Ngorok dan Pernikahan

Tahukah Anda bahwa dengkuran bisa mempengaruhi keharmonisan keluarga? Ya, sebuah survey di Amerika bahkan menyebutkan bahwa, pasangan yang ngorok merupakan penyebab perceraian nomor tiga setelah masalah keuangan dan perselingkuhan.

Bayangkan, malam menjelang tidur Anda asyik ngobrol tentang banyak hal. Bercerita tentang hari yang baru saja dilalui. Keceriaan anak, prestasi mereka dan beberapa masalah remeh di rumah. Tetapi ia tampak tak tertarik, bahkan begitu lelah tapi masih mencatat berbagai hal yang harus ia kerjakan esok hari di smartphone nya. Lalu….rasa kesal memuncak ketika di tengah pembicaraan tiba-tiba ia sudah menggergaji dalam lelap tidur. 

Dengan penuh kasih, Anda tarik selimut menutupi badannya. Ambil kaca matanya, untuk lalu turut mencoba terlelap. Tapi suara dengkurannya semakin mengganggu. Semakin keras. Belum lagi terputus-putus mengagetkan. Padahal besok Anda pun masih harus bangun pagi mempersiapkan segala sesuatu di rumah. Sikut sekali, ia terdiam sejenak. Tapi sebentar sudah bersuara lagi.

Anda lihat wajahnya, coba tutup hidungnya, eh suara dengkurnya malah semakin keras dari mulut. Dalam hati Anda seolah berkata, “Honey, I love you, but right now I just want to kill you…!” Tentu tidak Anda lakukan.

Pagi datang, Anda bangun lelah karena terbangun-bangun oleh dengkurannya. Tapi, pasangan malah tampak lebih lelah seolah kurang tidur..What?!? Dia tidur duluan dan mendengkur sepanjang malam! Bukankah seharusnya ia lebih lelap?

Saat ditegur, ia lebih galak menyahut. Beban kerja yang banyak, dan tentu ia menyangkal kalau mendengkur.

Sebuah saran dari para peneliti kesehatan di Kanada sebutkan bahwa semakin sering Anda disikut oleh pasangan, semakin besar kemungkinan Anda derita sleep apnea. Apalagi jika ditendang! Saran saya pada para pendengkur: tolong percaya saja pada pasangan, Anda tidur, Anda tidak tahu mendengkur atau tidak.

Sleep Apnea

Dengkuran merupakan tanda utama dari sleep apnea, alias henti nafas saat tidur. Tanda utama lainnya adalah kantuk berlebihan di siang hari. Kami punya sebutan untuk ini: hipersomnia. Pendengkur mengalami penyempitan jalan nafas dalam tidurnya. Hingga saluran nafasnya tersumbat, tercekik saat tidur. Karena sesak, tanpa sadar, pendengkur akan terbangun-bangun mengambil nafas. Inilah penyebab orang ngorok lebih lelah saat bangun dibanding pasangannya yang tidak mendengkur.

Lebih jauh, sleep apnea bisa sangat mengkhawatirkan. Anda tahu ia tampak sesak dan megap-megap dalam tidur. Ini tidak normal!

Sleep apnea sering juga disebut sebagai silent killer. Sleep apnea menjadi penyebab sederet penyakit berbahaya, hipertensi, diabetes, penyakit jantung, stroke, impotensi, depresi hingga kematian. Bahkan bisa dikatakan bahwa serangan jantung saat tidur disebabkan oleh sleep apnea. 

Emosi

Anda yang sepanjang malam terganggu tidurnya akibat sleep apnea, sudah merasa sangat terganggu. Mood pagi tak nyaman, mudah marah dan bisa jadi agresif. Rasakan saja saat berkendara. Nah, penderita sleep apnea juga rasakan yang sama walaupun durasi tidurnya lebih panjang.

Beberapa penderita sleep apnea merasa lebih lelah saat bangun tidur dibanding sebelum tidur. Bahkan ada penderita yang menolak untuk tidur.

Rasa lelah dan frustasi terus bertumpuk. Beban kerja seolah terasa berlipat ganda. Belum lagi teguran atasan yang mengindikasikan prestasi yang melorot. Belum lagi anggapan pemalas karena sering tertidur di tengah rapat. Kualitas hidup yang buruk.

Impotensi

Kondisi perkawinan diperburuk dengan libido yang terus merosot akibat gangguan tidur. Kemesraan sirna dari kamar tidur, hanya dengkuran yang menyebalkan. Kecurigaan akan perselingkuhan muncul di kepala karena hilangnya hasrat seksual pasangan. Ketika diajak bermesraan, ia hanya membalikkan badan dan memulai orkestra malam.

