Indonesia Mengantuk Sebuah Refleksi Kesehatan Tidur

Beberapa waktu lalu media diramaikan kisah seorang anak yang tidur selama 13 hari. Selang beberapa waktu, seorang tokoh Nasional terekam media terantuk-antuk tertidur dalam sebuah acara pernikahan. Sebelumnya juga sempat beredar foto tokoh tersebut dalam perawatan di rumah sakit menggunakan masker khas yang digunakan untuk mengatasi ngorok.

Tiba-tiba istilah narkolepsi, hipersomnia, bahaya mendengkur, sleep apnea, Kliene Levin Syndrome menghiasi media kita. Ini adalah istilah-istilah kesehatan tidur.

Ya, khalayak mulai menyadari pentingnya kesehatan tidur.

Istilah-istilah kesehatan tidur masuk dalam kolom-kolom kesehatan, gaya hidup, ilmu pengetahuan dan bahkan politik. Perlahan namun pasti, Indonesia mulai menyusul negara-negara maju dalam memperhatikan kesehatan tidur. Mengantuk, dan penyakit tidur sudah diperhatikan seperti sebuah penyakit menular yang diderita luas. Sebuah epidemi!

Performa Tidur

Dalam era modern ini, orang berlomba-lomba mengejar prestasi. Demi mencapai prestasi, tidur pun dikorbankan. Tidur adalah periode dimana tubuh diam dan tak aktif. Banyak orang menganggap tidur sebagai fase kehidupan yang tak penting, tak aktif, tak berguna dan dianggap identik dengan kemalasan. Bahkan banyak orang yang menganggap kantuk sebagai sebuah penyakit yang harus dicari obatnya!

Sikap kita terhadap pengurangan tidur juga cukup aneh. Para pemuja produktivitas menganggap pengurangan tidur sebagai sikap macho nan heroik. Sebuah sikap yang sebenarnya kontra produktif. Karena performa otak optimal hanya dibangun saat tidur!

Alih-alih memperhatikan kesehatan tidur, kita malah mencari kebugaran lewat berbagai stimulan dan minuman penambah energi. Coba lihat berapa banyak kedai kopi di sekeliling kita? Padahal, tak ada satu zat pun yang dapat menggantikan efek restoratif tidur.

Segala kemampuan otak dibangun pada tahap tidur mimpi. Berbagai penelitian telah membuktikan bagaimana pengurangan tahap tidur ini akan menurunkan berbagai fungsi otak dan bahkan kemampuan ereksi pria.

Mengantuk

Tidur tak sama dengan kemalasan. Sudah terlalu sering saya mendapati pasien yang datang dengan cap pemalas dari keluarganya karena terus mengantuk.

Tidur itu ada porsinya. Jika sudah cukup, kita tak akan bisa tidur lagi. Kalau mengantuk artinya masih kurang tidur. Nah, bagaimana kalau tidur sudah cukup tapi masih mengantuk? Itu namanya hipersomnia, kantuk berlebihan.

HIpersomnia memang tidak sepopuler insomnia. Tapi hipersomnia justru lebih berbahaya. Bayangkan jika seorang pengendara mengidap hipersomnia? Seorang pilot?

Mengantuk berlebihan merujuk pada beberapa penyakit tidur, antaranya: Behaviourally Induced Insufficient Sleep Syndrome, Periodic Limb Movements in Sleep, sleep apnea, narkolepsi dan Kleine Levin Syndrome. Khusus sleep apnea, mendengkur, mengakibatkan juga hipertensi, penyakit jantung, diabetes, stroke, kematian, impotensi dan depresi.

Tata Laksana

Dalam diagnosis penyakit tidur dibutuhkan pemeriksaan khusus di laboratorium tidur. Pemeriksaan sederhana yang tampak rumit. Pasien akan dilekatkan dengan berbagai sensor fungsi tubuh untuk direkam sepanjang malam. Dokter akan menganalisa perekaman, untuk selanjutnya dipilihkan perawatan yang sesuai.

Analisa tidur, menggunakan alat bernama polisomnografi. Teknik pemeriksaan tidur pun tak cuma satu. Anda perekaman sepanjang malam, ada juga perekaman di siang hari. Khusus untuk narkolepsi, pemeriksaan malam diikuti dengan multiple sleep latency test (MSLT.) Pasien diminta 5 kali tidur siang sepanjang hari sambil terus diamati.

Perawatan gangguan tidur jelas akan meningkatkan performa seseorang. Selain itu, perawatan juga akan mencegah berbagai penyakit kronis yang mungkin diderita.

