Ditemukan: Pengatur Tidur Dalam

Para ahli dari Harvard School of Medicine dan the University at Buffalo School of Medicine and Biomedical Sciences, baru-baru ini menemukan suatu sirkuit di kedalaman batang otak yang memicu tahap tidur dalam.

Dalam penelitian yang diterbitkan Agustus 2014 pada jurnal Nature Neuroscience, diungkapkan bahwa sebagian dari pusat pengatur tidur berada di zona parafacial di batang otak. Batang otak adalah bagian di dasar otak yang berfungsi mengatur segala fungsi dasar tubuh seperti bernafas, suhu badan, tekanan darah dan denyut jantung. Kalau dipikir-pikir, keberadaan pusat pengatur tidur di batang otak, menunjukkan betapa pentingnya proses tidur bagi keseluruhan fungsi tubuh manusia.

Sebuah sel neuron spesifik ditemukan menghasilkan neurotransmitter GABA (gamma amino butyric acid) yang memicu tahap tidur dalam. Yang unik, para ahli menemukan cara untuk mengatur neuron ini. Secara gamblang seolah para ahli dapat mengaktifkan atau menonaktifkan neuron tersebut kapan pun tak terikat irama biologis tubuh. Jika sebelumnya kita menggunakan stimulasi listrik untuk merangsang bagian-bagian sel syaraf, kini para ahli menciptakan sebuah virus yang secara khusus hanya mengaktifkan neuron penghasil GABA tadi. Dahulu dengan stimulasi listrik, bagian-bagian lain neuron yang berdekatan dapat ikut teraktifkan juga.

Percobaan menunjukkan bahwa dengan mengaktifkan neuron di zona parafacial tersebut, hewan percobaan akan langsung tertidur dalam. Tahap tidur dalam dicapai tanpa memerlukan obat tidur sama sekali.

Seperti kita ketahui, proses tidur merupakan suatu sistem kompleks yang belum terpetakan secara penuh. Berdasarkan penelitian selama ini, para ahli membagi tahapan tidur berdasarkan bentuk gelombang otak dan berbagai fungsi tubuh pada saat tidur. Tahapan tidur dibagi menjadi tahapan tidur ringan, sedang, dalam dan mimpi yang secara berurutan dikenal dengan tidur N1, N2, N3 dan R.

Obat tidur selama ini menjadi sandaran utama untuk membantu tidur. Sayangnya obat tidur masa kini tak dapat digunakan jangka panjang, mengingat berbagai efek samping yang bisa muncul. Efek tidur yang ditimbulkan pun bervariasi. Kebanyakan memang memudahkan untuk jatuh tidur, tetapi ternyata tahapan tidur dalam dan mimpi nyatanya malah jadi berkurang. Padahal kedua tahap tidur ini penting bagi kesehatan, keselamatan dan kewarasan kita.

Dengan adanya temuan ini, kemungkinan-kemungkinan baru muncul. Mulai dari perawatan insomnia hingga teknologi pembiusan. Namun para ahli mengingatkan bahwa temuan ini masih sangat dini. Efeknya pada keseluruhan siklus tidur-bangun belum diketahui. Efeknya pada manusia juga masih belum jelas. Semoga saja perkembangan selanjutnya dapat lebih cepat memberikan hasil positif bagi kesehatan tidur orang banyak.