Minggu, 24 Oktober 2010
Waspadalah, mendengkur dapat mengakibatkan kematian.
Tidur merupakan aktivitas yang tidak dapat digantikan dengan apa pun. Gangguan sekecil apa pun yang dapat membuat tidur tidak berkualitas dan perlu segera atasi. Sebab, tidur yang berkualitas menjadi faktor penting untuk menjaga vitalitas. “Saya malu sekali kalau ada acara dengan kolega atau teman. Soalnya, saya ngorok kencang benar kalau tidur. Yang satu kamar dengan saya, pasti besok paginya ngeluh sambil menyindir kalau tidur saya nyenyak banget,” ujar Toto, sebut saja begitu, karyawan sebuah ritel di Jakarta.
Merasa belum tidur dengan puas dan nyenyak meski sudah mendengkur seperti yang dirasakan Toto sebenarnya wajar terjadi. Sebab, tidur hingga mendengkur yang sering dikatakan sebagai tidur nyenyak merupakan suatu mitos belaka. Hal itu ditegaskan dr Andreas Prasadja, RPSGT, sleep specialist pertama di Indonesia dari Rumah Sakit Mitra Kemayoran Jakarta. “Ngorok itu bukan pertanda tidur seseorang nyenyak, itu mitos saja.
Justru seseorang yang tidurnya ngorok atau mendengkur mengalami gangguan tidur yang disebut Obstructive Sleep Apnea (OSA),” ujar dokter yang berpembawaan ramah itu. Selain mitos mendengkur berarti tidur lelap, sering kali orang yang mendengkur saat tidur dikatakan sebagai seorang yang pemalas. Selain itu, mudah lelah, tidak bersemangat, tidak produktif, dan mudah tertidur di mana saja sering diasosiasikan sebagai penyebab seseorang mendengkur saat tidur.
Itu semua, sebagian besarnya merupakan mitos meski pada kondisi tertentu terdapat faktor yang sama. Seseorang yang mendengkur faktanya tengah mengalami gangguan OSA tersebut. Pada saat mendengkur, saluran nafas atas saat tidur mengalami penyempitan. Penyempitan itulah yang menyebabkan getaran pada bagian-bagian lunak saluran nafas sehingga menghasilkan suara dengkuran.
Mengapa mendengkur sampai membahayakan? Sebab utama yang membahayakan adalah penyempitan saluran nafas tadi. Penyempitan itu mengakibatkan tidak efektifnya pertukaran oksigen dan karbondioksida sewaktu tidur. Hal itu semakin ditambah parah dengan melemasnya otot-otot lidah sehingga lidah terjulur keluar mulut saat tidur dan menyumbat seluruh saluran nafas. “Kondisi terhalangnya oksigen masuk ke saluran nafas itulah itu yang menyebabkan terjadinya henti nafas atau apnea.
Pada saat itu karbondioksida di dalam tubuh meningkat drastis sehingga mengaktifkan sebuah sensor di tubuh. Sensor itu kemudian memaksa seseorang tersebut untuk bangun dan kembali bernafas,” jelas Andreas. Bayangkan jika sensor yang memaksa tubuh bangun untuk menghirup oksegen itu terjadi berkali-kali dalam semalam.
Tentu saja si penderita apnea akan merasa kurang tidur. Hal itu dikarenakan, periode bangun yang terjadi saat mendengkur itu adalah periode bangun singkat (mini arousal) yang ringan namun sudah mengganggu tidur penderitanya. Kalau tidur terganggu tentu saja seorang pendengkur tersebut tidak dapat masuk ke tahapan tidur dalam (nyenyak) yang penting untuk istirahat dan mengembalikan vitalitas seseorang.
Tidak heran kan? Kalau pendengkur saat bangun pagi merasa tidak segar dan merasa masih kurang istirahat tanpa tahu bahwa dirinya bangun berulang kali malam itu. Selain merasa kurang tidur, ngorok dapat menyebabkan kematian saat tidur. Pasalnya, seseorang yang mengalami henti nafas dapat saja tidak terbangun untuk mengambil nafas. Tentu saja ketika tubuh kehabisan oksigen akan segera lumpuh atau mati.
Jam 12 Malam
Beberapa orang mengeluh merasakan insomnia karena baru bisa terlelap di atas jam 12 malam. Padahal menurut Andreas, di usia tertentu seseorang sangat wajar baru tidur di atas jam 12 malam. “Jam biologis usia dewasa muda (usia maksimal 20 tahun, red) memang baru bisa terlelap di atas jam 12 malam. Jadi, kalau mengerti soal jam biologis orang dewasa muda tidak akan mengatakan itu insomnia,” jelas Andreas.
Selain itu, pada fase dewasa muda akhir seseorang masih memerlukan tidur di atas 8 jam per hari. Tidak heran ditemui mahasiswa berusia 20 tahunan yang mengantuk saat kuliah pagi hari karena jam tidurnya belum cukup. Untuk membayar hutang tidur tersebut biasanya mereka akan tidur cepat di bawah jam 12 malam atau menggantinya siang hari.
Berbeda dengan waktu tidur dewasa muda, waktu tidur anak usia sekolah yang terbaik adalah 10 sampai 11 jam. Tidak heran bila anak-anak bisa tidur siang lagi selama 3 jam meski malam harinya sudah tidur selama 8 jam. Untuk orang dewasa (di atas 20 tahun) butuh waktu tidur sebanyak 8 jam. “Orang dewasa biasanya sudah tertidur di bawah jam 10 malam.
Celakanya, karena jam biologis orang dewasa akan merasa mengantuk di siang hari dan merasa segar kembali di sore hari. Tidak jarang mereka ngopi sore hari saat berkumpul dengan teman-teman. Itu yang merusak kebiasaan tidur,” jelas Andreas yang semakin banyak memiliki pasien gangguan tidur itu.
Pengaruh Kopi
Kafein yang terkandung dalam kopi dapat berada dalam tubuh 9 sampai 15 jam. Maka seseorang yang minum kopi di sore hari akan mengalami kesulitan tidur di waktu yang seharusnya. Andreas menyarankan agar memindahkan waktu minum kopi di pagi hari sehingga kekurangan waktu tidur di malam hari tidak timbul di siang hari yang dapat mengganggu produktivitas kerja seseorang.
“Karena siangnya sudah melek, dia akan mudah tidur di bawah jam 10 malam,” ujarnya. Kondisi-kondisi kurang waktu tidur itu akan menyebabkan hutang tidur. Bagaimana pun juga hutang tidur itu harus dibayar. Semakin banyak hutang tidur yang tidak dibayar hingga menumpuk dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan mental, konsentrasi, daya ingat, produktivitas, dan refleks sewaktu berkendara.
Efek dari kurang waktu tidur juga bisa mengakibatkan gangguan matobolisme, buruknya daya tahan tubuh, buruknya upaya perbaikan sel-sel jaringan di dalam tubuh, mengantuk, dan mudah lelah. Meminum suplemen penambah energi atau kopi berapa gelas pun menurut Andreas tidak akan bisa mengganti waktu tidur yang kita dibutuhkan.
“Tidak ada satu zat pun yang dapat menggantikan tidur. Karena tidur yang cukup dan berkualitas dibarengi dengan asupan makanan dan olah raga yang teratur-lah yang mampu menjaga vitalitas seseorang tetap bugar,” tutupnya.
yusti nurul agustin
link: http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=65881
Filed under: Liputan Media, Mendengkur | Tagged: apnea tidur, atasi mendengkur, CPAP, klinik mendengkur, OSA, selalu mengantuk, sering mengantuk, sleep apnea | Leave a comment »