Triumvirate of Health

Prof. William Dement, Bapak Kedokteran Tidur mengemukakan bahwa untuk mencapai kesehatan yang paripurna, seseorang membutuhkan tiga komponen: keseimbangan nurtirsi, olah raga teratur dan tidur yang sehat. Bahkan, tidur sehat menjadi dasar dari kesehatan seseorang. Tanpa tidur yang sehat, segala nutirsi dan olah raga jadi percuma.

Dengan tidur yang sehat, tubuh akan memiliki sistem metabolisme yang baik. Tidur yang sehat juga akan menopang pemulihan otot yang baik serta memoles kemampuan gerak halus yang dilatih para atlet dan musisi.

Apa yang terjadi ketika kesehatan tidur terganggu? Semua, mulai dari kepala hingga kaki. Bahkan para ahli setuju bahwa tak ada satu pun spesialisasi kedokteran yang tak terganggu ketika kesehatan tidur terganggu.

Jawaban dari semua permasalahan sebenarnya sederhana saja: Tidur sehat.

Mulailah prioritaskan kesehatan tidur!

dr. Andreas Prasadja, RPSGT

www.andreasprasadja.com

Sleep Disorder Clinic RS. Mitra Kemayoran

Snoring & Sleep Disorder Clinic Pondok Indah

Kompas.com: http://lifestyle.kompas.com/read/2017/12/29/111405820/indonesia-mengantuk-sebuah-refleksi-kesehatan-tidur

Bahaya Mendengkur

Ngorok dan Pernikahan

Tahukah Anda bahwa dengkuran bisa mempengaruhi keharmonisan keluarga? Ya, sebuah survey di Amerika bahkan menyebutkan bahwa, pasangan yang ngorok merupakan penyebab perceraian nomor tiga setelah masalah keuangan dan perselingkuhan.

Bayangkan, malam menjelang tidur Anda asyik ngobrol tentang banyak hal. Bercerita tentang hari yang baru saja dilalui. Keceriaan anak, prestasi mereka dan beberapa masalah remeh di rumah. Tetapi ia tampak tak tertarik, bahkan begitu lelah tapi masih mencatat berbagai hal yang harus ia kerjakan esok hari di smartphone nya. Lalu….rasa kesal memuncak ketika di tengah pembicaraan tiba-tiba ia sudah menggergaji dalam lelap tidur. 

Dengan penuh kasih, Anda tarik selimut menutupi badannya. Ambil kaca matanya, untuk lalu turut mencoba terlelap. Tapi suara dengkurannya semakin mengganggu. Semakin keras. Belum lagi terputus-putus mengagetkan. Padahal besok Anda pun masih harus bangun pagi mempersiapkan segala sesuatu di rumah. Sikut sekali, ia terdiam sejenak. Tapi sebentar sudah bersuara lagi.

Anda lihat wajahnya, coba tutup hidungnya, eh suara dengkurnya malah semakin keras dari mulut. Dalam hati Anda seolah berkata, “Honey, I love you, but right now I just want to kill you…!” Tentu tidak Anda lakukan.

Pagi datang, Anda bangun lelah karena terbangun-bangun oleh dengkurannya. Tapi, pasangan malah tampak lebih lelah seolah kurang tidur..What?!? Dia tidur duluan dan mendengkur sepanjang malam! Bukankah seharusnya ia lebih lelap?

Saat ditegur, ia lebih galak menyahut. Beban kerja yang banyak, dan tentu ia menyangkal kalau mendengkur.

Sebuah saran dari para peneliti kesehatan di Kanada sebutkan bahwa semakin sering Anda disikut oleh pasangan, semakin besar kemungkinan Anda derita sleep apnea. Apalagi jika ditendang! Saran saya pada para pendengkur: tolong percaya saja pada pasangan, Anda tidur, Anda tidak tahu mendengkur atau tidak.

Sleep Apnea

Dengkuran merupakan tanda utama dari sleep apnea, alias henti nafas saat tidur. Tanda utama lainnya adalah kantuk berlebihan di siang hari. Kami punya sebutan untuk ini: hipersomnia. Pendengkur mengalami penyempitan jalan nafas dalam tidurnya. Hingga saluran nafasnya tersumbat, tercekik saat tidur. Karena sesak, tanpa sadar, pendengkur akan terbangun-bangun mengambil nafas. Inilah penyebab orang ngorok lebih lelah saat bangun dibanding pasangannya yang tidak mendengkur.

Lebih jauh, sleep apnea bisa sangat mengkhawatirkan. Anda tahu ia tampak sesak dan megap-megap dalam tidur. Ini tidak normal!