Ketika kemampuan ereksi menghilang, tekanan hidup dan depresi jadi alasan. Tapi Anda harus sadar bahwa sleep apnea akan mengganggu kemampuan ereksi pria.

Tidur memiliki tahapannya. Mulai tahap tidur ringan, sedang, dalam dan mimpi. Tahap tidur mimpi kebanyakan terjadi pada tahap tidur R (dahulu REM). Pada tahap tidur ini dibangun segala kemampuan otak dari konsentrasi, kreativitas, daya ingat dan kemampuan mengambil keputusan. Tapi tahap tidur R juga melatih kemampuan ereksi pria. Tanpa tahap tidur ini, penis seolah jadi kurang terlatih dan perlahan kehilangan vitalitasnya. 

Ya, bagi pria kualitas tidur menentukan juga kemampuan “meniduri”.

What to do?

Banyak orang bertanya-tanya, apa yang harus dilakukan saat pasangan mendengkur? Bagaimana meyakinkannya? Bukan rahasia bahwa kaum pria sulit diajak untuk memeriksakan diri ke dokter. Bahkan sebuah majalah populer lewat situsnya, mengungkapkan bahwa banyak pria pertama kali bertemu dengan dokter saat alami serangan jantung.

Masih sulit diyakinkan? Mudah, rekam dengan smartphone. Jika ia melihat yang Anda lihat setiap malam, semua dengkuran, henti nafas, sesak, tersedak-sedak; niscaya ia mau memeriksakan dengkurannya.

Di sleep disorder clinic, seorang pendengkur akan diperiksa tidurnya. Pemeriksaan tidur akan memberikan diagnosis seberapa berat henti nafas yang dialami, dan seberapa jauh akibatnya pada fungsi-fungsi organ lainnya.

Perawatan sleep apnea nantinya bisa dilakukan lewat pembedahan, pembuatan alat gigi atau penggunaan CPAP. Apa pun perawatan yang disarankan nantinya, baru bisa ditentukan dokter lewat pemeriksaan tidur.

Selain efek dengkuran pada kesehatan, hubungan sleep apnea dan keharmonisan keluarga sangat memprihatinkan. Sudah begitu banyak pasangan yang pisah kamar akibat ‘dengkuran’. Kenali, dan atasi gangguan tidur ini.
Dr. Andreas Prasadja, RPSGT

Andreas Prasadja, Snoring & Sleep Disorder Clinic

http://www.andreasprasadja.com

Twitter: @prasadja

FB: @DokterAndreasPrasadja

Rawat Dengkur pada Serangan Jantung!

Sebuah artikel pada jurnal kedokteran Heart Health menyatakan bahwa perawatan mendengkur pada pasien-pasien dengan serangan jantung akan mengurangi kebutuhannya untuk dirawat di rumah sakit di masa depannya.

Penelitian ini melihat pasien-pasien yang masuk ke RS karena serangan jantung. Dari 75 pasien yang alami serangan jantung, 70 di antaranya mendengkur. Ke 70 pasien pendengkur tersebut menjalani pemeriksaan di laboratorium tidur dan didiagnosis menderita sleep apnea. Lalu pasien-pasien tersebut dirawat dengan menggunakan Positive Airway Pressure (PAP) therapy. Selama 6 bulan kemudian diamati penggunaan PAP, dan seberapa sering pasien tersebut mengunjungi IGD atau dirawat kembali di RS.

Hasilnya, selama 6 bulan, pasien yang terus menggunakan perawatan PAP lebih jarang datang ke RS dibanding yang terus mendengkur.

Mendengkur memang telah lama dikenal sebagai gejala utama dari sleep apnea atau henti nafas saat tidur. Pengenalan secara dini jadi penting bagi pencegahan dan dalam perawatan penyakit jantung. Berbagai bukti penelitian terus menggunung.

Walau penelitian ini hanyalah penelitian kecil, tapi hasilnya sangat signifikan bagi kita. Diagnosis dan perawatan sleep apnea (dengkur) sedini mungkin akan menguntungkan bagi pasien.

Rawat Ngorok Jika Tak Mau Serangan Jantung Berulang

Mereka yang telah menjalani terapi angioplasti koroner untuk membuka penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah disarankan untuk menjalani perawatan mendengkur.

Demikian menurut sekelompok peneliti dari Rumah Sakit Pusat Kobe, Jepang. Ditemukan bahwa jika mendengkur dan gangguan nafas saat tidur diabaikan, pasien yang telah mengalami sumbatan arteri koroner beresiko mengalami serangan jantung atau stroke sampai dua kali lipat.

Mengapa? Mendengkur merupakan tanda terjadinya penyempitan saluran nafas saat tidur. Akibatnya saluran nafas tersumbat dan secara berkala mengakibatkan penurunan kadar oksigen.

