Indonesia Mengantuk Sebuah Refleksi Kesehatan Tidur

Beberapa waktu lalu media diramaikan kisah seorang anak yang tidur selama 13 hari. Selang beberapa waktu, seorang tokoh Nasional terekam media terantuk-antuk tertidur dalam sebuah acara pernikahan. Sebelumnya juga sempat beredar foto tokoh tersebut dalam perawatan di rumah sakit menggunakan masker khas yang digunakan untuk mengatasi ngorok.

Tiba-tiba istilah narkolepsi, hipersomnia, bahaya mendengkur, sleep apnea, Kliene Levin Syndrome menghiasi media kita. Ini adalah istilah-istilah kesehatan tidur.

Ya, khalayak mulai menyadari pentingnya kesehatan tidur.

Istilah-istilah kesehatan tidur masuk dalam kolom-kolom kesehatan, gaya hidup, ilmu pengetahuan dan bahkan politik. Perlahan namun pasti, Indonesia mulai menyusul negara-negara maju dalam memperhatikan kesehatan tidur. Mengantuk, dan penyakit tidur sudah diperhatikan seperti sebuah penyakit menular yang diderita luas. Sebuah epidemi!

Performa Tidur

Dalam era modern ini, orang berlomba-lomba mengejar prestasi. Demi mencapai prestasi, tidur pun dikorbankan. Tidur adalah periode dimana tubuh diam dan tak aktif. Banyak orang menganggap tidur sebagai fase kehidupan yang tak penting, tak aktif, tak berguna dan dianggap identik dengan kemalasan. Bahkan banyak orang yang menganggap kantuk sebagai sebuah penyakit yang harus dicari obatnya!

Sikap kita terhadap pengurangan tidur juga cukup aneh. Para pemuja produktivitas menganggap pengurangan tidur sebagai sikap macho nan heroik. Sebuah sikap yang sebenarnya kontra produktif. Karena performa otak optimal hanya dibangun saat tidur!

Alih-alih memperhatikan kesehatan tidur, kita malah mencari kebugaran lewat berbagai stimulan dan minuman penambah energi. Coba lihat berapa banyak kedai kopi di sekeliling kita? Padahal, tak ada satu zat pun yang dapat menggantikan efek restoratif tidur.

Segala kemampuan otak dibangun pada tahap tidur mimpi. Berbagai penelitian telah membuktikan bagaimana pengurangan tahap tidur ini akan menurunkan berbagai fungsi otak dan bahkan kemampuan ereksi pria.

Mengantuk

Tidur tak sama dengan kemalasan. Sudah terlalu sering saya mendapati pasien yang datang dengan cap pemalas dari keluarganya karena terus mengantuk.

Tidur itu ada porsinya. Jika sudah cukup, kita tak akan bisa tidur lagi. Kalau mengantuk artinya masih kurang tidur. Nah, bagaimana kalau tidur sudah cukup tapi masih mengantuk? Itu namanya hipersomnia, kantuk berlebihan.

HIpersomnia memang tidak sepopuler insomnia. Tapi hipersomnia justru lebih berbahaya. Bayangkan jika seorang pengendara mengidap hipersomnia? Seorang pilot?

Mengantuk berlebihan merujuk pada beberapa penyakit tidur, antaranya: Behaviourally Induced Insufficient Sleep Syndrome, Periodic Limb Movements in Sleep, sleep apnea, narkolepsi dan Kleine Levin Syndrome. Khusus sleep apnea, mendengkur, mengakibatkan juga hipertensi, penyakit jantung, diabetes, stroke, kematian, impotensi dan depresi.

Tata Laksana

Dalam diagnosis penyakit tidur dibutuhkan pemeriksaan khusus di laboratorium tidur. Pemeriksaan sederhana yang tampak rumit. Pasien akan dilekatkan dengan berbagai sensor fungsi tubuh untuk direkam sepanjang malam. Dokter akan menganalisa perekaman, untuk selanjutnya dipilihkan perawatan yang sesuai.

Analisa tidur, menggunakan alat bernama polisomnografi. Teknik pemeriksaan tidur pun tak cuma satu. Anda perekaman sepanjang malam, ada juga perekaman di siang hari. Khusus untuk narkolepsi, pemeriksaan malam diikuti dengan multiple sleep latency test (MSLT.) Pasien diminta 5 kali tidur siang sepanjang hari sambil terus diamati.

Perawatan gangguan tidur jelas akan meningkatkan performa seseorang. Selain itu, perawatan juga akan mencegah berbagai penyakit kronis yang mungkin diderita.