Sleep apnea sering juga disebut sebagai silent killer. Sleep apnea menjadi penyebab sederet penyakit berbahaya, hipertensi, diabetes, penyakit jantung, stroke, impotensi, depresi hingga kematian. Bahkan bisa dikatakan bahwa serangan jantung saat tidur disebabkan oleh sleep apnea. 

Emosi

Anda yang sepanjang malam terganggu tidurnya akibat sleep apnea, sudah merasa sangat terganggu. Mood pagi tak nyaman, mudah marah dan bisa jadi agresif. Rasakan saja saat berkendara. Nah, penderita sleep apnea juga rasakan yang sama walaupun durasi tidurnya lebih panjang.

Beberapa penderita sleep apnea merasa lebih lelah saat bangun tidur dibanding sebelum tidur. Bahkan ada penderita yang menolak untuk tidur.

Rasa lelah dan frustasi terus bertumpuk. Beban kerja seolah terasa berlipat ganda. Belum lagi teguran atasan yang mengindikasikan prestasi yang melorot. Belum lagi anggapan pemalas karena sering tertidur di tengah rapat. Kualitas hidup yang buruk.

Impotensi

Kondisi perkawinan diperburuk dengan libido yang terus merosot akibat gangguan tidur. Kemesraan sirna dari kamar tidur, hanya dengkuran yang menyebalkan. Kecurigaan akan perselingkuhan muncul di kepala karena hilangnya hasrat seksual pasangan. Ketika diajak bermesraan, ia hanya membalikkan badan dan memulai orkestra malam.

Ketika kemampuan ereksi menghilang, tekanan hidup dan depresi jadi alasan. Tapi Anda harus sadar bahwa sleep apnea akan mengganggu kemampuan ereksi pria.

Tidur memiliki tahapannya. Mulai tahap tidur ringan, sedang, dalam dan mimpi. Tahap tidur mimpi kebanyakan terjadi pada tahap tidur R (dahulu REM). Pada tahap tidur ini dibangun segala kemampuan otak dari konsentrasi, kreativitas, daya ingat dan kemampuan mengambil keputusan. Tapi tahap tidur R juga melatih kemampuan ereksi pria. Tanpa tahap tidur ini, penis seolah jadi kurang terlatih dan perlahan kehilangan vitalitasnya. 

Ya, bagi pria kualitas tidur menentukan juga kemampuan “meniduri”.

What to do?

Banyak orang bertanya-tanya, apa yang harus dilakukan saat pasangan mendengkur? Bagaimana meyakinkannya? Bukan rahasia bahwa kaum pria sulit diajak untuk memeriksakan diri ke dokter. Bahkan sebuah majalah populer lewat situsnya, mengungkapkan bahwa banyak pria pertama kali bertemu dengan dokter saat alami serangan jantung.

Masih sulit diyakinkan? Mudah, rekam dengan smartphone. Jika ia melihat yang Anda lihat setiap malam, semua dengkuran, henti nafas, sesak, tersedak-sedak; niscaya ia mau memeriksakan dengkurannya.

Di sleep disorder clinic, seorang pendengkur akan diperiksa tidurnya. Pemeriksaan tidur akan memberikan diagnosis seberapa berat henti nafas yang dialami, dan seberapa jauh akibatnya pada fungsi-fungsi organ lainnya.

Perawatan sleep apnea nantinya bisa dilakukan lewat pembedahan, pembuatan alat gigi atau penggunaan CPAP. Apa pun perawatan yang disarankan nantinya, baru bisa ditentukan dokter lewat pemeriksaan tidur.

Selain efek dengkuran pada kesehatan, hubungan sleep apnea dan keharmonisan keluarga sangat memprihatinkan. Sudah begitu banyak pasangan yang pisah kamar akibat ‘dengkuran’. Kenali, dan atasi gangguan tidur ini.
Dr. Andreas Prasadja, RPSGT

Andreas Prasadja, Snoring & Sleep Disorder Clinic

http://www.andreasprasadja.com

Twitter: @prasadja

FB: @DokterAndreasPrasadja

Rawat Dengkur pada Serangan Jantung!

Sebuah artikel pada jurnal kedokteran Heart Health menyatakan bahwa perawatan mendengkur pada pasien-pasien dengan serangan jantung akan mengurangi kebutuhannya untuk dirawat di rumah sakit di masa depannya.

Penelitian ini melihat pasien-pasien yang masuk ke RS karena serangan jantung. Dari 75 pasien yang alami serangan jantung, 70 di antaranya mendengkur. Ke 70 pasien pendengkur tersebut menjalani pemeriksaan di laboratorium tidur dan didiagnosis menderita sleep apnea. Lalu pasien-pasien tersebut dirawat dengan menggunakan Positive Airway Pressure (PAP) therapy. Selama 6 bulan kemudian diamati penggunaan PAP, dan seberapa sering pasien tersebut mengunjungi IGD atau dirawat kembali di RS.