Sleep apnea atau henti nafas saat tidur terjadi ketika seseorang pendengkur tidur. Di antara dengkuran suara berisik terhenti, dan nafas tampak berat. Saat ini saluran nafas tersumbat, dan penderita seolah tercekik dalam tidur.

Dalam kondisi tersebut oksigen turun drastis. Karena sesak, penderita akan tersedak untuk mengambil nafas tiba-tiba. Jika dilihat gelombang otak tidurnya, pendengkur terbangun singkat tanpa terjaga.

Bayangkan jika ini terjadi berulang kali sepanjang malam. Akibatnya oksigen turun naik, dan pendengkur terpotong-potong proses tidurnya. Pendengkur akan merasa tak segar dan terus mengantuk sepanjang hari walaupun durasi tidurnya cukup. Inilah yang disebut dengan hipersomnia, kantuk berlebihan.

Proses terbangun-bangun dan turun naiknya oksigen akan memicu respon inflamasi yang bersifat merusak bagi kesehatan jantung.

Henti nafas pada sleep apnea bisa berlangsung bervariasi sepanjang malam. Sepuluh detik hingga puluhan detik. Bayangkan betapa merusaknya kondisi henti nafas saat tidur ini.

Penelitian yang diterbitkan pada the Journal of the American Heart Association Juni 2016, melihat data dari 241 pasien yang telah jalani prosedur pembukaan sumbatan arteri jantung. Kesemuanya kemudian menjalan pemeriksaan tidur yang merekam aliran udara dan fungsi-fungsi nafas saat tidur. Didapati 52,3 persen pasien ternyata juga menderita sleep apnea.

Pasien-pasien tersebut diikuti selama 5 tahun. Sejumlah 21,4 persen dari yang mendengkur ternyata alami serangan pada pembuluh darahjantung atau otak, dibandingkan dengan 7,8 persen pada non pendengkur. Sementara, resiko kematian didapati meningkat hingga tiga kali lipat pada pendengkur.

Para ahli tersebut menutup publikasinya dengan seruan agar para dokter mulai mengevaluasi kebiasaan tidur pasien-pasien dengan masalah jantung dan stroke. Tak sulit, cukup tanyakan kebiasaan mendengkurnya saja. Biasanya pasangan pasienlah yang langsung mengamini.

Hubungan Mendengkur, Sleep Apnea & Gejala Depresi

Kesehatan tidur, seharusnya menjadi dasar dari kualitas manusia. Segala potensi diri yang muncul di saat terjaga, dibangun pada saat tidur. Di antaranya adalah kesehatan, kecerdasan, kemampuan konsentrasi, kreativitas dan stabilitas emosional.

Kebugaran fisik membutuhkan tidur yang sehat, sama seperti tubuh membutuhkan makanan dengan gizi yang sehat juga. Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia.

Coba saja refleksikan apa yang terjadi ketika kita kurang tidur, lelah, lamban, sulit berkonsentrasi, dan emosional. Begitu kurang tidur kita jadi mudah tersinggung, mudah marah dan tak sabaran. Pada anak, bahkan muncul sifat agresif dan hiperaktif.

Bukan Sembarang Mendengkur

Sleep apnea adalah henti nafas saat tidur yang biasa diderita oleh pendengkur. Untuk mendiagnosis sleep apnea memang diperlukan pemeriksaan di laboratorium tidur. Tetapi untuk melihat kemungkinan sleep apnea, biasanya dikenali dahulu gejalanya berupa gangguan nafas selama tidur. Pendengkur tampak sesak, seperti tercekik lalu mengeluarkan suara keras seolah tersedak.

Sleep apnea saat ini dikenal sebagai penyebab hipertensi, diabetes, berbagai penyakit jantung, stroke, dan impotensi.

Penelitian Berkaitan dengan Depresi

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh CDC, Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat, seorang pendengkur dengan kesulitan bernafas saat tidur ternyata berhubungan dengan gejala-gejala depresi. Semakin sering pendengkur tampak tersedak atau berhenti bernafas dalam tidur, semakin mungkin ia mengalami gejala depresi.

Penelitian ini diikuti oleh hampir 10.000 orang yang diwawancara lewat kuesioner. Mereka ditanyakan gejala-gejala depresi, ukuran berat dan tinggi badan serta diminta melaporkan seberapa sering ia mendengkur dan tampak sesak saat tidur. Gangguan nafas saat tidur tentu peserta penelitian harus menanyakan pada pasangan tidurnya.

Hasilnya, pria dan wanita yang mendengkur serta tampak tersedak/berhenti bernafas saat tidur lebih dari 5 malam setiap minggunya, memiliki kemungkinan tiga kali lipat untuk menunjukkan gejala-gejala depresi, dibandingkan yang tidak mendengkur.