Triumvirate of Health

Prof. William Dement, Bapak Kedokteran Tidur mengemukakan bahwa untuk mencapai kesehatan yang paripurna, seseorang membutuhkan tiga komponen: keseimbangan nurtirsi, olah raga teratur dan tidur yang sehat. Bahkan, tidur sehat menjadi dasar dari kesehatan seseorang. Tanpa tidur yang sehat, segala nutirsi dan olah raga jadi percuma.

Dengan tidur yang sehat, tubuh akan memiliki sistem metabolisme yang baik. Tidur yang sehat juga akan menopang pemulihan otot yang baik serta memoles kemampuan gerak halus yang dilatih para atlet dan musisi.

Apa yang terjadi ketika kesehatan tidur terganggu? Semua, mulai dari kepala hingga kaki. Bahkan para ahli setuju bahwa tak ada satu pun spesialisasi kedokteran yang tak terganggu ketika kesehatan tidur terganggu.

Jawaban dari semua permasalahan sebenarnya sederhana saja: Tidur sehat.

Mulailah prioritaskan kesehatan tidur!

dr. Andreas Prasadja, RPSGT

www.andreasprasadja.com

Sleep Disorder Clinic RS. Mitra Kemayoran

Snoring & Sleep Disorder Clinic Pondok Indah

Kompas.com: http://lifestyle.kompas.com/read/2017/12/29/111405820/indonesia-mengantuk-sebuah-refleksi-kesehatan-tidur

Serangan Tidur Bernama Narkolepsi

Jika sekali waktu Anda mengalami insomnia lalu keesokan harinya merasa sangat lemah, dan mengantuk, tentu ini sangat wajar. Setelah kekurangan tidur, tentu saja kita mengantuk di esok harinya. Tetapi bagaimana jika ada orang yang sudah tidur cukup, bahkan lebih, tetapi sepanjang hari masih saja mudah mengantuk? Kondisi kantuk berlebihan walau sudah tidur cukup ini bernama hipersomnia. Sebuah gejala penyakit tidur seperti insomnia. Hanya saja jika insomnia sulit tidur, hipersomnia mengantuk terus.

Hipersomnia

Sebutlah seorang pemuda bernama Hari, berusia akhir dua puluhan. Usia yang sangat produktif. Tapi di sela aktivitas sehari-harinya, ia sering mengalami kantuk yang tidak tertahankan. Di tengah pekerjaan, beberapa kali ia harus meletakkan kepala sejenak untuk tidur sebentar. Terutama pada jam-jam tertentu seperti setelah makan siang. Sepulang bekerja ketika ‘hang out’ bersama teman-teman pun ia terkadang harus duduk sebentar di cafe, memesan kopi lalu tidur bertopang tangan selama beberapa menit. Ketika bangun, ia merasa bugar dan bisa beraktivitas kembali.

Teman-teman dekat, apalagi keluarga sudah maklum dengan kondisi ini. Hari telah mengalaminya sejak masih duduk di bangku SMU. Tak heran jika orang tuanya tak lagi mengijinkannya untuk berkendara sendirian. Ya, beberapa kali ia alami kecelakaan karena ‘meleng’.

Setelah berkeliling dokter dan orang ‘pintar’, berbagai diagnosa diberikan. Mulai dari saraf lemah, kadar gula yang tidak stabil, kurang darah hingga depresi atau gangguan jiwa. Berbagai pengobatan dijalani, Hari sempat merasa lebih baik, tapi di hati kecilnya ia terus bertanya-tanya tentang apa yang dialaminya.

Narkolepsi

Kantuk yang berlebihan banyak dialami orang di Indonesia dengan derajat yang bervariasi. Dari yang hanya menguap, kekurangan konsentrasi hingga seperti Hari yang tak kuat menahan kantuknya lagi.

Tetapi hipersomnia barulah gejala, ada beberapa penyakit tidur dengan gejala kantuk berlebihan ini. Yang paling umum adalah sleep apnea dengan gejala mendengkur, sementara lainnya adalah periodic limb movements in sleep dengan gejala kaki yang bergerak periodik dalam tidur.

Dulu, semua orang dengan hipersomnia disebut narkolepsi. Ini disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan tentang penyakit tidur. Narkolepsi adalah penyakit tidur ‘ngantukan’ yang pertama ditemukan. Sebelumnya dunia medis sama sekali tak mengenal kantuk berlebihan. Baru belakangan ditemukan penyakit-penyakit tidur lain yang ternyata berbeda dengan narkolepsi. Akhirnya muncullah istilah hipersomnia untuk membedakan narkolepsi dengan penyakit tidur lainnya.

Narkolepsi adalah penyakit tidur yang menyerang sistem pengaturan tidur R. Tidur R adalah tahapan tidur dimana kita kebanyakan bermimpi. Akibat gangguan ini terjadi kekacauan anatara kondisi terjaga dan mimpi. Bisa dikatakan seorang penderita narkolepsi tak benar-benar lelap saat tidur dan tak benar-benar terjaga saat bangun.