Hasilnya, selama 6 bulan, pasien yang terus menggunakan perawatan PAP lebih jarang datang ke RS dibanding yang terus mendengkur.

Mendengkur memang telah lama dikenal sebagai gejala utama dari sleep apnea atau henti nafas saat tidur. Pengenalan secara dini jadi penting bagi pencegahan dan dalam perawatan penyakit jantung. Berbagai bukti penelitian terus menggunung.

Walau penelitian ini hanyalah penelitian kecil, tapi hasilnya sangat signifikan bagi kita. Diagnosis dan perawatan sleep apnea (dengkur) sedini mungkin akan menguntungkan bagi pasien.

Rawat Ngorok Jika Tak Mau Serangan Jantung Berulang

Mereka yang telah menjalani terapi angioplasti koroner untuk membuka penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah disarankan untuk menjalani perawatan mendengkur.

Demikian menurut sekelompok peneliti dari Rumah Sakit Pusat Kobe, Jepang. Ditemukan bahwa jika mendengkur dan gangguan nafas saat tidur diabaikan, pasien yang telah mengalami sumbatan arteri koroner beresiko mengalami serangan jantung atau stroke sampai dua kali lipat.

Mengapa? Mendengkur merupakan tanda terjadinya penyempitan saluran nafas saat tidur. Akibatnya saluran nafas tersumbat dan secara berkala mengakibatkan penurunan kadar oksigen.

Sleep apnea atau henti nafas saat tidur terjadi ketika seseorang pendengkur tidur. Di antara dengkuran suara berisik terhenti, dan nafas tampak berat. Saat ini saluran nafas tersumbat, dan penderita seolah tercekik dalam tidur.

Dalam kondisi tersebut oksigen turun drastis. Karena sesak, penderita akan tersedak untuk mengambil nafas tiba-tiba. Jika dilihat gelombang otak tidurnya, pendengkur terbangun singkat tanpa terjaga.

Bayangkan jika ini terjadi berulang kali sepanjang malam. Akibatnya oksigen turun naik, dan pendengkur terpotong-potong proses tidurnya. Pendengkur akan merasa tak segar dan terus mengantuk sepanjang hari walaupun durasi tidurnya cukup. Inilah yang disebut dengan hipersomnia, kantuk berlebihan.

Proses terbangun-bangun dan turun naiknya oksigen akan memicu respon inflamasi yang bersifat merusak bagi kesehatan jantung.

Henti nafas pada sleep apnea bisa berlangsung bervariasi sepanjang malam. Sepuluh detik hingga puluhan detik. Bayangkan betapa merusaknya kondisi henti nafas saat tidur ini.

Penelitian yang diterbitkan pada the Journal of the American Heart Association Juni 2016, melihat data dari 241 pasien yang telah jalani prosedur pembukaan sumbatan arteri jantung. Kesemuanya kemudian menjalan pemeriksaan tidur yang merekam aliran udara dan fungsi-fungsi nafas saat tidur. Didapati 52,3 persen pasien ternyata juga menderita sleep apnea.

Pasien-pasien tersebut diikuti selama 5 tahun. Sejumlah 21,4 persen dari yang mendengkur ternyata alami serangan pada pembuluh darahjantung atau otak, dibandingkan dengan 7,8 persen pada non pendengkur. Sementara, resiko kematian didapati meningkat hingga tiga kali lipat pada pendengkur.

Para ahli tersebut menutup publikasinya dengan seruan agar para dokter mulai mengevaluasi kebiasaan tidur pasien-pasien dengan masalah jantung dan stroke. Tak sulit, cukup tanyakan kebiasaan mendengkurnya saja. Biasanya pasangan pasienlah yang langsung mengamini.

Ngorok dan Stroke

Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia. Menurut data tahun 2013, di Indonesia 12,1 dari 1000 penduduk mengalami stroke, bandingkan di tahun 2007 yang hanya 2007.

Sementara, bukti tentang mendengkur dan henti nafas saat tidur (sleep apnea) sebagai faktor resiko terjadinya stroke semakin menggunung. Penelitian Sleep Heart Health Study di tahun 2010 menunjukkan, semakin parah dengkuran seseorang, semakin tinggi resikonya mengalami stroke iskemik. Derajat keparahan yang ditunjukkan oleh indeks henti nafas tidur (AHI) lebih dari 19 kali perjam akan tingkatkan resiko stroke hingga 3 kali lipat, pada kelompok usia paruh baya ke atas. Sementara penelitian lain di Australia yang diterbitkan pada the Journal of Clinical Sleep Medicine di tahun 2014 tunjukkan bahwa penderita sleep apnea sedang-parah (AHI>15/jam) memiliki resiko stroke 3,7 kali lipat.