Hubungan henti nafas saat tidur dan depresi, mungkin berkaitan dengan berkurangnya pasokan oksigen ke otak selama tidur. Kemungkinan lain adalah kualitas tidur buruk yang dialami oleh penderita sleep apnea, hingga selalu mengantuk dan emosional di siang hari.

Pada saat penelitian diumumkan di tahun 2012, pertanyaan-pertanyaan baru muncul. Diantaranya bagaimana jika sleep apnea ini diatasi, apakah gejala-gejala depresi akan berkurang? Kemudian apakah kebutuhan atau dosis obat antidepresan juga jadi berkurang? Tentu dibutuhkan penelitian yang lebih mendalam lagi.

Perawatan Dengkur Membantu Kurangi Gejala Depresi

Penelitian baru yang dilakukan oleh the Cleveland Clinic Sleep Disorder Center, menyatakan bahwa perawatan sleep apnea dengan menggunakan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP), ternyata membantu mengurangi gejala depresi.

Hasilnya menunjukkan bahwa semua penderita sleep apnea yang menggunakan CPAP mengalami perbaikan gejala-gejala depresi. Penderita yang gunakan CPAP lebih dari empat jam setiap malamnya bahkan lebih baik lagi perbaikan gejala-gejala depresinya.

Perlu diingatkan bahwa penelitian ini masih sangat baru. Penelitian ini belum membandingkan manfaat CPAP dengan perawatan depresi konvensional. Tetapi untuk sementara para ahli sepakat bahwa sleep apnea merupakan penyakit tidur yang tak boleh diabaikan. Setiap laporan mendengkur harus diperhatikan. Jika pendengkur terdiagnosis dengan sleep apnea, perawatan dengkuran jelas memberikan manfaat bagi penderitanya, baik kaitannya dengan gejala depresi, kualitas hidup maupun penyakit-penyakit jantung, hipertensi, diabetes dan lainnya.

Pemeriksaan dan Perawatan Mendengkur Sebelum Operasi

Jika Anda seorang pendengkur dan harus menjalani sebuah prosedur operasi lewat pembiusan, sebaiknya dengkuran Anda diperiksakan terlebih dahulu. Ini yang disarankan oleh para ahli anestesi seperti yang dituangkan dalam sebuah penelitian pada jurnal kedokteran Anesthesiology edisi Oktober 2014. Penelitian tersebut mendapati bahwa pendengkur yang menderita sleep apnea yang sudah dirawat sebelum operasi akan berkurang risikonya untuk mengalami komplikasi akibat pembiusan.

Sleep apnea, artinya henti nafas saat tidur. Masyarakat kita mengenal sleep apnea dengan sebutan ngorok atau mendengkur. Ini terjadi karena saluran nafas menyempit saat tidur. Akibatnya, walau gerak nafas tetap ada, aliran udara jadi terganggu. Seolah tercekik, pendengkur tampak sesak berusaha menarik udara, tetapi kenyataannya udara tetap tak dapat mengalir. Karena sesak, pendengkur akan terbangun sejenak untuk mengambil nafas dan tertidur kembali. Perlu diingat penderita terbangun, tanpa terjaga dari tidur. Jadi walau berulang kali sesak dan terbangun sepanjang malam ia tak tahu apa yang terjadi. Pendengkur hanya bangun kurang segar, dan terus mengantuk di siang hari.

Sleep apnea telah diketahui menjadi penyebab berbagai penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi, berbagai penyakit jantung, diabetes hingga stroke.

Penelitian ini membandingkan 4.211 orang penderita sleep apnea. Kesemuanya menjalani pemeriksaan tidur untuk mendiagnosis sleep apnea, baik sebelum menjalani pembedahan ataupun sesudahnya. Pasien yang telah didiagnosis sebelum pembedahan mendapatkan perawatan menggunakan CPAP (Continuous Positive Airway Pressure). CPAP merupakan sebuah alat yang dihubungkan dengan masker hidung yang digunakan hanya saat tidur. Unit ini akan meniupkan tekanan positif, hingga dengan lembut dapat menjaga saluran nafas tetap membuka.

Hasilnya, pasien yang didiagnosis dan dirawat dengan CPAP memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami komplikasi pasca pembedahan dibanding yang dibiarkan tanpa perawatan. Risiko komplikasi berupa serangan jantung atau shock dapat berkurang separuhnya.

Namun penelitian ini juga mencatatkan bahwa risiko untuk alami gangguan pernafasan sama saja pada kedua kelompok, baik yang didiagnosis dan dirawat sebelum atau setelah pembedahan.

Mendengkur merupakan masalah umum di masyarakat kita. Namun dengkuran masih dianggap sebatas gangguan suara di malam hari. Padahal gangguan nafas saat tidur ini menyimpan potensi yang membahayakan kesehatan.