Narkolepsi termasuk penyakit tidur yang jarang ditemukan. Hal ini diperburuk dengan tenaga medis yang tak terbiasa dengan penyakit-penyakit tidur. Bahkan Amerika dengan jumlah penderita narkolepsi satu dari 3000 penduduk, hanya sekitar 25% penderita yang terdiagnosis. Itu pun butuh rentang waktu 3 hingga 15 tahun dari pertama kali gejala muncul hingga terdiagnosis.

Gejala khas narkolepsi ada empat, yaitu hipersomnia, lumpuh tidur, halusinasi hipnagogic dan katapleksi. Hipersomnia adalah kantuk yang berlebihan. Berbeda dengan hipersomnia penyakit tidur lain, hipersomnia pada narkolepsi adalah yang paling berat.

Lumpuh tidur dan halusinasi hipnagogic dikenal dengan sebutan ketindihan atau ereup-ereup di Indonesia. Ini terjadi karena menjelang bangun atau saat akan tidur, gelombang otak mimpi bercampur dengan kondisi terjaga. Bisa dikatakan berada setengah sadar dan setengah mimpi. Akibatnya muncul halusinasi hadirnya sosok lain di sekitar. Bisa berupa hantu, arwah, bayangan atau bahkan alien, tergangtung latar belakang kebudayaan seseorang. Kelumpuhan tidur adalah ciri khas dari tidur R dimana sebagai pengaman agar badan tak bergerak-gerak mengikuti isi mimpi, otot-otot dilumpuhkan.

Jika Anda alami ini, bukan berarti otomatis menderita narkolepsi lho. Bercampurnya gelombang otak terjaga dan R bisa terjadi juga saat kita kelelahan akibat kurang tidur yang ekstrim.

Katapleksi adalah kelumpuhan yang dipicu oleh emosi yang kuat, bisa emosi sedih, marah atau gembira. Kelumpuhan ini bersifat sementara, tapi sangat mengganggu, bahkan membahayakan. Bayangkan jika terjadi saat memasak atau berkendara. Contoh saja Hari, ketika ia bercanda hingga terpingkal-pingkal katapleksi menyerang. Seolah merambat, tiba-tiba ia merasa otot-otot wajah tak bisa dikendalikan. Rahangnya jatuh, mulutnya membuka dan piring di tangan terjatuh. Untung teman-temannya sempat menopang sebelum terjatuh. Saat lain, ketika menonton film komedi ia tertawa-tertawa hingga seluruh tubuh mendadak lemas. Serangan katapleksi berlangsung beberapa menit saja. Walau tampak seolah pingsan, penderita masih sadar dengan sekitarnya.

Apa yang Salah?

Penderita narkolepsi memiliki kadar hipokretin yang rendah. Hipokretin itu neurotransmiter yang mendorong agar kita tetap terjaga.

Narkolepsi belum tentu menurun, walau kadang dapat ditemukan juga adanya keluarga yang memiliki gejala yang mirip. Ia bisa menyerang siapa saja.

Jika terdapat katapleksi, kemungkinan besar sel-sel yang bertugas menghasilkan hipokretin jumlahnya sangat kurang. Sampai saat ini para ahli masih meneliti penyebab berkurangnya sel-sel ini. Sementara diduga penyakit ini bersifat autoimun. Artinya sistem daya tahan tubuh salah mengenali sel-sel ini sebagai sel asing yang harus dihancurkan.

Mekanisme hipersomnia sangat berbeda dengan yang terjadi pada penderita sleep apnea atau periodic limb movements in sleep (PLMS). Narkolepsi, yang terserang adalah sistem Pengaturan tidur R, sedang sleep apnea dan PLMS proses tidur normal terpotong-potong hingga tanpa sadar kualitas tidur jadi buruk.

Pemeriksaan dan Perwatan

Untuk diagnosis narkolepsi diperlukan pemeriksaan tidur khusus. Umumnya pemeriksaan tidur dilakukan malam hari saja, tetapi umtuk narkolepsi diperlukan tambahan pemeriksaan multiple sleep latency test (MSLT) yang dilakukan pagi hingga sore setelah pemeriksaan tidur satu malam.

Pemeriksaan tidur dilakukan di laboratorium tidur dengan menggunakan alat berupa polisomnografi (PSG). Polisomnografi sendiri sebenarnya merupakan pemeriksaan EEG (gelombang otak), nafas, oksigen dan jantung (EKG) yang dijadikan satu. Jadi pasien akan diminta untuk menginap dengan dilekatkan pada sensor-sensor. Tapi jangan bayangkan laboratorium tidur sebagai tempat menyeramkan yang penuh dengan peralatan elektronik. Sebaliknya, laboratorium tidur sangatlah nyaman.