Mendengkur

Sleep apnea atau henti nafas saat tidur, terutama ditandai dengan tidur yang mendengkur. Tampak sepele, tapi pasangan dari penderita sleep apnea tahu persis bagaimana mengerikannya pendengkur tidur. Bukan karena kerasnya suara dengkuran, tetapi episode henti nafas dan tersedak seperti tercekiklah yang menjadikan pengalaman tidur dengan pendengkur terasa mengkhawatirkan.

Aturan pertama bagi pendengkur adalah percaya apa yang dikatakan pasangan tentang dengkuran. Karena pendengkur tak tahu dirinya mendengkur saat tidur. Pasanganlah yang paling tahu tidur Anda.

Episode henti nafas inilah yang selanjutnya berakibat pada proses tidur yang terganggu. Karena sesak berulang, tanpa disadari, otak jadi terbangun berulang kali. Akibatnya pendengkur bangun kurang segar di pagi hari, dan jadi mudah mengantuk sepanjang hari hingga menurunkan kualitas hidup penderitanya.

Ngorok dan Stroke

Tidur ngorok berakibat luas pada kesehatan. Sleep apnea akibatkan hipertensi, gangguan jantung, stroke, diabetes dan impotensi.

Hubungan antara stroke dan sleep apnea belum bisa dipastikan. Semua perubahan pada hemodinamis, sistem saraf, pembuluh darah dan proses inflamasi akibat henti nafas saat tidur diduga berakibat langsung pada terjadinya stroke.

Penelitian Terbaru

Dalam jurnal kedokteran tidur SLEEP terbitan 2016 menjelaskan bahwa pada kelompok usia lanjut, penurunan kadar oksigen jauh lebih penting dinilai dibanding derajat keparahan ngorok (AHI) untuk memprediksikan resiko stroke.

Penelitian ini menyertakan 2.872 orang berusia sekitar 70an tahun yang diikuti selama 5-7 tahun. Pada pemeriksaan lanjutan, sebanyak 156 orang (5,4%) mengalami stroke. Kemudian data penderita stroke ini dicocokkan dengan data pemeriksaan tidur (polisomnografi) untuk melihat riwayat sleep apneanya. Data yang dinilai adalah derajat keparahan henti nafas serta penurunan kadar oksigen yang dialami selama tidur.

Ternyata, pada penurunan kadar oksigen dibawah 90% pada lebih dari sepersepuluh waktu tidur, didapati resiko stroke yang meningkat hingga 1,8 kali lipat dibanding yang tidak mengalami penurunan oksigen.

Perawatan

Diagnosis sleep apnea hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan tidur di laboratorium tidur. Derajat keparahan henti nafas dan penurunan kadar oksigen jadi penting bagi penentuan perawatan pasien nantinya. Perawatan sleep apnea bisa dengan menggunakan oral appliances, CPAP atau lewat jalan pembedahan. Tapi jangan salah, terkadang didapati juga pendengkur yang tak mengalami gangguan nafas. Pendengkur seperti ini tidak diindikasikan untuk dilakukan perawatan medis apa-apa karena tak membahayakan kesehatannya.

Pada sebagian besar penderita sleep apnea, perawatan terbaik adalah dengan menggunakan continuous positive airway pressure (CPAP). Penelitian Becker dan kawan-kawan di tahun 2003 menunjukkan bahwa peggunaan CPAP dalam perwatan sleep apnea akan menurunkan resiko penyakit jantung koroner sebesar 37% dan penurunan resiko stroke hingga 56%.

Sementara peneltian yang diterbitkan oleh jurnal Clinics, Brasil di tahun 2008 menyatakan bahwa perawatan sleep apnea pada pasien stroke akan memperbaiki kadar oksigen, arsitektur tidur dan indeks henti nafas. Perbaikan ini akan mencegah terjadinya serangan stroke berulang.

Akibat Mendengkur Ternyata Lebih Buruk Bagi Wanita

Mendengkur sepanjang malam memang sangat mengganggu bagi pasangan, tetapi dibaliknya ada bahaya nyata yang mengintai, diantaranya hipertensi, penyakit jantung koroner, gagal jantung hingga penyakit-penyakit pembuluh darah dan jantung lainnya.

Para ahli dari Divisi Kardiologi, Brigham and Women’s Hospital di Boston menemukan bahwa ngorok lebih berbahaya bagi jantung wanita dibanding jika diderita pria.

