat tidur (OSA) terjadi ketika saluran nafas melemas dan menyempit saat tidur sehingga penderitanya tak mendapat suplai oksigen. Dan ini bisa terjadi berulang-ulang sepanjang malam.

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa hipertensi berkaitan erat secara independen dengan OSA. Periode bangun singkat (micro arousal) akan meningkatkan aktivitas sistem syaraf simpatis yang pada gilirannya akan meningkatkan tekanan darah. OSA juga menyebabkan jantung harus bekerja berat pada suasana rendah oksigen di saat tidur. Akibatnya penderita OSA juga rentan menderita berbagai gangguan jantung.

Lebih dari 35% penderita OSA juga menderita hipertensi. 83% penderita hipertensi juga menderita OSA(1).

80% pasien dengan hipertensi yang resisten terhadap pengobatan juga menderita OSA(2).

Penelitian lainnya menunjukkan bahwa OSA meningkatkan resiko seseorang menderita penyakit kardiovaskuler hingga lima kali lipat, terlepas dari usia, kegemukan, kebiasaan merokok maupun tekanan darahnya(3).

Dua penelitian berbeda dilakukan pada pasien OSA yang juga menderita hipertensi. Dengan menggunakan CPAP terdapat rata-rata penurunan tekanan darah sebesar 10 mmHg(4,5). Sementara Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure di tahun 2003 menyebutkan OSA sebagai penyebab hipertensi yang utama(6).

 

Kartu Tata Laksana Hipertensi

Sumber:

1.  Bixler et al, 2000

2.  Sjostrom et al, 2002

3.  Pecker et al, 2002

4.  Becker et al, 2003

5.  Logan et al, 2003

6.  Chobanian et al, 2003