Pemeriksaan tidur malam, diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit-penyakit tidur lain. Paginya dilanjutkan dengan pemeriksaan MSLT, dimana pasien diminta kembali tidur berulang kali. Seluruhnya ada 5 tidur siang yang berjarak satu setengah sampai dua jam.

MSLT bertujuan untuk melihat seberapa mengantuknya seseorang dengan menghitung waktu yang dibutuhkan untuk tidur, atau biasa disebut sleep onset. Misalkan ia diminta tidur jam 9:00 pagi, lalu tertidur jam 9:15 berarti sleep onset nya adalah 15 menit. Selain itu dilihat juga begitu tertidur masuk dalam tahap tidur apa. Dikatakan positif menderita narkolepsi bila seseorang rata-rata jatuh tidur lebih cepat dari 5 menit, atau terdapat dua tidur siang dimana begitu tertidur langsung masuk tahap tidur R.

Sedihnya, sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan narkolepsi. Yang ada adalah obat-obatan untuk meredakan gejala. Seperti obat untuk cegah katapleksi dan halusinasi hipnagogik, serta obat untu atasi kantuk.

Tetapi penekanan perawatan narkolepsi adalah bagaimana caranya agar penderita hidup normal dengan pengobatan minimal. Contoh saja Hari, ia mencoba menyesuaikan jadwal aktivitas, tidur dan medikasi. Di pagi hari ia minum obat penghilang kantuk dan obat pencegah katapleksi. Setelah makan siang, ia sempatkan tidur siang 20-30 menit untuk menopang produktivitasnya. Sebelum pulang, ia pun beristirahat sejenak di meja kerjanya. Ketika sangat mengantuk, ia memilih menggunakan taksi dibanding berkendara pulang.

Narkolepsi, diderita oleh jutaan orang di dunia. Apakah Anda penderita narkolepsi? Jangan takut, Anda tidak sendirian. Penderita narkolepsi tak ada bedanya dengan orang biasa, bisa gagal, bisa patah semangat namun bisa juga berprestasi.

Sering Mengantuk

Ketika mendengar ‘gangguan tidur’ yang terlintas dipikiran kita adalah sulit tidur atau insomnia. Tetapi kini, para ahli kesehatan menekankan bahwa dalam melihat gangguan tidur, kita harus melihat efeknya di siang hari. Artinya sulit tidur baru bermakna insomnia bila disertai gangguan di siang harinya. Misalkan rasa lemas, pusing, emosional dan sebagainya.

Sementara bila seseorang sudah cukup tidur namun masih merasa tak segar ketika bangun dan terus mengantuk di siang hari, ini berarti ia mengalami gejala ‘kantuk berlebih’. Kantuk berlebih atau hipersomnia sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari, tetapi kita tak tahu apa itu.

selalu mengantuk

Hipersomnia juga dikenal sebagai Excessive Daytime Sleepiness (EDS). Tidak sama dengan kelebihan tidur atau oversleeping. Sejujurnya kedokteran tidur tidak mengenal tidur berlebihan, karena yang ada adalah sering mengantuk sehingga terkesan tidur terus menerus.

Hipersomnia sendiri bukanlah suatu penyakit. Ia barulah gejala yang mengarah pada beberapa gangguan tidur. Sama seperti demam. Demam barulah gejala, penyakitnya nanti bisa flu, demam tifoid atau DBD.

Untuk itu baik kiranya jika kita juga mengenali gangguan tidur apa saja yang mempunyai gejala sering mengantuk atau hipersomnia.

Narkolepsi

Narkolepsi dalam bahasa awam, bisa dikatakan sebagai serangan tidur, dimana penderitanya amat sulit mempertahankan keadaan sadar. Hampir sepanjang waktu ia mengantuk. Rasa kantuk biasanya hilang setelah tidur selama 15 menit, tetapi dalam waktu singkat kantuk sudah menyerang kembali. Sebaliknya di malam hari, banyak penderita narkolepsi yang mengeluh tidak dapat tidur.

Gangguan terjadi pada mekanisme pengaturan tidur. Tidur, berdasarkan gelombang otak, terbagi dalam tahapan-tahapan mulai dari tahap N1,N 2, N3 dan R atau Rapid Eye Movement (REM). Tidur R adalah tahapan dimana kita bermimpi. Pada penderita narkolepsi gelombang REM seolah menyusup ke gelombang sadar. Akibatnya kantuk terus menyerang, dan otak seolah bermimpi dalam keadaan sadar.

Untuk mengenali penderita narkolepsi, terdapat 4 gejala klasik (classic tetrad):

  1. Rasa kantuk berlebihan (EDS)
  2. Katapleksi (cataplexy)
  3. Sleep paralysis
  4. Hypnagogic/hypnopompic hallucination.