Mendengkur dan Sleep Apnea

Ngorok sepanjang malam dan kantuk berlebihan di siang hari (hipersomnia) merupakan tanda utama dari sleep apnea atau henti nafas saat tidur. Henti nafas tidur terjadi sebagai akibat saluran nafas atas yang melemas dan menyempit saat seseorang terlelap.

Udara yang lewat akan menggetarkan area lunak di saluran nafas yang sempit. Tetapi yang berbahaya adalah ketika saluran tersebut kolaps dan tersumbat. Akibatnya, walau gerakan nafas berusaha menarik udara, tak terjadi pertukaran udara. Inilah henti nafas tidur atau obstructive sleep apnea. Karena sesak, otak akan membangunkan tubuh sejenak untuk mengambil nafas. Tanpa sadar, pendengkur akan terbangun berulang kali. Ia tak terjaga. Akibatnya penderita sleep apnea akan merasa tak segar saat bangun dan terus mengantuk sepanjang hari. Ini disebut sebagai hipersomnia.

Berbagai penelitian sebelumnya sudah menyebutkan bagaimana ngorok sangat mengganggu kesehatan jantung dan pembuluh darah. Sleep apnea, menyebabkan hipertensi, diabetes, penyakit jantung, stroke, depresi hingga disfungsi seksual. Sayangnya kebanyakan penelitian dilakukan pada pasien pria. Karena memang penderita sleep apnea terbanyak adalah kaum adam. Tetapi penderita wanita juga ternyata banyak jumlahnya.

Penelitian

Penelitian terbaru yang diterbitkan pada jurnal Circulation, mencoba melihat efek sleep apnea pada jantung pria dan wanita. Para peneliti tersebut mengikuti 737 pria dan 879 wanita dengan usia rata-rata 63 tahun yang telah diperiksakan tidurnya menggunakan polisomnografi (laboratorium tidur). Di awal penelitian, kesemuanya tidak menderita penyakit jantung apa pun.

Lalu kadar troponin T diperiksakan. Troponin T adalah protein yang dilepaskan ke aliran darah ketika jantung terganggu. Jika ditemukan pada orang sehat, maka bisa diindikasikan bahwa orang tersebut memiliki peningkatan risiko menderita penyakit jantung di kemudian hari.

Tim peneliti tersebut mengikuti data para pasien selama 14 tahun. Semua kejadian gagal jantung, penyakit jantung koroner maupun kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah dicatat.

Hasilnya, ternyata sleep apnea secara independen berhubungan langsung dengan peningkatan kadar troponin T, gagal jantung dan kematian pada wanita. Pada wanita ditemukan juga bahwa sleep apnea akibatkan pembengkakkan jantung.

Para peneliti menyimpulkan bahwa ngorok dan sleep apnea memberikan efek buruk pada kesehatan jantung. Hanya saja pada wanita akibatnya bisa lebih buruk dibandingkan pria.

Sementara dari berbagai penelitian lain, didapati bahwa perawatan dengkur sedini mungkin akan menurunkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

Sayangi jantung, atasi mendengkur.

Mendengkur Percepat Penurunan Daya Ingat

Bagi orang lanjut usia, masalah mendengkur tak bisa diabaikan begitu saja. Sebuah studi yang baru dipublikasikan di Amerika, sebutkan bahwa warga senior yang menderita sleep apnea cenderung mengalami penurunan fungsi kognitif lebih cepat dibanding yang tidak mendengkur.

Tapi jangan salah sangka. Mendengkur tidak menyebabkan penyakit saraf degeneratif. Hanya saja pada lansia yang derita sleep apnea, penurunan mentalnya muncul di usia yang lebih muda.

Sleep Apnea

Mendengkur merupakan tanda adanya gangguan nafas saat tidur bernama sleep apnea. Sleep apnea artinya henti nafas saat tidur.

Dengkuran pada lanjut usia muncul karena semakin lembeknya saluran nafas atas. Saat tidur saluran nafas atas tersebut melemas dan akhirnya menutup, menyumbat aliran udara nafas. Bayangkan saja ketika Anda meminum es kelapa dengan sedotan. Ketika sedotan tersumbat, sementara kita terus menyedot, sedotan jadi kolaps dan menyumbat. Demikian juga terjadinya sleep apnea pada orang lanjut usia.

Penelitian

Menurut penelitian yang diterbitkan pada jurnal kedokteran Neurology edisi April 2015, di antara penderita Alzheimer’s disease, yang dengkurannya tidak dirawat kemampuan mental rata-rata mulai hilang di usia 77 tahun, dibandingkan dengan yang dirawat baru akan hilang di usia 90. Kehilangan kemampuan mental terjadi di usia yang lebih muda jika mendengkur dibiarkan.