Jangan tertawakan lagi orang yang mendengkur. Peringatkan, Anda dapat selamatkan nyawanya.

Bukan Dengkuran Biasa

Mendengkur sepertinya sudah lazim dianggap sebagai tidur yang pulas. Bahkan di antara sahabat suara ngorok jadi semacam candaan. Tapi jangan salah, orang yang tidur mendengkur bisa jadi bertaruh nyawa dalam tidurnya. Pendengkur juga rendah produktivitas dan dapat membahayakan lingkungan kerja serta keselamatan berkendara.

Sleep Apnea

Saat tidur saluran nafas pendengkur rileks hingga menyempit dan menciptakan getaran sepanjang saluran nafas atas. Ini yang sebabkan suara dengkuran. Tetapi tahap lanjutannya yang berbahaya. Saluran nafas bisa tersumbat sama sekali hingga udara tak ada yang lewat. Jadi walau ada gerakan nafas, tak ada udara yang lewat. Pada saat ini dengkuran tiba-tiba hilang. Seolah sesak tiba-tiba penderita terbangun dan menimbulkan suara keras untuk mengambil nafas. Refleks bangun singkat ini tak disadari pendengkur, setelahnya ia tertidur kembali dengan pulas.

Sepanjang malam pendengkur bisa terbangun-bangun puluhan kali tanpa sadar. Akibatnya di pagi hari ia merasa tak segar dan terus mengantuk di siang hari, walau ia tidur cukup. Kondisi ini disebut hipersomnia, atau kantuk berlebihan walah tidur sudah cukup. Jangan cap orang yang tidur ngorok sebagai pemalas. Mereka alami kantuk berlebihan, dan sangat berbahaya jika harus mengoperasikan alat berat atau berkendara.

Kesehatan

Sedari awal sejarahnya, sleep apnea justru ditemukan pada penderita hipertensi yang mengalami kantuk berlebihan. Lalu dengan berbagai penelitian yang dilakukan kini kita telah mengetahui bagaimana mendengkur ternyata jauh lebih berbahaya.

Sleep apnea memberikan tekanan luar biasa pada sistem kardiovaskular dan metabolisme kita. Efek naik turunnya oksigen sepanjang malam dan kerja jantung yang meningkat pada saat tidur berperan besar munculnya berbagai penyakit jantung. Beberapa penelitian bahkan mengaitkan dengkuran dengan daya tahan tubuh terhadap pertumbuhan sel-sel kanker.

Saat ini mendengkur telah dinyatakan sebagai penyebab hipertensi, berbagai penyakit jantung, diabetes, obesitas, stroke, gangguan kehamilan hingga disfungsi seksual.

Keselamatan

Kantuk berlebih yang diakibatkan sleep apnea juga tak dapat dianggap remeh. Peraturan di Inggris sudah menyatakan bahwa pendengkur yang belum dirawat tak boleh berkendara. Surat Ijin Mengemudi penderita ditahan oleh dinas lalu lintas hingga dinyatakan sehat kembali oleh dokter ahli kesehatan tidur.

Awal Desember 2013 sebuah kereta melenceng keluar dari rel di New York, AS. Kecelakaan ini menyebabkan kematian 4 orang dan melukai puluhan lainnya. Dalam penyidikan selanjutnya, masinis diketahui menderita sleep apnea. Setelah gunakan CPAP selama 30 hari, ia menyatakan merasa lebih bugar dan berenergi dibanding sebelumnya. Rasa yang telah lama hilang dari hidupnya, bahkan saat bangun pagi.

Ya berkendara dalam keadaan mengantuk sama bahaya dengan mabuk. Itula sebabnya Federation of Aviation Administration (FAA), AS, mensyaratkan agar para pilot menjalani pemeriksaan tidur di laboratorium tidur setidaknya setahun sekali. Peraturan yang sama akan diberlakukan bagi pengemudi truk di Amerika dalam waktu dekat.

Dengkur?

Pendengkur dapat memeriksakan dirinya ke klinik-klinik gangguan tidur yang kini mulai banyak terdapat di berbagai rumah sakit besar di Indonesia. Ada pemeriksaan unik yang harus dijalani, pemeriksaan tidur. Pemeriksaan tidur di laboratorium tidur, yang menggunakan alat bernama polisomnografi, merupakan pemeriksaan standar untuk mendiagnosis sleep apnea. Jangan bayangkan laboratorium tidur itu seperti ruang rumah sakit yang penuh alat menyeramkan. Sebaliknya laboratorium tidur harus utamakan kenyamanan agar penderita bisa tidur.