Katapleksi merupakan gejala khas narkolepsi yang ditandai dengan melemasnya otot secara mendadak. Otot yang melemas bisa beberapa otot saja sehingga kepala terjatuh, mulut membuka, menjatuhkan barang-barang, atau bisa juga keseluruhan otot tubuh. Keadaan ini dipicu oleh lonjakan emosi, baik itu rasa sedih maupun gembira. Biasanya emosi positif lebih memicu katapleksi dibanding emosi negatif. Pada sebuah penelitian penderita narkolepsi diajak menonton film komedi, dan saat ia terpingkal-pingkal tiba-tiba ia terjatuh lemas seolah tak ada tulang yang menyangga tubuhnya.

Kondisi mimpi yang menyusup ke alam sadar bermanifestasi sebagai halusinasi. Penderita narkolepsi biasanya berhalusinasi seolah melihat orang lain di dalam ruangan. Orang lain tersebut bisa orang yang dikenal, teman, keluarga, sekedar bayangan, hantu atau bahkan makhluk asing, tergantung pada latar belakang budaya penderita.

Dengan gejala-gejala yang tidak biasa ini, tidak jarang keluarga menganggap penderita narkolepsi mengidap gangguan jiwa.

Sindroma Tungkai Gelisah

Sindroma tungkai gelisah, Restless Legs Syndrome (RLS) adalah rasa tidak nyaman pada kaki yang dirasakan saat duduk atau berbaring diam untuk waktu yang lama. Rasa tidak nyaman yang sulit digambarkan dengan kata-kata ini hanya dapat dihilangkan dengan cara digerak-gerakkan atau dengan pijatan. Rasa tidak nyaman digambarkan sebagai rasa kesemutan, pegal, sakit atau rasa ada sesuatu yang merambat di dalam.

Gangguan syaraf ini meyulitkan penderitanya untuk jatuh tidur. Sedangkan di saat tidur, otak berulang kali terbangun (micro arousal) akibat kaki yang bergerak-gerak secara periodik tanpa disadari. Sehingga proses tidur pun jadi terpotong-potong. Tidak heran jika salah satu gejala khasnya adalah rasa hipersomnia.

Obstructive Sleep Apnea (OSA)

Henti nafas sewaktu tidur merupakan penemuan terpenting dari dunia kedokteran tidur yang disebabkan oleh menyempitnya saluran nafas atas. Dalam keadaan tidur, saluran nafas melemas sehingga menyebabkan penyempitan. Akibatnya walaupun dada dan perut berusaha menarik nafas, tidak ada udara yang dapat lewat.

Ciri utama dari OSA adalah kebiasaan tidur mendengkur dan adanya rasa kantuk berlebih di siang hari. Gejala lainnya berupa sering terbangun untuk buang air kecil di malam hari, bangun dengan rasa kurang segar, sakit kepala di pagi hari, kemampuan konsentrasi dan daya ingat yang menurun, emosi yang sulit dikontrol, hingga libido yang menurun. Rasa kantuk berlebih berujung pada kualitas hidup yang buruk, seperti turunnya produktifitas dan kemampuan berkendara atau mengoperasikan mesin.

Ini diakibatkan oleh kualitas tidur yang buruk. Saat saluran nafas tersumbat, aliran udara akan berhenti dan mengakibatkan turunnya kadar oksigen dan naiknya kadar karbondioksida dalam darah. Sebuah sensor dalam tubuh akan aktif jika kadar karbondioksida terlalu tinggi. Selanjutnya ia akan membangunkan otak (micro arousal) untuk bernafas. Pada saat ini penderitanya mengeluarkan suara khas seperti tercekik atau tersedak (gasping/choking) yang lalu diikuti dengan kembalinya suara dengkuran. Perlu ditekankan bahwa penderita OSA tidak ingat bahwa dirinya berulang kali terbangun sepanjang malam.

OSA merupakan gangguan yang serius. Tidak jarang penderitanya meninggal dunia akibat kecelakaan kerja maupun lalu lintas. Sedangkan pada kesehatan, OSA merupakan faktor resiko independen dari hipertensi gangguan jantung hingga stroke. Di tahun 1998, WHO bahkan telah menyatakan bahwa OSA merupakan salah satu penyebab dari Hipertensi Arteri Pulmonal.

Hoammm… Kantuk Sepanjang Hari

Minggu, 05 Desember 2010
Namanya narkolepsi atau serangan tidur.

Sebut saja namanya Andrew, warga Amerika Serikat, berusia kepala tiga yang menetap di Jakarta. Suatu hari, ketika dia terburu-buru mengendarai motor untuk berangkat kerja, mendadak jatuh dan seperti pingsan. Untung ketika itu dia masih berada depan teras rumah. Meski sempat membuat istrinya panik dan teriakteriak minta tolong. Andrew tak jarang mengalami hal aneh lainnya. Hampir setiap pagi, pasca bangun tidur, mukanya terasa kaku. Mulut menganga, lidahnya melet beberapa menit.