Gangguan nafas pada usia lanjut amat umum ditemukan. Diperkirakan 53% pria lansia menderita sleep apnea, sedangkan pada wanita adalah 26%.

Penelitian ini melihat data 2,500 orang penderita Alzheimer’s disease usia lanjut. Dari data tersebut didapatkan berapa orang yang terdiagnosa juga menderita sleep apnea dan berapa orang yang selanjutnya dirawat gangguan nafas tidurnya dengan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP).

Didapati bahwa penderita Alzheimer’s disease yang tidak menggunakan CPAP akan mengalami penurunan memori di usia yang lebih muda.

Para peneliti menekankan bahwa penelitian ini tidak menunjukkan hubungan sebab akibat antara sleep apnea dan penurunan mental. Tetapi mereka menduga hubungannya terletak pada efek penurunan oksigen dan proses tidur yang terpotong. Ketika mengalami henti nafas, penderita akan alami penurunan oksigen. Akibat sesak, ia akan terbangun tanpa terjaga. Pasien tak alami tidur yang restoratif. Pendengkur bangun dengan rasa kurang segar dan terus mengantuk di siang hari.

Hipersomnia, atau kantuk berlebihan di siang hari. Suatu gejala penyakit tidur yang diabaikan pada lansia. Semua dianggap karena faktor usia.

Sementara bukti-bukti penelitian terus menggunung, mendengkur telah diakui menyebabkan penyakit jantung, peningkatan tekanan darah, diabetes, stroke, disfungsi seksual hingga kematian. Kini penelitian ini menunjukkan arah baru perawatan sleep apnea, terutama pada kelompok usia lanjut. Sleep apnea tak bisa lagi diabaikan.

Para peneliti juga mengingatkan, ketika pasien datang memeriksakan diri ke dokter dengan keluhan daya ingat yang menurun, dokter harus mempertimbangkan sleep apnea sebagai salah satu penyebabnya.

Kanker dan Kesehatan Tidur

Masyarakat Indonesia sudah mengadopsi kehidupan modern yang berdetak 24 jam tiada henti. Tanpa disadari kesehatan tidur pun kehilangan prioritasnya. Padahal kekurangan tidur memiliki akibat buruk bagi kesehatan maupun kondisi psikologis seseorang. Salah satunya adalah risiko terhadap kanker.

Walau tak menunjukkan hubungan sebab akibat, namun bukti-bukti ilmiah menunjukkan bagaimana kesehatan tidur yang buruk akan meningkatkan risiko seseorang untuk menderita kanker.

Melatonin

Melatonin di keluarkan oleh kelenjar pineal otak dan berperan penting dalam pengaturan jam biologis manusia. Suasana gelap akan meningkatkan kadar melatonin, sementara cahaya akan mengganggu produksi melatonin. Pengeluaran melatonin akan terganggu ketika kita terpapar cahaya terang di malam hari. Tak heran manusia modern memiliki kerancuan jam biologis hingga tidur semakin larut.

Semakin lama durasi tidur, tentu kadar melatonin akan semakin tinggi juga. Sementara pekerja dengan jam gilir tentu mengalami pengurangan kadar melatonin yang signifikan. Penelitian di Inggris menunjukkan bagaimana para perawat mengalami peningkatan risiko kanker payudara (47%) yang berhubungan dengan kadar melatonin.

Untuk Indonesia, kita belum memilki data pasti, tapi menarik jika kita melihat data dari negara tetangga terdekat. Singapura dalam penelitian tahun 2008 menunjukkan bahwa pada wanita pasca menopause yang tidur 9 jam atau lebih memiliki risiko kanker payudara lebih rendah 67% dibandingkan mereka yang tidur di bawah 6 jam. Pada penelitian ini wanita yang tidur lebih lama memiliki kadar melatonin 42% lebih tinggi dibanding yang kurang tidur.

Mendengkur

Kondisi mendengkur juga sudah dianggap biasa di masyarakat kita. Padahal berbagai penelitian terus menunjukkan keburukan mendengkur bagi kesehatan. Tidak main-main, mendengkur yang disertai dengan henti nafas saat tidur dapat menyebabkan hipertensi, diabetes, berbagai penyakit jantung, stroke hingga disfungsi seksual. Hubungan ngorok dengan risiko kanker pun semakin giat diteliti dan memberikan bukti-bukti yang semakin meyakinkan.