Perawatan sleep apnea bisa dilakukan dengan tiga cara tergantung hasil pemeriksaan. Dengan menggunakan alat bantu di mulut, continuous positive airway pressure (CPAP) atau lewat pembedahan. Pendengkur yang telah menggunakan CPAP akan menurun risikonya untuk menderita penyakit jantung koroner hingga 37%. Sementara risiko stroke dapat turun 56%.

Sebelum berkesempatan memeriksakan diri, coba dulu beberapa tips berikut:

  • Tidur dalam posisi miring.
  • Hindari rokok dan alkohol.
  • Turunkan berat badan.
  • Tinggikan bantal hingga posisi tidur setengah duduk.
  • Jaga jadwal tidur teratur dan cukup.

Kesehatan, kebugaran, keselamatan dan produktivitas tak dapat hanya ditingkatkan dengan menjaga keseimbangan nutrisi dan olah raga. Perhatikan kesehatan tidur.

Jika Anda jumpai kerabat atau sahabat yang mendengkur, peringatkan. Anda telah selamatkan nyawanya!

Mendengkur – OSA dan Kerusakan Otot Jantung

Obstructive Sleep Apnea (OSA) merupakan jenis sleep apnea yang paling umum diderita, paling berbahaya, namun juga sayangnya paling diabaikan. Sebabnya mudah saja, gejalanya terlanjur dianggap biasa, bahkan dianggap tidur yang nyenyak: mendengkur!

Penderita OSA telah lama diketahui berisiko tinggi derita hipertensi, penyakit jantung-pembuluh darah, stroke, diabetes hingga impotensi. Khusus penyakit jantung, para ahli kesulitan menentukan secara pasti apa yang membuat kebiasaan ngorok ini jadi amat berbahaya bagi kesehatan jantung. Beberapa hipotesa terus diluncurkan oleh para peneliti di seantero dunia.

Yang paling baru adalah penelitian yang diterbitkan pada The American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine. Publikasi ini menyatakan bahwa OSA terbukti meningkatkan risiko seseorang mengalami payah jantung atau penyakit jantung koroner. Ini dilihat dari meningkatnya kadar high sensitivity troponin T (hs-TnT) pada pendengkur.

Hs-TnT yang meningkat merupakan penanda adanya cidera pada otot jantung atau myocardial injury. Jadi jika seseorang meningkat kadar hs-TnT nya, bisa dianggap bahwa orang tersebut diprediksi menderita payah jantung atau penyakit jantung koroner. Atau bisa dikatakan juga pendengkur sebenarnya sudah mengalami cidera otot jantung walaupun belum sampai menimbulkan keluhan fisik (subklinis).

Obstructive Sleep Apnea

Saat seseorang mendengkur, sebenarnya saluran nafasnya menyempit. Semakin parah, saluran nafas ini bisa menyempit total hingga aliran udara bisa terhenti sama sekali.

Coba perhatikan orang yang ngorok. Di antara suara dengkuran, tiba-tiba ia terdiam. Dengan mulut masih terbuka, gerakan nafas meningkat seolah ia mencari tambahan udara. Secara tiba-tiba akan diikuti dengan episode tersedak atau bahkan terbatuk-batuk. Lalu ia akan kembali mendengkur dengan enaknya. Tetapi sebenarnya ia mengalami henti nafas yang tentu menurunkan kadar oksigen dalam tubuh. Dan episode diam dan tersedak ini pun terus berulang sepanjang malam.

Bisa dikatakan, fungsi-fungsi tubuhnya mengalami stress saat tidur. Ini akan memicu reaksi berantai yang mengganggu metabolisme dan pada akhirnya mengganggu fungsi-fungsi normal tubuh. Mendengkur tak pernah enak. Ingat, episode henti nafas tidur ini bisa jadi sangat membahayakan nyawa pendengkur baik secara langsung maupun jangka panjang.

Penelitian

Para ahli dari the Brigham and Women’s Hospital di Boston ini, mempelajari 1.645 pasien yang tidak menderita payah jantung maupun penyakit jantung koroner. Kesemuanya diperiksakan tidurnya dengan polisomnografi, lalu dikategorikan derajat keparahan OSA-nya berdasarkan indeks jumlah henti nafas setiap jamnya. Derajat keparahan OSA disusun dengan urutan ngorok tanpa henti nafas, OSA ringan, sedang hingga berat atau parah. Jadi bukan berdasarkan kerasnya suara dengkuran.

Hasilnya kadar hs-TnT berhubungan erat dengan OSA secara independen. Artinya setelah dicocokkan, terbebas dari risiko-risiko lain yang mungkin berhubungan, OSA tetap berkaitan erat dengan kadar hs-TnT seseorang. Risiko-risiko lainnya seperti usia, jenis kelamin, kadar kolesterol, berat badan, kadar insulin dan lain-lain.