Membentuk wajah melongo. Sekilas dia seperti lumpuh, tapi sebenarnya dalam kondisi sadar. Sedangkan ketika malam, tidurnya kerap gelisah karena sering mendapat mimpi buruk. Cukup menyiksa apa yang dialami Andrew. Sampai akhirnya, dia divonis menderita narkolepsi atau serangan tidur yang masih jarang diderita orang Indonesia. Vonis yang tidak meleset sebenarnya. Pasalnya, ketika rapat, menunggu, terlalu depresi atau senang, Andrew mendadak bisa tertidur pulas hampir setengah jam.

Kantuk luar biasa itu kembali datang dalam tempo dua jam kemudian. Begitu seterusnya. Ciri narkolepsi memang seperti yang dialami Andrew, kantuk berlebih yang disertai katapleksi dan halusinasi hipnagogik. Katapleksi merupakan serangan lumpuh yang dipicu oleh emosi yang kuat. Gembira, sedih atau tertekan berlebihan dapat membuat otot-otot tubuh menjadi kaku, seperti lumpuh dan akhirnya jatuh. Dan beberapa menit kemudian akan kembali normal, meski hanya dibiarkan tanpa penanganan khusus.

Sedangkan halusinasi hipnagogik adalah mengalami pengalaman-pengalaman tidak riil yang. membentuk suatu halusinasi. Narkolepsi, kata Dr Andreas Prasadja, RPSGT, sleep physician dari Sleep Disorder Clinic Rumah Sakit Mitra Kemayoran, Jakarta, merupakan gangguan tidur yang sampai saat ini belum diketahui penyebabnya. Yang pasti, gangguan ini menyerang sistem pengaturan mimpi. Dalam tidur mimpi terdapat kesadaran mimpi dan pelumpuhan otot-otot besar sebagai pengaman agar kita tak berpola sesuai mimpi.

Keunikan narkolepsi adalah ketika gelombang tidur mimpi itu me nyusup ketika seorang terjaga. Sederhananya, seperti orang bermimpi atau halusinasi ketika sadar. “Jadi orang narkolepsi itu akan mengantuk sepanjang hari. Tidur sebentar, 30 sampai 60 menit kemudian bangun segar dan 30 menit selanjutnya sudah mengantuk lagi,” ungkap dia.

Tidur Bukan Pingsan

Pada siang hari penderitanya dapat tertidur setengah sampai satu jam. Meski pada malam hari, beberapa di antara mereka dapat menikmati tidur normal. Namun masalahnya, penderita narkolepsi saat terjaga tak pernah sepenuhnya sadar dan saat tidur tidak sepenuhnya terlelap. Alhasil, tak heran bila banyak penderitanya yang mengeluh sulit tidur pada malam hari. “Penderita narkolepsi itu tidur bukan pingsan. Dibangunkan juga bisa. Tapi baru tertidur, mereka sulit sekali dibangunkan,” tambah dia.

Narkolepsi memiliki gejala hipersomnia. Namun selama ini banyak orang salah kaprah yang menganggap hipersomnia sama dengan narkolepsi. Padahal, tidak semua kantuk berlebih adalah narkolepsi. Hipersomnia, kantuk berlebih, atau excessive daytime sleepiness, kata Andreas, hanyalah salah satu gejala saja. “Jadi sama seperti demam. Itu kan gejala. Penyakitnya bisa demam berdarah, fl u, atau demam tifoid,” ungkap dia.

Untuk mendeteksi, diperlukan pemeriksaan tidur di laboratorium tidur menggunakan alat polisomnigrafi (PSG). Selain pemeriksaan rutin (overnight sleep study), untuk mendiagnosis narkolepsi dilanjutkan di pagi harinya dengan pemeriksaan multiple sleep latency test (MSLT). Pada pemeriksaan MSLT pasien diminta untuk berulang kali tidur siang (dua jam setelah bangun pagi). Dari cara itu, akan dilihat seberapa cepat pasien tertidur dan gelombang otak tidur yang pertama kali muncul.

Pada narkolepsi yang tidak disertai dengan katapleksi, selain menggunakan MSLT diagnosa dapat ditemukannya antigen khusus (HLA DQB1*0602) atau rendahnya kadar hipokretin (orexin) dalam cairan serebro spinal. Walaupun tidak spesifi k untuk memeriksa narkolepsi, pemeriksaan ini dapat membantu diagnosis. Biasanya pasien tanpa katapleksi yang tes DQB1*0602-nya positif, baru akan diperiksakan kadar hipokretin.