Sleep apnea adalah penyakit tidur yang gejala utamanya adalah mendengkur dan kantuk yang berlebihan di siang hari. Henti nafas terjadi berulan-ulang selama tidur tanpa disadari oleh penderitanya. Akibatnya kadar oksigen dalam darah pun naik turun tak beraturan.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam the Journal of Clinical Sleep Medicine, April 2014 menyebutkan bahwa angka kematian pada penderita kanker yang juga menderita sleep apnea adalah 3,4 kali lipat. Sementara penderita sleep apnea sedang-parah memiliki risiko menderita kanker hingga 2,5 kali lipat. Pengamatan sebelumnya yang dilakukan di Wisconsin, AS juga menunjukkan hasil yang senada. Disebutkan bahwa penderita sleep apnea sedang (moderate) memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami kematian akibat kanker, sementara yang parah risiko nya adalah 4,8 kali lipat.

Hubungan antara mendengkur dan kanker diduga disebabkan oleh turunnya kadar oksigen saat tidur. Penelitian yang dilakukan di University of Washington di Seattle menyatakan bahwa pada model tikus yang dibuat kekurangan oksigen berulang kali saat tidur, akan memicu perkembangan tumor yang lebih ganas.

Perawatan Mendengkur Perbaiki Kolesterol

Sleep apnea adalah penyakit tidur yang diderita sekitar 20%-30% pria paruh baya. Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bagaimana mendengkur tak bisa diremehkan lagi. Sleep apnea menjadi penyebab berbagai penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, berbagai penyakit jantung hingga stroke. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pendengkur juga alami ketidak seimbangan kadar kolesterol (dislipidemia). Artikel pada Journal of Clinical Sleep Medicine edisi Desember 2014, menunjukkan bagaimana perawatan sleep apnea dengan CPAP dapat memperbaiki kondisi kolesterol pendengkur.

Sleep Apnea

Mendengkur merupakan salah satu tanda dari sleep apnea atau henti nafas saat tidur. Walau tak semua pendengkur alami sleep apnea, ngorok tetap harus diwaspadai mengingat resiko kesehatan yang tidak kecil.

Coba perhatikan orang yang mendengkur, sesekali ia terdiam lalu diikuti dengan suara tersedak atau bahkan sampai batuk-batuk. Yang terjadi adalah saluran nafas pada saat tidur melemas hingga menyempit. Penyempitan bisa menyumbat total saluran nafas hingga tak ada udara yang lewat. Akibat sesak penderitanya akan terbangun sejenak untuk mengambil nafas. Tetapi ia tidak menyadari bahwa dirinya terbangun. Hingga pagi hari saat terjaga ia masih merasa kurang tidur dan terus mengantuk di siang hari. Gejala yang disebut juga hipersomnia atau kantuk yang berlebihan.

Tak semua mendengkur itu sleep apnea. Suara dengkuran saja tidak cukup untuk menegakkan diagnosis. Untuk itu, seorang pendengkur harus menjalani pemeriksaan tidur di laboratorium tidur atau sleep lab. Dari pemeriksaan ini baru kita bisa tahu ngorok yang dialami wajar atau alami sleep apnea, serta derajat keparahannya.

Kolesterol

Bukti ilmiah menunjukkan bagaimana kadar LDL memiliki hubungan yang positif terhadap berkembangnya penyakit jantung koroner. Banyak penelitian juga menunjukkan bagaimana penurunan kadar LDL dengan pengobatan dapat menurunkan resiko kematian akibat serangan jantung.

Para ahli mencoba melihat dua puluh sembilan penelitian yang meneliti efek perawatan sleep apnea terhadap kolesterol. Hasilnya, pendengkur yang menggunakan CPAP mengalami penurunan kadar kolesterol total dan kadar LDL. Sedang kadar HDL-nya jadi meningkat. Namun penelitian-penelitian tersebut tidak menunjukkan perbaikan kadar trigliserida.

Kesehatan Jantung dan Mendengkur

Bagaimana mekanisme hilangnya mendengkur/sembuhnya sleep apnea dapat memperbaiki kadar kolesterol belum dapat dipastikan. Tetapi penelitian-penelitian ini membuktikan bahwa perawatan mendengkur dapat menurunkan resiko penyakit jantung.

Penggunaan CPAP dapat secara langsung maupun tidak langsung menurunkan resiko seseorang menderita penyakit jantung. Dengan hilangnya henti nafas tidur, tekanan dalam dada yang menghimpit jantung pun hilang, hingga jantung berfungsi normal. Sementara banyak penelitian lain membuktikan bagaimana perawatan mendengkur dapat memperbaiki hipertensi, diabetes, obesitas dan sindroma metabolik. Semuanya adalah faktor resiko berkembangnya penyakit jantung.