Kadar hs-TnT yang tinggi berhubungan langsung dengan insiden serangan jantung dan risiko kematian akibat penyakit jantung. Didapati semua derajat OSA, mengalami peningkatan hs-TnT, terutama OSA parah dengan jumlah henti nafas lebih dari 30 kali perjam.

Kesimpulan

Disimpulkan bahwa penderita OSA sebenarnya telah mengalami gangguan pada otot jantungnya, walau belum menimbulkan gejala yang mengganggu. Kondisi yang juga disebut sebagai subclinical myocardial injury, tidak dapat diabaikan karena pada akhirnya akan berlanjut pada penyakit jantung koroner hingga payah jantung.

Para peneliti menyarankan agar semua pendengkur diperiksakan kemungkinannya menderita OSA. Jika terdiagnosis dengan OSA, baik jika diperiksakan juga hs-TnT nya untuk memprediksi risikonya mengalami gangguan jantung.

Diabetes Pada Kehamilan dan Mendengkur/Sleep Apnea

Ibu hamil, yang derita diabetes pada kehamilan ternyata punya risiko 7 kali lipat untuk derita obstructive sleep apnea. Penelitian yang diterbitkan pada The Endocrine Society’s Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism ini menyoroti jumlah calon ibu yang menderita diabetes pada kehamilan yang juga mendengkur dan menderita sleep apnea.

Diabetes pada kehamilan sering diderita calon ibu terutama memasuki trimester kedua. Di Indonesia angka penderitanya diperkirakan 0,3%-0,7% dari kehamilan. Kondisi ini menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat, meningkatnya angka keguguran, bayi lahir mati, bayi besar, pre-eklamsia, persalinan prematur cairan ketuban berlebihan, infeksi saluran kemih, infeksi vagina karena keputihan dan beberapa komplikasi pada kehamilan, serta perkembangan dan pertumbuhan janin yang abnormal.

Sementara ini diabetes kehamilan dianggap disebabkan oleh obesitas pada wanita. Sementara data-data terakhir juga menunjukkan bahwa mendengkur dan sleep apnea bisa jadi salah satu faktor yang menyebabkan gangguan metabolisme yang akhirnya berujung pada diabetes di masa kehamilan. Sleep apnea sendiri, jika tidak dirawat akan meningkatkan risiko penyakit jantung-pembuluh darah, stroke dan serangan jantung.

Tim peneliti dari Rush University Medical Center di Chicago menemukan bahwa hampir 75 persen penderita diabetes pada kehamilan juga mendengkur dan menderita obstructive sleep apnea.

Penelitian ini mengamati 45 orang wanita. 15 ibu hamil yang menderita diabetes pada kehamilan, 15 ibu hamil tanpa diabetes dan 15 lagi yang benar-benar sehat. Hasilnya didapati korelasi yang kuat antara sleep apnea dan diabetes. Ibu hamil yang tak menderita diabetes, tidur lebih lama dan lebih berkesinambungan tanpa terputus-putus. Ya, jika seseorang mendengkur dan menderita sleep apnea, proses tidurnya akan terputus-putus akibat sesak berulang saat tidur. Jadi penderitanya terbangun-bangun singkat berulang kali dalam tidur tanpa ia sadari.

Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa proses tidur yang terpotong-potong akibat sleep apnea yang mengganggu metabolisme yang pada akhirnya menyebabkan diabetes. Sebuah penelitian pada jurnal SLEEP 2009 misalnya, menyatakan bahwa calon ibu yang mendengkur memiliki risiko 14,3% untuk menderita diabetes pada kehamilan. Dibandingkan dengan ibu hamil tak mendengkur hanya memiliki risiko 3,3%.

Sementara penelitian ini melihat hubungan diabetes kehamilan dan mendengkur dari sisi yang berbeda. Walau demikian, kesimpulannya tetap sama, terlepas dari sleep apnea yang sebabkan diabetes atau diabetes yang sebabkan sleep apnea, kedua kondisi ini harus dirawat. Maka para peneliti menyarankan agar calon ibu yang menderita diabetes pada masa kehamilan agar diperiksakan kemungkinan menderita sleep apnea, dan sebaliknya juga ibu hamil yang mendengkur agar diawasi kemungkinan menderita diabetes.

Pendengkur yang Tidur Lebih Lama Rentan Kanker Usus

Sebuah penelitian baru yang terbit pada jurnal SLEEP mencoba ungkapkan hubungan antara ngorok, durasi tidur dan kanker colorectal (usus).

Penelitian ini melihat data 30.121 the Health Professionals Follow-up Study (HPFS) dan 76.368 wanita dari the Nurses’ Health Study. Lewat kuesioner, para peneliti menanyakan kebiasaan tidur, durasi tidur, dan seberapa sering mendengkur. Para peneliti juga mengakses rekam medis para peserta penelitian untuk melihat adanya diagnosa kanker colorectal. Didapati 1.973 diagnosa baru kanker usus.