Remaja

Narkolepsi sampai saat ini belum bisa disembuhkan. Pengobatan ditujukan untuk mengontrol gejalagejalanya. Yang diperlukan adalah obat yang menghalangi kantuk dan menekan tidur REM (rapid eye movement). Hal itu untuk mencegah katapleksi dan halusinasi hipnagogik. Beberapa obat di antaranya seperti methylphenidate atau modafi nil (golongan stimulan) yang berguna agar penderta tidak terus-menerus mengantuk sehingga dapat beraktivitas normal.

Namun obat ini belum ada di Indonesia. Juga diperlukan obat-obat antidepresant seperti venlafaxine atau clomipramine digunakan untuk menekan gelombang tidur REM sehingga menghindarkan penderita dari serangan katapleksi pada siang hari. Plus golongan sodium oxybate atau hypnotic benzodiazepines terkadang digunakan untuk membantu tidur. Namun yang terpenting adalah soal kombinasi dan dosis obat tersebut.

Karena masing- masing penderita narkolepsi berbeda-beda kondisinya. Sejauh ini, jumlah penderita narkolepsi di Indonesia belum ditemukan angka yang akurat. Namun data dari Stanford, menunjukkan komposisi 0,2 sampai 1,6 per seribu penduduk terjadi di negara- negara seperti Eropa, AS dan Jepang.

Narkolepsi menyerang tidak mengenal usia. Miasanya muncul pertama kali ketika usia remaja. Meski dalam sejarahnya, pernah terjadi pada anak berusia tiga tahun.
nala dipa

Dapatkah Hidup Normal?

Minggu, 05 Desember 2010
Narkolepsi memang tidak mematikan, namun dapat mengurangi kualitas hidup seseorang dan membahayakan penderita atau orang lain. Bayangkan bila penderitanya tertidur di tempat yang seharusnya, misalnya ketika menyetir, menyeberang jalan dan sebagainya. Namun bukan berarti penderita tidak dapat hidup normal. Yang penting adanya dukungan dari keluarga dan teman-teman dekat penderita.

Karena tingkat produktivitas atau bahayanya ketika penderita “kambuh” dapat dikaver mereka-mereka yang ada di sekitar si penderita. Keluarga penderita dapat mendukung dengan meminta jadwal kuliah, jadwal tugas serta agenda kegiatan sehari-hari, misalnya.

Sehingga memudahkan untuk monitoring, mengingatkan dan membantu membangunkan penderita jika sudah waktunya untuk berangkat kuliah, kerja, dan sebagainya.

Penderita narkolepsi juga dapat mengingat semua peristiwa ketika serangan berlangsung selama beberapa detik hingga menit. Mereka juga bukan tidak mungkin dapat lembur untuk mengerjakan tugas atau pekerjaan. Yang terpenting adalah suasana yang kondusif dan nyaman.
nala dipa

link: http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=69481 dan http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=69482

Sering Mengantuk

Jangan anggap remeh jika sering mengantuk. Kantuk yang selalu datang jelas akan mengganggu aktivitas, dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas. Kreativitas dan kemampuan analisa jelas menurun. Begitu pula dengan stabilitas emosi.

Selalu mengantuk juga membahayakan jiwa, terutama jika mengendara atau mengoperasikan alat-alat berat. Kecelakaan kapal tanker Exxon Valdez dan pabrik Chernobyl menjadi contoh terpopuler kecelakaan akibat kantuk.

Mengantuk sekali-sekali dan selalu mengantuk jelas berbeda. Selalu mengantuk walau tidur sudah cukup disebut kantuk berlebih atau hipersomnia.

Ketika sering mengantuk cobalah periksa apakah Anda sudah cukup tidur?

Orang dewasa pada umumnya butuh tidur 7-8 jam seharinya. Sementara kebutuhan tidur kelompok usia remaja-dewasa muda (akhir 20-an) adalah 8,5-9,25 jam perhari. Jika sering mengantuk dan tidur 6-7 jam saja seharinya wajar jika masih mengantuk. Sebelum menebak-nebak atau terus mengonsumsi stimulan, cobalah untuk menambah jam tidur terlebih dahulu.

Hipersomnia

Seperti halnya insomnia, hipersomnia adalah salah satu gejala gangguan tidur. Seorang yang mengalami hipersomnia sebenarnya mudah sekali dikenali. Ciri-cirinya ia mengantuk walau sudah cukup tidur. Jika mengantuk karena tidur yang kurang, itu bukan hipersomnia.

Gangguan-gangguan Tidur dengan Gejala Hipersomnia:

Sleep Apnea merupakan gangguan tidur penyebab hipersomnia yang paling umum dan paling mudah dikenali. Cirinya mudah saja: mendengkur. Tetapi sleep apnea justru gangguan tidur yang paling berbahaya karena ia menyebabkan hipertensi, gangguan jantung, diabetes hingga stroke.

