Memajukan Jam Sekolah Macet Tak Berkurang, Anak Malah Nakal

Deden Gunawan, detiknews

http://www.detiknews.com/read/2008/11/21/162859/1040927/159/macet-tak-berkurang-anak-malah-nakal

Jakarta – Anak-anak sekolah di Jakarta kini harus bangun lebih pagi. Soalnya, Pemprov DKI Jakarta mulai Januari 2009 memerintahkan  jam masuk sekolah menjadi pukul 06.30 WIB, dari sebelumnya pukul 07.00 WIB. Pemprov beralasan, dengan anak-anak sekolah masuk lebih awal bisa mengurangi kemacetan yang terjadi di Jakarta.

Setidaknya, tidak ada penumpukan kendaraan di waktu yang sama.” Kebijakan ini bertujuan agar pengguna kendaraan tidak menumpuk di waktu yang sama,” ujar Wagub DKI Jakarta Prijanto dalam jumpa pers di Balaikota, Jakarta, Jumat (21/11/2008).

Kata Prijanto, ada empat manfaat yang bisa didapat dari memajukan jam sekolah. Pertama, bisa mereduksi kemacetan sebesar 6-14 persen. Kedua, waktu tempuh ke sekolah menjadi lebih singkat. Ketiga, penggunaan bahan bakar menjadi ekonomis. Dan keempat, siswa akan lebih segar.

Namun alasan kalau siswa bisa lebih segar dengan masuk lebih pagi ditentang Dr. Andreas Prasadja, dokter teknologi tidur. Sebab dikhawatirkan justru berdampak pada menurunya kualitas pendidikan, prestasi akademis dan perilaku anak-anak kita.

“Di negara-negara maju saat ini justru sedang terjadi gerakan untuk memundurkan jam masuk sekolah demi meningkatkan kualitas anak didik. Ini semua berkaitan dengan kesehatan tidur anak,” jelas Andreas dalam tulisannya di surat pembaca detikcom.

Ahli penyakit tidur dari RS Mitra Kemayoran tersebut menjelaskan, anak-anak, khususnya remaja saat ini banyak mengalami kekurangan tidur kronis. Penyebabnya, berdasarkan jam biologi, anak-anak mulai mengantuk
umumnya lewat tengah malam. Masalahnya, mereka harus bangun pagi-pagi untuk mengejar jam 07.00 WIB untuk masuk sekolah. Padahal, kebutuhan tidur mereka lebih panjang, yaitu 8,5-9,25 jam.

Tak heran, kata Andres, setiap hari banyak anak-anak yang berada dalam kondisi kurang tidur. “Karena kurang tidur mereka kesulitan  mengarahkan konsentrasi secara penuh. Malah banyak siswa yang sering tertidur di dalam kelas,” papar Andreas.

Ditambahkan Andreas, kondisi kurang tidur ini akibatnya bisa semakin buruk. Misalnya, menimbulkan Kekerasan, kenakalan dan masalah emosional.

Andreas juga menjelaskan, sebuah penelitian yang dilakukan oleh National Sleep Foundation di Amerika Serikat (AS), menunjukkan bahwa anak-anak yang cukup tidur, sekitar  8 jam sehari,  mempunyai prestasi akademis yang lebih baik dibanding yang kurang tidur.

Sementara penelitian lainnya di Universitas Minnesota membuktikan manfaat menggeser jam masuk dari jam 7:15 menjadi 8:40. Para ahli bahkan terkejut dengan banyaknya kemajuan yang dialami para mahasiswa hanya dengan menambahkan kurang dari satu jam tidur setiap harinya.

Mary Carskadon, seorang ahli di bidang tidur remaja juga telah merumuskan beberapa manfaat kecukupan tidur bagi remaja, misalnya, tidak mudah mengalami depresi, mengurangi kenakalan remaja. Nilai akademik yang lebih baik, mengurangi angka ketidak adiran di kelas, mengurangi resiko mengalami kecelakaan lalu lintas akibat kantuk, prestasi olah raga yang lebih baik, daya tahan terhadap penyakit infeksi lebih kuat, serta mengurangi risiko berbagai gangguan metabolik, termasuk obesitas.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, Andreas berharap Pemprov DKI Jakarta mau berpikir ulang terhadap kebijakannya yang memajukan jam masuk anak sekolah. Ia khawatir risiko yang akan ditimbulkan bakal lebih parah, selain masalah kemacetan di jalanan.

Sementara pengamat kebijakan publik Andrinof Chaniago berpendapat, memajukan jam masuk sekolah merupakan pelanggaran hak asasi anak-anak. “Kebijakan itu memaksa anak-anak untuk mengurangi jam tidur. Padahal kecukupan tidur merupakan kebutuhan penting bagi anak-anak,” tegas Andrinov saat berbincang-bincang dengan
detikcom.

Andrinof juga tidak setuju dengan alasan Pemprov DKI Jakarta yang mengatakan, kebijakan tersebut merupakan upaya mengurangi kemacetan. Sebab kata Andrinof, kemacetan di Jakarta tidak mengenal jam. Karena hampir setiap jam pasti macet.

Untuk itu Andrinof tidak setuju dengan alasan Pemprov DKI Jakarta.”Sebaiknya Pemprov kalau membuat kebijakan harus benar-benar diteliti. Apakah kebijakan yang dikeluarkan bisa bermanfaat bagi masyarakat dan bisa berjalan efektif,” ujarnya.

Bagi Andrinof, cara yang harus diambil Pemprov DKI Jakarta adalah dengan mengoperasikan mobil-mobil sekolah dengan sistem antar- jemput. Sebab dengan cara ini penggunaan mobil orang tua siswa akan berkurang. Dan anak-anak tidak terganggu tidurnya.

“Jangan sampai kebijakan Pemprov yang bertujuan  mengatasi masalah justru malah menimbulkan masalah baru,” pungkas Andrinof.(ddg/iy)

Dr. Andreas Prasadja, RPSGT

2 Tanggapan

  1. Yang harusnya di ubah adalah sistem pendidikannya. Bukan jam sekolahnya…

    • Saya juga setuju bila sistemnya dirubah. Tapi jam masuk yang mempengaruhi kesehatan tidur juga harus diperhatikan.

Tinggalkan Balasan ke Sang Penjelajah Malam Batalkan balasan