Para peneliti dari Harvard Medical School mendapati bahwa pendengkur yang tidur lebih dari 9 jam seharinya berisiko derita kanker usus 1,4-2 kali lipat!

Mendengkur bukanlah kondisi normal yang bisa diabaikan. Pendengkur kemungkinan besar menderita sleep apnea atau henti nafas saat tidur. Akibatnya kadar oksigen selama tidur bisa naik turun tak beraturan sepanjang malam. Akibat sesak, pendengkur terpotong-potong proses tidurnya sehingga kualitasnya buruk. Ini sebabnya orang yang ngorok bangun tak segar dan mengantuk sepanjang hari.

Pada penelitian ini, para ahli mencatat bahwa durasi tidur lebih dari 9 jam pada pendengkur akan tingkatkan risiko seseorang menderita kanker usus. Tapi sesungguhnya tak ada kelebihan atau kebanyakan tidur. Yang ada adalah kantuk berlebihan hingga pendengkur bisa tidur lebih lama. Tidur itu ada porsinya, jika sudah cukup kita tak akan bisa tidur lagi.

Hubungan antara mendengkur dan kanker telah berulang kali diteliti. Seelompok peneliti, mendapati bahwa pada tikus yang alami penurunan oksigen secara berkala, persis seperti penderita sleep apnea, akan memiliki kanker yang lebih ganas dibanding yang normal oksigennya. Dari sini kita dapat simpulkan bahwa penurunan kadar oksigen saat tidur berperan penting pada terjadinya kanker pada penderita sleep apnea.

Apakah Ngorok Saya Berbahaya?

Anda kenal seseorang yang selalu mengeluh mengantuk, mudah lelah dan dengan gampang dapat tidur dimana saja? Ini adalah gejala hipersomnia atau kantuk yang berlebihan.

Mengantuk

Kantuk mungkin biasa saja bagi sebagian orang. Dianggap sedemikian biasa hingga orang yang mengantuk, masih berani mengendara. Tanda-tanda awal mengantuk seperti ceroboh, mudah melupakan hal-hal kecil, sulit berkonsentrasi atau sakit kepala masih dianggap tak berhubungan dengan tidur.

Si pengantuk yang mendengkur saat tidur mungkin lucu dan sering jadi bahan tertawaan di kalangan sahabat atau kerabat. Tapi, tahukah Anda bahwa kemungkinan besar mereka menderita penyakit yang berbahaya? Sebuah penyakit yang menjadi penyebab penyakit-penyakit kronis lain seperti hipertensi, berbagai gangguan jantung, diabetes, stroke, impotensi, bahkan kematian. Penyakit tidur itu bernama sleep apnea, henti nafas saat tidur.

Sleep Apnea

Mendengkur terjadi karena saluran nafas melemas dan menyempit saat tidur. Akan terjadi henti nafas ketika saluran nafas menyempit total hingga tak ada udara yang mengalir masuk atau keluar. Gerakan nafas tetap ada tetapi seolah tercekik, penderitanya merasa sesak. Akibat sesak, penderitanya akan terbangun singkat tanpa terjaga untuk menarik nafas. Ini bisa terjadi berulang kali sepanjang malam, dan penderita sama sekali tak menyadarinya! Akibatnya tak heran jika pendengkur bangun tak segar dan terus mengantuk di siang hari.

Saya Penderita?

Gejala utama sleep apnea adalah mendengkur setiap kali tidur. Sekali waktu mendengkur ketika lelah atau kurang tidur tidak termasuk. Jika diantara dengkuran, pasangan atau orang lain melihat nafas tampak sesak, ini sudah indikasi kuat untuk tidak menunda-nunda pemeriksaan. Ya, percayalah pada orang lain. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi pada diri kita sendiri saat tidur.
Selain mendengkur, hipersomnia juga menjadi gejala utama. Ketika rekan Anda sepanjang hari memesan kopi dan berulang kali merokok demi mempertahankan konsentrasi, peringatkan. Itu tanda-tanda mengantuk berlebihan.

Sayang, di Indonesia, gejala-gejala ini masih diabaikan. Akibatnya banyak orang mengantuk yang membahayakan dirinya setiap hari dengan berkendara. Belum lagi angka penderita diabetes, dan penyakit jantung dan pembuluh darah yang terus meningkat di tanah air. Padahal banyak penderita sleep apnea yang berkunjung ke dokter dengan berbagai keluhan, sakit kepala menahun, sering kencing di malam hari, tekanan darah tinggi yang sulit terkontrol, bahkan yang sudah menderita serangan jantung luput dari deteksi radar. Untuk itu, jangan lupa ceritakan pada dokter Anda jika alami gejala-gejala ini.