Periodic Limb Movements in Sleep, Gerakan Periodik Tungkai saat Tidur ditandai dengan gerakan-gerakan kaki pada saat tidur. Gerakan telapak kaki biasanya dikenali oleh pasangan.

Narkolepsi, sering disalah artikan oleh kebanyakan orang sebagai kantuk berlebih, hipersomnia. Sebenarnya hipersomnia hanyalah salah satu gejalanya saja. Gejala lainnya adalah katapleksi, hypnagogic hallucination dan lumpuh tidur. Lumpuh tidur dan hypnagogic hallucination di Indonesia dikenal sebagai fenomena ketindihan atau ereup-ereup. Sementara katapleksi adalah tubuh layu lumpuh setelah dipicu emosi yang kuat, terutama gembira.

Ketindihan ?

Dalam tidur, tiba-tiba kita melihat sosok bayangan atau hantu di sisi kita. Dalam takut, kita berusaha bangkit untuk melarikan diri. Tetapi apa daya, seluruh badan terasa berat tak dapat digerakan. Jangankan bangun, menggerakkan tangan saja sudah sulit. Kepanikan semakin menjadi ketika dada terasa tertindih beban hingga sulit menarik nafas.

Pengalaman seperti ini, sering terjadi di masyarakat kita dan dianggap sebagai sebuah kejadian mistis. Tapi benarkah demikian? Fenomena yang dikenal di Indonesia sebagai ketindihan atau ereup-ereup ini sebenarnya merupakan proses tubuh yang bernama sleep paralysis, yang artinya lumpuh tidur.

Tahap Tidur Mimpi

Tidur mengalami beberapa tahapan, mulai dari tidur ringan, sedang, dalam dan mimpi. Tahap tidur mimpi, tahap tidur R atau REM, ditandai dengan adanya mimpi, gerakan cepat bola mata (rapid eye movement) serta dilumpuhkannya semua otot-otot besar.

Pada kondisi tertentu, terjadi tumpang tindih antara gelombang otak sadar, tidur ringan dan mimpi. Akibatnya dalam kondisi setengah sadar kita akan bermimpi yang manifestasinya berupa halusinasi. Lucunya, halusinasi selalu berupa adanya sosok lain di dalam kamar tidur, bisa sekedar bayangan, hantu, orang yang sudah meninggal, atau teman yang berkunjung. Pada kebudayaan barat, bahkan sering dilaporkan halusinasi berupa alien yang hendak menculik.

Dalam keadaan kaget, kita akan berusaha untuk lari. Tetapi seperti dalam tidur REM, seluruh tubuh sedang dilumpuhkan. Akibatnya kita tak dapat bergerak sedikitpun. Bahkan napas pun terasa berat akibat otot-otot pernapasan ekstra yang dilumpuhkan.

Sleep Paralysis

Sleep paralysis biasanya disertai dengan hypnagogic hallucination sehingga menjadi pengalaman yang menyeramkan. Jika sering terjadi, ini merupakan salah satu tanda dari Narkolepsi. Namun, orang normal pun bisa mengalaminya. Jika Anda mengalaminya, tidak perlu takut. Coba periksa dulu kebiasaan tidur Anda. Apakah kebutuhan tidur sudah tercukupi? Sebab, kekurangan tidur juga dapat memicu terjadinya fenomena ketindihan ini.

Remaja merupakan kelompok usia yang paling rentan mengalami kurang tidur. Jam biologis mereka baru mengantuk setelah lewat tengah malam, sedangkan kebutuhan tidurnya masih 8,5-9,25 jam sehari. Padahal sehari-hari mereka harus mengikuti jadwal pagi. Itu sebabnya fenomena ketindihan paling sering diderita oleh kelompok usia remaja.

Untuk mengatasinya, pertama cukupi kebutuhan tidur agar utang tidur minimal. Disamping itu perhatikan juga kebiasaan sebelum tidur. Persiapkan tidur dengan baik hingga tidak ada lagi ketegangan yang dibawa ke dalam tidur.

Fenomena ini, terjadi di seluruh dunia. Namun latar belakang kebudayaan amat mempengaruhi isi halusinasi. Pada kebudayaan Afrika, dikenal sebagai penyihir yang menunggangi punggung, di Jepang dikenal dengan sebutan kanashibari, di Islandia disebut Mara, sementara di masyarakat Hmong disebut dab tsog. Masyarakat Hmong mengaitkannya dengan kematian mendadak pada orang-orang muda (Sudden Unexpected Nocturnal Death Syndrome) yang kini dikaitkan dengan Brugada Syndrome. Namun para ahli, tidak melihat adanya hubungan langsung antara sleep paralysis dan brugada syndrome.